Pesan Menag: Jangan Ada Penumpukan Jemaah di Muzdalifah!
Rabu, 12 Juni 2024 - 16:02 WIB
MAKKAH - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan agar tidak ada penumpukan jemaah haji Indonesia di Muzdalifah saat puncak haji. Menag Yaqut mengingatkan hal itu setelah meninjau kesiapan layanan dan fasilitas bagi jemaah Indonesia di Arafah.
Setelah di Arafah, Menag Yaqut dan rombongan bergerak ke Muzdalifah yang menjadi tempat pelaksanaan mabit (bermalam) jemaah setelah menyelesaikan ibadah wukuf di Arafah.
Di sana, Gus Men meninjau lokasi pembangunan toilet yang membuat area mabit berkurang. Gus Men juga berdiskusi dengan jajarannya dan mashariq perihal pelaksanaan skema murur.
Lewat skema ini, sebagian jemaah tidak bermalam di Muzdalifah. Tapi hanya melintas saja dari atas bus untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina.
Menurut Menteri Yaqut, pembangunan toilet ini membuat area mabit di Muzdalifah berkurang hingga dua hektare. Akibatnya, ruang bagi jemaah untuk melaksanakan mabid berkurang. Dari sebelumnya 0,54 meter persegi, kini hanya tinggal 0,29 meter persegi. ”Tentu, dengan luas ini tidak memungkinkan jemaah untuk bisa nyaman (bermabit). Maka, kami ambil skema murur,” kata Yaqut.
Soal penerapan murur, Kemenag sudah mengonsultasikannya kepada para ulama maupun sejumlah ormas Islam. ”Semua memberi dukungan atas pilihan ini. Demi kenyamanan dan keselamatan jamaah,” ujarnya.
Potensi kepadatan jemaah di Muzdalifah memang jadi salah satu atensi Menag Yaqut. Di sana, Menag Yaqut sempat menanyakan antisipasi kepadatan jamaah selama Armuzna kepada pimpinan masyariq yang diwakili Amin Indragiri.
Di sisi lain, PPIH Arab Saudi sudah menyiapkan skema khusus jika kepadatan itu benar-benar terjadi. ”Jika memang kondisi stag (padat), maka kami koordinasi dengan petugas di Arafah untuk menerapkan upaya percepatan pemberangkatan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah hingga ke Mina,” kata Kasatops Armuzna PPIH Arab Saudi, Harun Arrasyid.
Setelah di Arafah, Menag Yaqut dan rombongan bergerak ke Muzdalifah yang menjadi tempat pelaksanaan mabit (bermalam) jemaah setelah menyelesaikan ibadah wukuf di Arafah.
Di sana, Gus Men meninjau lokasi pembangunan toilet yang membuat area mabit berkurang. Gus Men juga berdiskusi dengan jajarannya dan mashariq perihal pelaksanaan skema murur.
Baca Juga
Lewat skema ini, sebagian jemaah tidak bermalam di Muzdalifah. Tapi hanya melintas saja dari atas bus untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina.
Menurut Menteri Yaqut, pembangunan toilet ini membuat area mabit di Muzdalifah berkurang hingga dua hektare. Akibatnya, ruang bagi jemaah untuk melaksanakan mabid berkurang. Dari sebelumnya 0,54 meter persegi, kini hanya tinggal 0,29 meter persegi. ”Tentu, dengan luas ini tidak memungkinkan jemaah untuk bisa nyaman (bermabit). Maka, kami ambil skema murur,” kata Yaqut.
Baca Juga
Soal penerapan murur, Kemenag sudah mengonsultasikannya kepada para ulama maupun sejumlah ormas Islam. ”Semua memberi dukungan atas pilihan ini. Demi kenyamanan dan keselamatan jamaah,” ujarnya.
Potensi kepadatan jemaah di Muzdalifah memang jadi salah satu atensi Menag Yaqut. Di sana, Menag Yaqut sempat menanyakan antisipasi kepadatan jamaah selama Armuzna kepada pimpinan masyariq yang diwakili Amin Indragiri.
Di sisi lain, PPIH Arab Saudi sudah menyiapkan skema khusus jika kepadatan itu benar-benar terjadi. ”Jika memang kondisi stag (padat), maka kami koordinasi dengan petugas di Arafah untuk menerapkan upaya percepatan pemberangkatan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah hingga ke Mina,” kata Kasatops Armuzna PPIH Arab Saudi, Harun Arrasyid.
(cip)