Asal-Usul Keranda Mayat dan Kisah Putri Rasulullah SAW

Kamis, 25 April 2024 - 11:10 WIB
Akhlak dan pribadi Sayyidah Fatimah adalah teladan terbaik bagi kaum wanita di dunia, akhlaknya dalam menjaga kehormatan menjadi cikal bakal dibuatnya keranda mayat yang kini digunakan umat Islam di seluruh dunia. Foto ilustrasi/twitter
Ada kisah menarik dan penuh hikmah dari putri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Fatimah Az-Zahra dengan asal usul adanya keranda mayat . Seperti diketahui, putri kesayangan Baginda Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu 'anha adalah satu dari empat perempuan pemuka surga.

Putri kesayangan Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam ini lahir dari rahim mulia Sayyidah Khadijah binti Khuwailid yang juga salah satu perempuan pemuka surga. Sayyidah Fatimah dijuluki sebagai pemimpin perempuan umat Islam dan teladan terbaik bagi kaum perempuan di dunia.

Dikutip dari sumber Sumber Sirah Nabawiyah dan Kitab Hilyah Al-Aulia, kisah ini berkaitan dengan akhlak beliau dalam menjaga kehormatan. Dari kisah inilah cikal bakal dibuatnya keranda mayat yang kini digunakan umat Islam di seluruh dunia. Berikut kisahnya.

Ketika Sayyidah Fatimah sedang sakit diambang wafat, maka Asma bintu Umais radhiyallahu 'anha datang menjenguknya. Maka Fatimah berkata kepada Sayyidah Asma: "Wahai Asma, aku begitu malu ketika harus keluar besok hari di hadapan para lelaki (ketika aku telah meninggal) dan tubuhku dibawa di atas peti mati".

Peti mati ketika itu hanyalah sebuah kayu datar yang terbuka.Tubuh mayit yang sudah tertutup oleh kain kafan akan diletakkan di atasnya dan ditutup lagi dengan sebuah kain sebagai tambahan. Fatimah sangat malu dan sedih ketika tubuhnya akan terbentuk oleh kain kafan.

Beliau tidak ingin ada seorang lelaki dapat melihat bentuk dan lekuk tubuhnya. Maka dengarkanlah kembali isi curhatan Fatimah yang sungguh mendalam:

إِنِّي قَدِ اسْتَقْبَحْتُ مَا يُصْنَعُ بِالنِّسَاءِ أَنْ يُطْرَحَ عَلَى الْمَرْأَةِ الثَّوْبُ فَيَصِفُهَا


"Sesungguhnya aku merasa malu dengan apa yang terjadi untuk para wanita ketika mereka dipakaikan sebuah kain kafan, maka kafan itu membentuk tubuhnya".

Mendengar curhan hati dari Fatimah , maka Asma bintu Umais berkata padanya:

يَا ابْنَةَ رَسُولِ اللهِ أَلَا أُرِيكِ شَيْئًا رَأَيْتُهُ بِالْحَبَشَةِ


"Wahai putri Rasulullah , maukah aku kabarkan kepadamu sebuah peti mati yang aku lihat di Habasyah?"

Maka Asma membuat peti mati yang tertutup dari semua sisinya seperti sebuah kardus. Ketika peti mati sudah jadi, Asma kemudian menutup peti mati itu kembali dengan sebuah kain yang luas maka tubuh mayit yang dibawa di atasnya tidak akan mungkin terbentuk atau tersifati.

Melihat perbuatan Asma tersebut, Fatimah begitu bahagia. Seketika, Fatimah berkata kepada Asma:

سترك الله كما سترتني مَا أَحْسَنَ هَذَا وَأَجْمَلَهُ تُعْرَفُ بِهِ الْمَرْأَةُ مِنَ الرَّجُلِ فَإِذَا مِتُّ أَنَا فَاغْسِلِينِي أَنْتِ وَعَلِيٌّ


"Semoga Allah menutup auratmu sebagaimana engkau telah berusaha untuk menutup auratku."

"Betapa indahnya buatanmu ini, sehingga wanita yang meninggal bisa dibedakan dengan lelaki yang meninggal. Jika aku mati, maka mandikanlah diriku bersama Ali" (HR. Abu Nu'aim Al-Asbahani pada Hilyah Al-Aulia 2/43)

Subhanallah, Sayyidah Fatimah malu padahal nantinya hanyalah seorang yang sudah wafat dan itupun sudah benar-benar tertutup dan terbungkus dengan 5 kain kafan.

Apalagi yang akan terlihat? Sayyidah Fatimah tidaklah mencurahkan isi hatinya ketika di pasar atau sebuah taman,

namun beliau mencurahkan isi hatinya ketika beliau diambang kematian.

Sayyidah Fatimah malu ketika beliau sudah wafat, maka bagaimana dengan wanita yang masih hidup tidak memiliki rasa malu? Seandainya Fatimah melewati sebuah pasar yang ada di zaman sekarang ini dan beliau melihat para wanita zaman sekarang, maka apa yang akan Beliau katakan?
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More