Tips untuk Membersihkan Kotoran Hati Lengkap dengan Dalilnya
Senin, 15 Januari 2024 - 10:23 WIB
Islam mengajarkan bahwa hatimanusia adalah pusatnya akhlak dan perilaku manusia. Bila hati bersih, maka tampilan pada perilaku pun akan baik, pun sebaliknya bila hati penuh dengan 'kotoran' maka banyak keburukan yang ditampilkan bahkan bisa merusak seluruh amalan yang dikerjakan.
Lantas bagaimana cara membersihkan 'kotoran' yang ada di hati ini? Dikutip dari tausiyah Ustaz Ahmad Yuhanna, Lc, dai yang berkhidmat di bmbinganislam, berikut cara membersihkan kotoran hati tersebut. antara lain:
“Tinggalkanlah apa yang meragukan kamu dan lakukan apa yang tidak meragukan kamu.” (HR. Nasai)
“Tanda dari baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Ibnu Majah)
“Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” (Asy-Syarh/94:7-8)
“Bersungguh-sungguhlah apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah.” (HR. Muslim)
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.” (An-Nur/24:30)
“Maukah engkau kukabarkan dengan sesuatu yang dapat menguatkan itu semua?” Jawab Mu’adz, “Ya, wahai Nabi Allah.” Lalu beliau memegang lisannya, dan bersabda, “Jagalah ini.” Tanyanya , “Wahai Nabi Allah, (Apakah) sungguh kita akan diazab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan?” Beliau menjawab, “Celakalah engkau wahai Mu’adz, Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka pada muka atau hidung mereka, melainkan karena hasil ucapan lisan mereka!” (HR. Tirmidzi)
Lantas bagaimana cara membersihkan 'kotoran' yang ada di hati ini? Dikutip dari tausiyah Ustaz Ahmad Yuhanna, Lc, dai yang berkhidmat di bmbinganislam, berikut cara membersihkan kotoran hati tersebut. antara lain:
1. Jauhilah perkara-perkara yang meragukan dan samar-samar
Rasulullah Shallalahu alihi wa sallam bersabda,دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ
“Tinggalkanlah apa yang meragukan kamu dan lakukan apa yang tidak meragukan kamu.” (HR. Nasai)
2.Sibukkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Tanda dari baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Ibnu Majah)
3. Iringilah aktivitas lain bila telah usai dari satu aktivitas
Allah Ta’ala berfirman,فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ (٧) وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ (٨)
“Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” (Asy-Syarh/94:7-8)
4. Kerjakan sesuatu selama itu ada manfaatnya
Rasulullah ﷺ bersabda,احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersungguh-sungguhlah apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah.” (HR. Muslim)
5. Menundukkan pandangan
Allah Ta’ala berfirman,قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ ٣٠ ( النّور/24: 30)
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.” (An-Nur/24:30)
6. Menjaga lisan
Rasulullah ﷺ bersabda Mu’adz bin Jabal,أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ قُلْتُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Maukah engkau kukabarkan dengan sesuatu yang dapat menguatkan itu semua?” Jawab Mu’adz, “Ya, wahai Nabi Allah.” Lalu beliau memegang lisannya, dan bersabda, “Jagalah ini.” Tanyanya , “Wahai Nabi Allah, (Apakah) sungguh kita akan diazab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan?” Beliau menjawab, “Celakalah engkau wahai Mu’adz, Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka pada muka atau hidung mereka, melainkan karena hasil ucapan lisan mereka!” (HR. Tirmidzi)