Prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang Beriman kepada Allah Taala
loading...
A
A
A
Sesungguhnya Ahlus Sunnah wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh baik dalam i’tiqad, amal maupun perilakunya. Seluruh prinsip-prinsip yang agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari kalangan sahabat , tabi’in dan pengikut mereka yang setia.
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya.
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada Allah. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan beriman kepada Allah artinya: berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad dan mengamalkannya, yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ dan Sifat.
Adapun Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yang dengan itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah. Apabila memang hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti: berdo’a, takut, berharap, cinta, penyembelihan, nazar, isti’anah, istighatsah, minta perlindungan, salat, puasa, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja yang disyariatkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya.
Sedangkan makna Tauhid Al Asma’ wash-Shifat adalah menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah dan mensucikannya dari segala cela dan kekurangan sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Semua ini kita yakini tanpa melakukan tamtsil (perumpamaan), tanpa tasybih (penyerupaan), dan tahrif (penyelewengan), ta’thil (penafian), dan tanpa takwil; seperti difirmankan Allah Jalla Jalaluhu.
“Tak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” [ QS Asy- Syura/42 : 11].
“Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdo’alah kamu dengannya.” [ QS Al- A’raf/7 : 180].
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya.
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada Allah. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan beriman kepada Allah artinya: berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad dan mengamalkannya, yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ dan Sifat.
Adapun Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yang dengan itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah. Apabila memang hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti: berdo’a, takut, berharap, cinta, penyembelihan, nazar, isti’anah, istighatsah, minta perlindungan, salat, puasa, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja yang disyariatkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya.
Sedangkan makna Tauhid Al Asma’ wash-Shifat adalah menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah dan mensucikannya dari segala cela dan kekurangan sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Semua ini kita yakini tanpa melakukan tamtsil (perumpamaan), tanpa tasybih (penyerupaan), dan tahrif (penyelewengan), ta’thil (penafian), dan tanpa takwil; seperti difirmankan Allah Jalla Jalaluhu.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” [ QS Asy- Syura/42 : 11].
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdo’alah kamu dengannya.” [ QS Al- A’raf/7 : 180].
(mhy)