Perang Salib III: Kisah Richard I yang Berjuluk Berhati Singa
Minggu, 04 Agustus 2024 - 09:02 WIB
Kisah ini dimulai ketika Shalahuddin Al Ayyubi sukses membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Kristen Eropa pada 2 Oktober 1187. Mendengar itu, Paus Gregory VIII mengumumkan bahwa Eropa harus menyatakan perang terhadap Shalahuddin Al Ayyubi.
Brett E. Whalen dalam bukunya berjudul "Dominion of God: Christendom and Apocalypse in the Middle Ages" (Massachusetts: Harvard University Press, 2009) menjelaskan Kerajaan Inggris mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Richard I, sedangkan Kerajaan Prancis mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Phillip II.
Keberadaan pasukan Salib juga diperkuat pasukan dari Kerajaan Suci Roma yang dipimpin oleh Frederick Barbarossa dari etnis Jerman.
Barbarossa menuju Yerusalem melalui jalur darat. Sedangkan Richard I dan Phillip II melewati jalur laut.
Dari Pelabuhan Messina di Pulau Sisilia, Richard I dan Phillip II menuju Limassol, tempat Guy memimpin Yerusalem dari jauh dan menjadi raja di Siprus.
Raja Richard I dan Phillip II terlibat dalam Perang Salib III pada tahun 1191 di Acre. Acre merupakan pelabuhan strategis untuk mencapai Yerusalem jika perjalanan dilakukan dari Siprus.
Pertempuran Acre dimulai dari tahun 1189, tepatnya pada tanggal 28 Agustus. Pertempuran Acre dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah fase di mana pasukan Salib melakukan serangan yang sia-sia karena selalu berhasil dipatahkan pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin.
Tahap kedua adalah fase di mana pasukan Salib memperoleh kemenangan karena datangnya bantuan pasukan Salib dari Eropa, yaitu pasukan Richard I dan Phillip II di pertengahan tahun 1191.
Kenneth M. Setton, Robert L. Wolff dan Harry W. Hazard dalam buku "The Later Crusades, 1189-1311" (Madison: University of Wisconsin Press, 1969) menyebutkan dengan bertambahnya jumlah pasukan, semangat pasukan Salib untuk bertempur jadi bertambah.
Pada tanggal 11 Juli 1191, Pertempuran Acre dimenangkan oleh pasukan Salib dan keesokan harinya, tanggal 12 Juli 1191, Acre diserahkan kepada pasukan Salib.
Arsuf dan Jaffa
Shalahuddin menemukan musuh yang sepadan bagi dirinya yaitu Richard I yang terkenal dijuluki “Berhati Singa”.
Sejak kemenangan di Acre, Raja Richard I diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan Salib dalam melawan pasukan Dinasti Ayyubiah. Pertempuran Arsuf yang terjadi pada 7 September 1191 dimenangkan pasukan Salib dalam waktu sehari. Pasukan Shalahuddin mengalami kekalahan luar biasa.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih pasukan Salib membuat semangat bertempur semakin bertambah. Pertempuran kembali terjadi antara Shalahuddin dengan Richard I di Jaffa pada Agustus 1192.
Pertempuran tersebut juga dimenangkan Richard I. Pertempuran Jaffa sekaligus menjadi pertempuran terakhir yang diikuti Richard I sebelum kembali ke Eropa.
Setelah Pertempuran Jaffa, maka berakhirlah Perang Salib III dengan diakhiri perjanjian damai antara pasukan Salib dengan Dinasti Ayyubiah. Kemenangan pasukan Salib di berbagai medan pertempuran tidak lengkap karena tujuan utama untuk merebut Yerusalem gagal terwujud.
Hal tersebut terjadi karena perjanjian damai tersebut telah disepakati bahwa Yerusalem tetap dalam penguasaan Dinasti Ayyubiah dan Yerusalem terbuka dan aman bagi umat Kristen yang ingin menunaikan ibadah ke Gereja Suci Selpuchre.
Secara keseluruhan perjanjian tersebut sangat menguntungkan pasukan Salib karena wilayah mereka, kecuali Yerusalem, dikembalikan oleh Shalahuddin sekaligus pengakuan secara legal oleh Shalahuddin selaku pemimpin Dinasti Ayyubiah mengenai keberadaan pemerintahan Kristen di Timur Tengah.
Lihat Juga: Perang Salib V: Kisah Shalahuddin Mempertahankan Yerusalem dari Pasukan Salib dan Turki Seljuk
Brett E. Whalen dalam bukunya berjudul "Dominion of God: Christendom and Apocalypse in the Middle Ages" (Massachusetts: Harvard University Press, 2009) menjelaskan Kerajaan Inggris mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Richard I, sedangkan Kerajaan Prancis mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Phillip II.
Keberadaan pasukan Salib juga diperkuat pasukan dari Kerajaan Suci Roma yang dipimpin oleh Frederick Barbarossa dari etnis Jerman.
Barbarossa menuju Yerusalem melalui jalur darat. Sedangkan Richard I dan Phillip II melewati jalur laut.
Dari Pelabuhan Messina di Pulau Sisilia, Richard I dan Phillip II menuju Limassol, tempat Guy memimpin Yerusalem dari jauh dan menjadi raja di Siprus.
Raja Richard I dan Phillip II terlibat dalam Perang Salib III pada tahun 1191 di Acre. Acre merupakan pelabuhan strategis untuk mencapai Yerusalem jika perjalanan dilakukan dari Siprus.
Pertempuran Acre dimulai dari tahun 1189, tepatnya pada tanggal 28 Agustus. Pertempuran Acre dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah fase di mana pasukan Salib melakukan serangan yang sia-sia karena selalu berhasil dipatahkan pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin.
Tahap kedua adalah fase di mana pasukan Salib memperoleh kemenangan karena datangnya bantuan pasukan Salib dari Eropa, yaitu pasukan Richard I dan Phillip II di pertengahan tahun 1191.
Kenneth M. Setton, Robert L. Wolff dan Harry W. Hazard dalam buku "The Later Crusades, 1189-1311" (Madison: University of Wisconsin Press, 1969) menyebutkan dengan bertambahnya jumlah pasukan, semangat pasukan Salib untuk bertempur jadi bertambah.
Baca Juga
Pada tanggal 11 Juli 1191, Pertempuran Acre dimenangkan oleh pasukan Salib dan keesokan harinya, tanggal 12 Juli 1191, Acre diserahkan kepada pasukan Salib.
Arsuf dan Jaffa
Shalahuddin menemukan musuh yang sepadan bagi dirinya yaitu Richard I yang terkenal dijuluki “Berhati Singa”.
Sejak kemenangan di Acre, Raja Richard I diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan Salib dalam melawan pasukan Dinasti Ayyubiah. Pertempuran Arsuf yang terjadi pada 7 September 1191 dimenangkan pasukan Salib dalam waktu sehari. Pasukan Shalahuddin mengalami kekalahan luar biasa.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih pasukan Salib membuat semangat bertempur semakin bertambah. Pertempuran kembali terjadi antara Shalahuddin dengan Richard I di Jaffa pada Agustus 1192.
Pertempuran tersebut juga dimenangkan Richard I. Pertempuran Jaffa sekaligus menjadi pertempuran terakhir yang diikuti Richard I sebelum kembali ke Eropa.
Baca Juga
Setelah Pertempuran Jaffa, maka berakhirlah Perang Salib III dengan diakhiri perjanjian damai antara pasukan Salib dengan Dinasti Ayyubiah. Kemenangan pasukan Salib di berbagai medan pertempuran tidak lengkap karena tujuan utama untuk merebut Yerusalem gagal terwujud.
Hal tersebut terjadi karena perjanjian damai tersebut telah disepakati bahwa Yerusalem tetap dalam penguasaan Dinasti Ayyubiah dan Yerusalem terbuka dan aman bagi umat Kristen yang ingin menunaikan ibadah ke Gereja Suci Selpuchre.
Secara keseluruhan perjanjian tersebut sangat menguntungkan pasukan Salib karena wilayah mereka, kecuali Yerusalem, dikembalikan oleh Shalahuddin sekaligus pengakuan secara legal oleh Shalahuddin selaku pemimpin Dinasti Ayyubiah mengenai keberadaan pemerintahan Kristen di Timur Tengah.
Lihat Juga: Perang Salib V: Kisah Shalahuddin Mempertahankan Yerusalem dari Pasukan Salib dan Turki Seljuk
(mhy)