Profil Ustadz Ariful Bahri, Pengisi Kajian Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi setiap Bada Maghrib
Selasa, 21 Mei 2024 - 09:48 WIB
Profil Ustadz Ariful Bahri , pengisi kajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi setiap bada Maghrib cukup menarik. Soalnya, beliau adalah putra Indonesia kelahiran Riau .
Sebagai informasi, Masjid Nabawi kerap membuka kelas-kelas kajian bagi para jemaah yang berkunjung. Masjid ini memiliki majelis kuliahnya sendiri bernama Kuliah Masjid Nabawi (Ma'had Al Haram) terbuka untuk masyarakat Arab Saudi maupun Non Saudi (Umum) untuk jenjang Mutawasithah (SMP) hingga jenjang Jaamiah (University).
Nah, di antara banyaknya kajian dan kelas di Masjid Nabawi tersebut ada satu majelis yang menggunakan bahasa Indonesia dan diisi oleh ustadz asal Indonesia. Ustaz itu adalah Ustadz Ariful Bahri. Sejak 2019, beliau mengajar kajian di Masjid Nabawi.
Kajian ustaz Ariful Bahri berfokus pada materi seputar manasik haji dan disampaikan dalam bahasa Indonesia. Meski mayoritas jemaahnya WNI, kajiannya juga dihadiri beberapa negara lain seperti Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam.
Di luar musim haji, kajian ustaz Ariful Bahri membahas tentang keutamaan Kota Madinah dan sejarahnya. Ustaz Ariful Bahri mengisi kajian keislaman setiap hari tanpa libur kecuali ketika dirinya sakit atau pergi ke Kota Makkah.
Penyajian materi yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia, menjadikan peserta mudah mencerna dan memahami materi yang disampaikan oleh Ariful.
Karunia Allah
Ustaz Ariful Bahri merupakan lulusan S1 sampai S3 Universitas Islam Madinah (UIM). Beliau menyelesaikan sidang S3-nya pada Mei 2023.
Ustaz Ariful bercerita bahwa dirinya bisa mengisi materi pengajian bada Magrib berawal saat ia kuliah S2 di UIM. Pada tahun 2019, pengelola Masjid Nabawi meminta pihak kampus UIM mengirim mahasiswanya yang secara keilmuan mumpuni, memberikan kajian di masjid yang didirikan Rasulullah Muhammad SAW itu.
Ariful mengaku tidak tahu bagaimana proses seleksinya, karena tiba-tiba dirinya diterima untuk mengisi kajian di Nabawi. Padahal ia tidak pernah diminta berkas apapun dan tidak ada proses seleksi lainnya di kampus.
Oleh karena itu, pria yang mulai belajar di UIM sejak 2007 ini menganggap kesempatan dirinya mengisi kajian di Masjid Nabawi sebagai karunia besar dari Allah.
Ariful saat itu mendapatkan informasi melalui WhatsApp bahwa namanya tercatat sebagai mahasiswa UIM yang lolos mengisi kajian di Masjid Nabawi.
Ia kemudian diminta menghubungi salah seorang Syaikh di Masjid Nabawi yang mengurusi bagian dakwah.
Waktu itu (saat pengumuman) dia sedang liburan di Indonesia. Maka, setelah Iduladha langsung menemui syaikh dimaksud. Ia kemudian diwawancarai oleh syaikh itu terkait Bahasa Arab, hafalan Al-Qur'an, dan sebagainya.
Ariful mengaku selalu senang dengan respons positif jamaah karena antusias mengikuti kajiannya dan tidak hanya duduk menunggu waktu Shalat Isya.
Selain mengaji Al-Qur'an, supaya tidak duduk-duduk begitu saja, jamaah haji itu mengikuti kajian, Ariful berpesan kepada jamaah Indonesia, khususnya yang mengikuti kajiannya, agar mereka manfaatkan waktu di Madinah dengan sebaik-baiknya.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh jamaah Indonesia, selain menjalankan Arbain atau salat fardu dalam 40 waktu. Kegiatan juga bisa diisi dengan belajar agama, seperti mengikuti kajian agama yang ia berikan.
Sebagai informasi, Masjid Nabawi kerap membuka kelas-kelas kajian bagi para jemaah yang berkunjung. Masjid ini memiliki majelis kuliahnya sendiri bernama Kuliah Masjid Nabawi (Ma'had Al Haram) terbuka untuk masyarakat Arab Saudi maupun Non Saudi (Umum) untuk jenjang Mutawasithah (SMP) hingga jenjang Jaamiah (University).
Nah, di antara banyaknya kajian dan kelas di Masjid Nabawi tersebut ada satu majelis yang menggunakan bahasa Indonesia dan diisi oleh ustadz asal Indonesia. Ustaz itu adalah Ustadz Ariful Bahri. Sejak 2019, beliau mengajar kajian di Masjid Nabawi.
Kajian ustaz Ariful Bahri berfokus pada materi seputar manasik haji dan disampaikan dalam bahasa Indonesia. Meski mayoritas jemaahnya WNI, kajiannya juga dihadiri beberapa negara lain seperti Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam.
Di luar musim haji, kajian ustaz Ariful Bahri membahas tentang keutamaan Kota Madinah dan sejarahnya. Ustaz Ariful Bahri mengisi kajian keislaman setiap hari tanpa libur kecuali ketika dirinya sakit atau pergi ke Kota Makkah.
Penyajian materi yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia, menjadikan peserta mudah mencerna dan memahami materi yang disampaikan oleh Ariful.
Karunia Allah
Ustaz Ariful Bahri merupakan lulusan S1 sampai S3 Universitas Islam Madinah (UIM). Beliau menyelesaikan sidang S3-nya pada Mei 2023.
Ustaz Ariful bercerita bahwa dirinya bisa mengisi materi pengajian bada Magrib berawal saat ia kuliah S2 di UIM. Pada tahun 2019, pengelola Masjid Nabawi meminta pihak kampus UIM mengirim mahasiswanya yang secara keilmuan mumpuni, memberikan kajian di masjid yang didirikan Rasulullah Muhammad SAW itu.
Ariful mengaku tidak tahu bagaimana proses seleksinya, karena tiba-tiba dirinya diterima untuk mengisi kajian di Nabawi. Padahal ia tidak pernah diminta berkas apapun dan tidak ada proses seleksi lainnya di kampus.
Oleh karena itu, pria yang mulai belajar di UIM sejak 2007 ini menganggap kesempatan dirinya mengisi kajian di Masjid Nabawi sebagai karunia besar dari Allah.
Ariful saat itu mendapatkan informasi melalui WhatsApp bahwa namanya tercatat sebagai mahasiswa UIM yang lolos mengisi kajian di Masjid Nabawi.
Ia kemudian diminta menghubungi salah seorang Syaikh di Masjid Nabawi yang mengurusi bagian dakwah.
Waktu itu (saat pengumuman) dia sedang liburan di Indonesia. Maka, setelah Iduladha langsung menemui syaikh dimaksud. Ia kemudian diwawancarai oleh syaikh itu terkait Bahasa Arab, hafalan Al-Qur'an, dan sebagainya.
Ariful mengaku selalu senang dengan respons positif jamaah karena antusias mengikuti kajiannya dan tidak hanya duduk menunggu waktu Shalat Isya.
Selain mengaji Al-Qur'an, supaya tidak duduk-duduk begitu saja, jamaah haji itu mengikuti kajian, Ariful berpesan kepada jamaah Indonesia, khususnya yang mengikuti kajiannya, agar mereka manfaatkan waktu di Madinah dengan sebaik-baiknya.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh jamaah Indonesia, selain menjalankan Arbain atau salat fardu dalam 40 waktu. Kegiatan juga bisa diisi dengan belajar agama, seperti mengikuti kajian agama yang ia berikan.