Iman kepada Takdir dalam Prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Selasa, 27 Februari 2024 - 12:02 WIB
Allah mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Ilustrasi: Ist
Ahlus Sunnah wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh baik dalam i’tiqad, amal maupun perilakunya. Seluruh prinsip-prinsip yang agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari kalangan sahabat , tabi’in dan pengikut mereka yang setia.

"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).

Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya , Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Takdir baik dan buruknya"



Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada takdir. Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yakni beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Menentukan dan menulisnya di Lauh Mahfudz. Dan bahwasanya segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk, kafir, iman, taat, maksiat, itu telah dikehendaki, ditentukan, dan diciptakan-Nya. Dan bahwasanya Allah itu mencintai ketaatan dan membenci kamaksiatan.

Sedang hamba Allah itu mempunyai kekuasaan, kehendak, dan kemampuan memilih terhadap pekerjaan-pekerjaan yang menghantar mereka kepada ketaatan atau kemaksiatan, akan tetapi semua itu mengikuti kemauan dan kehendak Allah.

Berbeda dengan pendapat golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia terpaksa dengan pekerjan-pekerjaannya, tidak memiliki pilihan atau kemampuan. Sebaliknya golongan Qadariyah mengatakan bahwasanya hamba itu memiliki kemauan yang berdiri sendiri dan bahwasanya dialah yang menciptakan pekerjaannya, kemauan dan kehendak itu terlepas dari kemauan dan kehendak Allah.



Allah benar-benar telah membantah kedua pendapat di atas dengan firman-Nya:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ


Dan Kamu tidak bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya.“ [ QS At Takwir/81 :29].

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan mengatakan dengan ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi setiap hamba sebagai bantahan terhadap golongan Jabariyah yang ekstrim, bahkan menjadikannya sesuai dengan kehendak Allah, dalam saat yang sama, juga merupakan bantahan atas golongan Qadariyah.

Menurut Syaikh Al-Fauzan, beriman kepada takdir dapat menimbulkan sikap sabar saat seorang hamba menghadapi berbagai cobaan dan menjauhkannya dari segala perbuatan dosa dan hal-hal yang tidak terpuji, bahkan dapat mendorong orang tersebut untuk giat bekerja dan menjauhkan dirinya dari sikap lemah, takut dan malas.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Qatadah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak ada sikap lalai ketika tidur, akan tetapi kelalaian itu hanya ada ketika terjaga, yaitu mengakhirkan shalat hingga datang waktu shalat yang lain.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 373)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More