Mullah Nashruddin, Tali Jemuran, Dewa Penolong, dan Apel Surgawi

Rabu, 12 Agustus 2020 - 08:13 WIB
Nashruddin memetik sebuah apel dan menyerahkannya kepada murid tersebut. "Namun apel ini jelek di salah satu bagiannya -- apel surgawi seharusnya sempurna."

"Sebuah apel surgawi seharusnya sempurna," ucap Nashruddin, "tetapi sejauh engkau bisa menilainya, sementara kita berada di dunia yang tidak sempurna ini, serta dengan kemampuanmu yang ada saat ini, apel ini mendekati apel surgawi yang bisa engkau peroleh."

Murid tersebut memahami bahwa istilah-istilah yang kita gunakan untuk hal-hal metafisis itu didasarkan atas istilah fisik. Dalam rangka menembus dimensi lain dari pemikiran (pemahaman), kita harus menyesuaikan pada cara pemahaman bagi dimensi tersebut.

bagian ( 1 ) dan ( 2 )

Cerita Nashruddin, yang sangat mungkin merupakan asal dari tamsil apel tersebut, dirancang untuk menambahkan suatu rasa bagi pemikiran pendengarnya yang dibutuhkan untuk membangun kesadaran bagi pengalaman-pengalaman yang tidak bisa dicapai sampai suatu jembatan (kesadaran) telah dicapai.

Pembentukan kesadaran-batin secara bertahap ini merupakan karakter dari metode Sufistik Nashruddin. Kilatan pencerahan intuitif yang dihasilkan oleh cerita-cerita tersebut sebagian merupakan suatu pencerahan kecil pada dirinya sendiri, dan bukan suatu pengalaman intelektual. Ia juga merupakan batu loncatan menuju pembentukan kembali persepsi mistik dalam suatu penulisan yang menjebak, yang secara terus-menerus pemikiran dikondisikan oleh sistem-sistem pelatihan dalam kehidupan material. (
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar.

(HR. Muslim No. 3948)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More