Perang Salib VIII: Kisah Pasukan Salib Kalah Melawan Wabah Disentri di Tunis

Jum'at, 09 Agustus 2024 - 15:33 WIB
Perang Salib VIII terjadi pada tahun 1270 di Tunis yang pada waktu itu dikuasai oleh Dinasti Hafshidiyah. Ilustrasi: Ist
Perang Salib VIII terjadi pada tahun 1270 di Tunis yang pada waktu itu dikuasai oleh Dinasti Hafshidiyah. Sementara itu, Dinasti Mamlukiah menguasai Yerusalem .

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut Dinasti Hafshidiyah berdiri pada tahun 1229 dengan memanfaatkan lemahnya politik Kekhalifahan Muwahhidun di Maghrib.

Pendiri Dinasti Hafshidiyah tidak terlepas dari penunjukkan Muhammad bin Abu Hafsh sebagai gubernur di Ifriqiah. Lemahnya pusat pemerintahan membuat Ifriqiah melepaskan diri, dan sebuah dinasti baru didirikan di Tunis oleh Abu Zakaria yang merupakan cucu dari Abu Hafsh.

Kala itu, peta Islam telah berubah; Dinasti Ayyubiyah di Mesir telahruntuh pada tahun 1250, tidak lama setelah Perang Salib VII berakhir.



Thomas Madden dalam bukunya berjudul "The Consice History of the Crusades" (Lanham: Rowman & Littlefield, 2014) memaparkan Dinasti Mamlukiyah menjadi kekuatan Islam terkuat di Timur Tengah yang menguasai wilayah Dinasti Ayyubiyah.

Dinasti Mamlukiyah berdiri pada tahun 1250 dengan mengkudeta Turansyah yang pada waktu itu menjadi Sultan Dinasti Ayyubiah. Turansyah dikudeta oleh militer yang dikuasai Kaum Mamluk yang dipimpin oleh Izz al-Din Aibak yang didukung oleh ibu tiri Turansyah yang bernama Syajar al-Durr, atau dikenal dengan Umm al-Khalil.

Kaum Mamluk merupakan bekas budak yang berprofesi sebagai tentara pada masa Kekhalifahan Fathimiyah dan semakin kuat pada masa Dinasti Ayyubiyah.

Pada kondisi peta Islam seperti itu, Louis IX kembali berinisiatif untuk mengobarkan Perang Salib VIII. Hanya saja, keadaan Yerusalem yang dikuasai Dinasti Mamlukiah bukan lagi daerah yang tepat untuk diserang.

Pasukan Salib bukan tandingan Dinasti Mamluk. Kekalahan dan ditawannya Louis IX di Damietta dan Fariskur pada Perang Salib VII, adalah karena kekuatan Dinasti Ayyubiyah disokong oleh kaum Mamluk yang menjadi kekuatan militer utama Dinasti Ayyubiyah.



Louis IX sebenarnya ingin membalas kekalahan di Perang Salib VII dan ingin berlayar menuju Siprus, namun atas desakan saudaranya, Charles, jika Louis IX mendaratkan pasukannya di Tunis, maka pasukan Salib akan mendapatkan keuntungan karena Tunis dikuasai Dinasti Hafshidiah yang secara kekuatan militer masih dapat dikalahkan oleh pasukan Salib.

Dengan menaklukkan Tunis, pasukan Salib mempunyai bekal berharga untuk menginvasi Mesir karena membawa perlengkapan dan kebutuhan militer yang cukup, dan selanjutnya menaklukkan Yerusalem.

Pada Juli 1270, pasukan Salib tiba di Chartage. Selanjutnya Tunis, sebagai pusat pemerintahan Dinasti Hafshidiah, dikepung.

Jamil Abun-Nasr dalam bukunya berjudul "A History of Maghrib in the Islamic Period" (London: Cambridge University Press, 1993) mencatat pengepungan tersebut melahirkan perjanjian damai dan Prancis diperbolehkan berdagang di Tunis.

Pasukan Salib akhirnya harus melupakan menaklukkan Mesir karena Louis IX meninggal pada tanggal 25 Agustus 1270 akibat penyakit disentri. Penyakit tersebut juga dialami oleh sebagian pasukan Salib di Tunis.



Di Kairo, keberadaan Louis IX diketahui oleh Baibars, Sultan Dinasti Mamluk. Baibars berencana menyerang Louis IX di Tunis sebelum Louis menyerang Kairo.

Kematian Louis IX dan kembalinya pasukan Salib dari Tunis karena wabah disentri membuat Baibars membatalkan rencana menyerang Tunis.

Jadi pada Perang Salib VIII tidak pernah terjadi pertempuran fisik, dan Louis IX tercatat sebagai raja yang kalah dua kali berturut-turut; berjuang sendirian dengan pasukannya tanpa dibantu pasukan dari kerajaan di Eropa yang lain.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنۡۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهٖ يَحۡفَظُوۡنَهٗ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰهِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ‌ؕ وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوۡمٍ سُوۡۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ‌ۚ وَمَا لَهُمۡ مِّنۡ دُوۡنِهٖ مِنۡ وَّالٍ
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

(QS. Ar-Ra'd Ayat 11)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More