Kisah Panglima Perang Romawi Muqauqis Mengancam Amr bin Ash
Selasa, 02 Juli 2024 - 05:15 WIB
Kemudian dijelaskannya bahwa jika mereka menerima Islam, pasukan Arab itu akan meninggalkan tempat itu. Kalau mereka menolak Islam dan menunaikan jizyah, Muslimin akan menjamin dan melindungi mereka dan akan membela mereka. Kalau Islam dan jizyah keduanya mereka tolak, maka yang keputusannya hanyalah perang.
Muqauqis sia-sia berusaha agar Ubadah mengenyampingkan ketiga perkara itu. Ia berpaling kepada stafnya ingin mengetahui pendapat mereka. Tetapi tawaran pihak Muslimin itu mereka tolak.
Ubadah dan sahabat-sahabatnya pun pergi tanpa mengubah sepatah kata pun apa yang sudah dikatakannya itu.
Muqauqis kembali menasihati stafnya akan perlunya mengadakan perdamaian dengan pihak Muslimin. Tetapi mereka berbalik menanyakan: "Bagian mana yang akan kita jawab untuk mereka?"
"Begini," kata Muqauqis, "saya tidak akan menyuruh kalian memeluk agama lain selain agama kalian. Kalau akan bertempur melawan mereka, saya tahu kalian tidak akan kuat dan tidak akan sabar dan tabah seperti mereka. Jadi harus yang ketiga."
Mereka berkata lagi: "Kita akan menjadi budak mereka untuk selama-lamanya!"
"Ya, menjadi budak yang berkuasa di negeri kita sendiri. Jiwa kita, harta kita dan anak keturunan kita aman, lebih baik daripada akhirnya kita mati atau menjadi budak yang diperjualbelikan di negeri ini, diperbudak selama-selamanya, kita, keluarga kita dan anak keturunan kita."
Mereka masih menjawab: "Buat kita lebih baik mati daripada begini!"
Lalu mereka kembali ke dalam benteng dan jembatan pun mereka putuskan dari jazirah dengan akibat perang pecah kembali antara mereka dengan pihak Muslimin.
(mhy)