Kisah Pergerakan Shalahuddin Al Ayyubi Mengusir Pasukan Eropa dari Syam
Rabu, 10 Juli 2024 - 15:03 WIB
Kisah pergerakan Shalahuddin Al Ayyubi dan pasukannya mengusir pasukan Eropa dari Syam diceritakan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "Al-Mukhtar Min al-Kamil fi al-Tarikh; Qishshah Shalahuddin al-Ayyubi" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pembebas Tanah Para Nabi".
Dikisahkan, pada tahun 578 H, tepatnya tanggal 5 Muharram, Shalahuddin Al Ayyubi bergerak dari Mesir menuju Syam. Satu hal ajaib yang pernah diceritakan adalah ketika Shalahuddin keluar dari kota Kairo dan tinggal di tendanya, hingga seluruh tentara, para petinggi negara, alim ulama, para pujangga, dan orang yang akan melepasnya serta orang yang akan menyertainya berkumpul.
Di antara mereka ada yang mengucapkan kata perpisahan, sementara mereka tidak menyertainya dalam perjalanannya. Di antara orang-orang yang datang, ada seorang guru yang bertugas mengajar putra-putra Shalahuddin. Ia melongokkan kepalanya di antara para pengunjung seraya bersyair:
“Nikmatilah harumnya bunga sedap malam, Sebab setelah malam berlalu tidak ada lagi harumnya bunga sedap malam”.
Demi mendengar ini Shalahuddin menutup pertemuan tersebut sehingga para pengunjung membubarkan diri. Guru itu tidak kembali lagi ke Kairo hingga meninggal bersamaan dengan berlalunya waktu.
Setelah pelepasan itu, Shalahuddin bergerak keluar dari Mesir. Ia diikuti oleh para pedagang, dan orang-orang yang dulunya datang ke Mesir dari Syam karena kemarau panjang di Syam, serta banyak sekali ulama.
Shalahuddin bergerak melalui Aylah. Ia mendengar bahwa tentara Eropa telah berkumpul untuk melawannya, dan mencegat perjalanannya.
Ketika Shalahuddin sudah mendekati negeri mereka, ia memerintahkan kaum dhu`afa dan kaum papa untuk berjalan bersama saudaranya, Tajulmuluk Buri, memasuki Damaskus. Shalahuddin sendiri tetap berada di tengah-tengah barisan pasukan tempurnya.
Ia lalu melancarkan serangan ke seluruh pelosok negeri yang dikuasai Eropa ini, sehingga tidak ada satu orang Eropa pun yang berani mendekatinya. Yang paling banyak menerima serangan adalah kota al-Kirk dan al-Syubek. Kemudian Shalahuddin bergerak menuju Damaskus, dan tiba di sana pada tanggal 11 Shafar tahun 578 H.
Farakhsyah
Pada tahun yang sama di bulan Shafar juga, kaum Muslimin berhasil membebaskan satu daerah dari tangan Eropa. Daerah ini dikenal dengan nama Habsjaldak, yang termasuk ke dalam wilayah Thabariyyah.
Hal ini disebabkan ketika mendengar pergerakan Shalahuddin dari Mesir menuju Syam, Eropa segera melakukan mobilisasi. Mereka mengumpulkan pasukan berkuda dan pasukan infanteri. Mereka berkumpul di daerah al-Kurk, di dekat jalan yang akan dilalui Shalahuddin, seraya berharap bisa mencuri kesempatan, atau memenangkan pertempuran, dan barangkali bisa mengalangi kaum Muslimin untuk bergerak dengan mencegatnya di beberapa jalan yang sempit.
Ketika mereka menjalankan rencana itu, negeri mereka menjadi kosong dari arah Syam.
Farakhsyah yang mengetahui hal ini segera mengumpulkan tentara di Syam, dan kemudian bergerak menuju negeri kekuasaan Eropa tersebut. Ia menyerangnya, dan membumihanguskan Daburiyah serta desa-desa sekitarnya. Ia menawan kaum laki-laki dan membunuh beberapa di antaranya, menahan kaum wanita, dan mengambil harta pampasan perangnya.
Ia membebaskan daerah yang dulunya sering menimbulkan masalah berat bagi kaum Muslimin ini, dari kekuasaan Eropa. Kaum Muslimin pun amat bergembira dengan peristiwa pembebasan ini. Farakhsyah lalu mengirimkan berita gembira ini kepada Shalahuddin, dan setelah itu ia segera bergabung dengan Shalahuddin di tengah perjalanannya. Peristiwa ini telah mematahkan kekuatan dan semangat tentara Eropa.
Dikisahkan, pada tahun 578 H, tepatnya tanggal 5 Muharram, Shalahuddin Al Ayyubi bergerak dari Mesir menuju Syam. Satu hal ajaib yang pernah diceritakan adalah ketika Shalahuddin keluar dari kota Kairo dan tinggal di tendanya, hingga seluruh tentara, para petinggi negara, alim ulama, para pujangga, dan orang yang akan melepasnya serta orang yang akan menyertainya berkumpul.
Di antara mereka ada yang mengucapkan kata perpisahan, sementara mereka tidak menyertainya dalam perjalanannya. Di antara orang-orang yang datang, ada seorang guru yang bertugas mengajar putra-putra Shalahuddin. Ia melongokkan kepalanya di antara para pengunjung seraya bersyair:
“Nikmatilah harumnya bunga sedap malam, Sebab setelah malam berlalu tidak ada lagi harumnya bunga sedap malam”.
Demi mendengar ini Shalahuddin menutup pertemuan tersebut sehingga para pengunjung membubarkan diri. Guru itu tidak kembali lagi ke Kairo hingga meninggal bersamaan dengan berlalunya waktu.
Setelah pelepasan itu, Shalahuddin bergerak keluar dari Mesir. Ia diikuti oleh para pedagang, dan orang-orang yang dulunya datang ke Mesir dari Syam karena kemarau panjang di Syam, serta banyak sekali ulama.
Shalahuddin bergerak melalui Aylah. Ia mendengar bahwa tentara Eropa telah berkumpul untuk melawannya, dan mencegat perjalanannya.
Ketika Shalahuddin sudah mendekati negeri mereka, ia memerintahkan kaum dhu`afa dan kaum papa untuk berjalan bersama saudaranya, Tajulmuluk Buri, memasuki Damaskus. Shalahuddin sendiri tetap berada di tengah-tengah barisan pasukan tempurnya.
Ia lalu melancarkan serangan ke seluruh pelosok negeri yang dikuasai Eropa ini, sehingga tidak ada satu orang Eropa pun yang berani mendekatinya. Yang paling banyak menerima serangan adalah kota al-Kirk dan al-Syubek. Kemudian Shalahuddin bergerak menuju Damaskus, dan tiba di sana pada tanggal 11 Shafar tahun 578 H.
Farakhsyah
Pada tahun yang sama di bulan Shafar juga, kaum Muslimin berhasil membebaskan satu daerah dari tangan Eropa. Daerah ini dikenal dengan nama Habsjaldak, yang termasuk ke dalam wilayah Thabariyyah.
Hal ini disebabkan ketika mendengar pergerakan Shalahuddin dari Mesir menuju Syam, Eropa segera melakukan mobilisasi. Mereka mengumpulkan pasukan berkuda dan pasukan infanteri. Mereka berkumpul di daerah al-Kurk, di dekat jalan yang akan dilalui Shalahuddin, seraya berharap bisa mencuri kesempatan, atau memenangkan pertempuran, dan barangkali bisa mengalangi kaum Muslimin untuk bergerak dengan mencegatnya di beberapa jalan yang sempit.
Ketika mereka menjalankan rencana itu, negeri mereka menjadi kosong dari arah Syam.
Farakhsyah yang mengetahui hal ini segera mengumpulkan tentara di Syam, dan kemudian bergerak menuju negeri kekuasaan Eropa tersebut. Ia menyerangnya, dan membumihanguskan Daburiyah serta desa-desa sekitarnya. Ia menawan kaum laki-laki dan membunuh beberapa di antaranya, menahan kaum wanita, dan mengambil harta pampasan perangnya.
Ia membebaskan daerah yang dulunya sering menimbulkan masalah berat bagi kaum Muslimin ini, dari kekuasaan Eropa. Kaum Muslimin pun amat bergembira dengan peristiwa pembebasan ini. Farakhsyah lalu mengirimkan berita gembira ini kepada Shalahuddin, dan setelah itu ia segera bergabung dengan Shalahuddin di tengah perjalanannya. Peristiwa ini telah mematahkan kekuatan dan semangat tentara Eropa.
(mhy)