Tips Meningatkan Ketakwaan Setelah Ramadan
Selasa, 23 April 2024 - 11:25 WIB
Ketakwaan seorang mukmin akan diganjar pahala terbaik oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Bahkan, sebagai hamba-Nya, seorang muslim yang bertakwa akan mendapatkan jaminan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.
Lantas, dengan apa kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala? Aktivis dakwah, Ustadz Sodiq Fajar SPd.I, menjelaskan tiga perkara untuk dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala. Tiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Jika shalatnya baik, maka ia akan selamat. Namun jika salatnya buruk, maka ia akan merugi.” (HR. Abu Daud no. 864)
Selain itu, salat juga merupakan perkara yang menjadi batas antara status iman dan kufur dari seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Batas antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim No. 82)
Dalam sabda beliau yang lain,
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, siapa yang meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad No. 22937)
Dengan tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan, barang siapa meninggalkan salat, maka dia kafir. Jika seseorang telah kafir, maka sudah jelas tempat kembalinya adalah neraka, bukan Surga. Kekal selama-lamanya.
Merasakan panasnya dunia saja kita sudah kesakitan. Lalu bagaimana jika gara-gara meninggalkan salat, kita merasakan panasnya akhirat yang tidak hanya dalam hitungan jam, namun selama-lamanya. Padahal sehari di akhirat itu panjangnya setara dengan seribu tahun di dunia. Na’uzubillahi min zalik.
Sungguh, kita akan sangat merugi jika sampai melalaikan salat lima waktu. Sungguh sangat merugi jika waktu kita habis untuk mengurusi urusan duniawi hingga lupa mengerjakan sholat.
Padahal, mengerjakan salat itu hanya butuh waktu yang sangat sedikit. Kira-kira hanya sepuluh menit setiap shalat, dikalikan lima. Hanya lima puluh menit dalam sehari. Sementara kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Hanya terkurangi 1 jam untuk sholat. Lalu 23 jam sisanya bisa kita manfaatkan untuk melakukan aktivitas lain yang hukumnya boleh untuk dilakukan.
Namun kenyataannya, salat lima waktu yang hanya butuh sepuluh menit pada setiap pelaksanaannya ini tetap saja kita lalaikan.
Karena Al-Qur'an adalah wahyu Allah subhanahu wata’ala yang memuat petunjuk-petunjuk utama agar seorang hamba menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia.
Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup tentu diawali dengan membacanya. Lalu memahami isinya. Kita harus mau mengkaji isinya. Bukan hanya dengan mengharap keutamaan dari membaca surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu yang sering kita jumpai keterangannya.
Memang itu termasuk salah satu yang disyariatkan, tetapi baru sebagian kecilnya saja, belum mencakup keseluruhan syariat.
Tujuan Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur'an adalah sebagaimana termaktub dalam firman-Nya,
Lantas, dengan apa kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala? Aktivis dakwah, Ustadz Sodiq Fajar SPd.I, menjelaskan tiga perkara untuk dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala. Tiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dengan menjaga salat lima waktu.
Kenapa harus menjaga salat wajib lima waktu? Sebab, salat lima waktu adalah perkara yang pertama-tama akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Salat adalah perkara yang pertama kali kita akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Jika shalatnya baik, maka ia akan selamat. Namun jika salatnya buruk, maka ia akan merugi.” (HR. Abu Daud no. 864)
Selain itu, salat juga merupakan perkara yang menjadi batas antara status iman dan kufur dari seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Batas antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim No. 82)
Dalam sabda beliau yang lain,
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, siapa yang meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad No. 22937)
Dengan tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan, barang siapa meninggalkan salat, maka dia kafir. Jika seseorang telah kafir, maka sudah jelas tempat kembalinya adalah neraka, bukan Surga. Kekal selama-lamanya.
Merasakan panasnya dunia saja kita sudah kesakitan. Lalu bagaimana jika gara-gara meninggalkan salat, kita merasakan panasnya akhirat yang tidak hanya dalam hitungan jam, namun selama-lamanya. Padahal sehari di akhirat itu panjangnya setara dengan seribu tahun di dunia. Na’uzubillahi min zalik.
Sungguh, kita akan sangat merugi jika sampai melalaikan salat lima waktu. Sungguh sangat merugi jika waktu kita habis untuk mengurusi urusan duniawi hingga lupa mengerjakan sholat.
Padahal, mengerjakan salat itu hanya butuh waktu yang sangat sedikit. Kira-kira hanya sepuluh menit setiap shalat, dikalikan lima. Hanya lima puluh menit dalam sehari. Sementara kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Hanya terkurangi 1 jam untuk sholat. Lalu 23 jam sisanya bisa kita manfaatkan untuk melakukan aktivitas lain yang hukumnya boleh untuk dilakukan.
Namun kenyataannya, salat lima waktu yang hanya butuh sepuluh menit pada setiap pelaksanaannya ini tetap saja kita lalaikan.
2. Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup
Kenapa menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup menjadi salah satu cara untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala?Karena Al-Qur'an adalah wahyu Allah subhanahu wata’ala yang memuat petunjuk-petunjuk utama agar seorang hamba menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia.
Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup tentu diawali dengan membacanya. Lalu memahami isinya. Kita harus mau mengkaji isinya. Bukan hanya dengan mengharap keutamaan dari membaca surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu yang sering kita jumpai keterangannya.
Memang itu termasuk salah satu yang disyariatkan, tetapi baru sebagian kecilnya saja, belum mencakup keseluruhan syariat.
Tujuan Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur'an adalah sebagaimana termaktub dalam firman-Nya,
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ ھُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
Lihat Juga :