Kenapa Imam Al-Ghazali Digelari Hujjatul Islam?
Jum'at, 01 Mei 2020 - 07:05 WIB
Siapa yang tak kenal Imam Al-Ghozali ? Beliau adalah tokoh ulama besar, ahli fiqih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki mujaddid (pembaharu) abad 5 Hijriyah dan digelari Hujjatul Islam.
Imam Al-Ghozali bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at-Thusi as-Syafi'i. Nama beliau dinisbahkan kepada pekerjaan ayahnya seorang pemintal (Al-Ghozzal) dan pebisnis wol. Ada juga yang menyebutkan bahwa nama itu disandarkan kepada kampung halaman Beliau (Ghozalah).
Imam Al-Ghozali lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55 tahun. Dari berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, Kitab Ihya Ulum ad-Diin menjadi karya paling bersinar di antara karya-karyanya.
Kenapa Imam Al-Ghazali bergelar Hujjatul Islam? Dalam buku "Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali" karya Ustaz Wildan Jauhari dijelaskan bahwa salah satunya karena beliau punya jasa yang amat besar dalam memberikan argumen (hujjah) baik lewat dalil akal atau naql.
Keduanya berjalin rapi dan saling menguatkan ibarat simpul-simpul temali yang terikat dengan benar. Hujjahnya mengalahkan sekian argumen banyak kalangan, termasuk argumen para filosuf sekuler anti Tuhan.
Ustaz Wildan Jauhari menerangkan bahwa Imam Al-Ghazali pernah berada dalam bimbingan beberapa guru yang mumpuni. Hal ini dimulai sejak usia belia hingga Beliau dewasa. Tercatat Beliau acapkali mengembara ke berbagai tempat, berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk menimba ilmu dari para ulama di zamannya.
Seperti ke Naisabur, Baghdad, Hijaz, negeri Syam dan Mesir. Perjalanan ilmiahnya dimulai dari wasiat Sang Ayah. Menjelang wafat, oleh Sang Ayah, Al-Ghazali kecil beserta saudara kandungnya Ahmad dititipkan kepada seorang shufi yang solih lagi alim agar mendapat pengajaran yang baik. Dari gurunya ini, Al-Ghazali kecil belajar ilmu khot (menulis) dan fiqh. Kemudian Beliau kembali ke Thus dan mendalami fiqh kepada Ahmad ar-Rodzakani hingga akhirnya menjadi ulama besar yang dikagumi para ulama.
Imam Al-Ghozali bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at-Thusi as-Syafi'i. Nama beliau dinisbahkan kepada pekerjaan ayahnya seorang pemintal (Al-Ghozzal) dan pebisnis wol. Ada juga yang menyebutkan bahwa nama itu disandarkan kepada kampung halaman Beliau (Ghozalah).
Imam Al-Ghozali lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55 tahun. Dari berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, Kitab Ihya Ulum ad-Diin menjadi karya paling bersinar di antara karya-karyanya.
Kenapa Imam Al-Ghazali bergelar Hujjatul Islam? Dalam buku "Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali" karya Ustaz Wildan Jauhari dijelaskan bahwa salah satunya karena beliau punya jasa yang amat besar dalam memberikan argumen (hujjah) baik lewat dalil akal atau naql.
Keduanya berjalin rapi dan saling menguatkan ibarat simpul-simpul temali yang terikat dengan benar. Hujjahnya mengalahkan sekian argumen banyak kalangan, termasuk argumen para filosuf sekuler anti Tuhan.
Ustaz Wildan Jauhari menerangkan bahwa Imam Al-Ghazali pernah berada dalam bimbingan beberapa guru yang mumpuni. Hal ini dimulai sejak usia belia hingga Beliau dewasa. Tercatat Beliau acapkali mengembara ke berbagai tempat, berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk menimba ilmu dari para ulama di zamannya.
Seperti ke Naisabur, Baghdad, Hijaz, negeri Syam dan Mesir. Perjalanan ilmiahnya dimulai dari wasiat Sang Ayah. Menjelang wafat, oleh Sang Ayah, Al-Ghazali kecil beserta saudara kandungnya Ahmad dititipkan kepada seorang shufi yang solih lagi alim agar mendapat pengajaran yang baik. Dari gurunya ini, Al-Ghazali kecil belajar ilmu khot (menulis) dan fiqh. Kemudian Beliau kembali ke Thus dan mendalami fiqh kepada Ahmad ar-Rodzakani hingga akhirnya menjadi ulama besar yang dikagumi para ulama.
(rhs)