Suka Kepo Urusan Orang? Simak Nasihat Ini!
Kamis, 22 Agustus 2024 - 12:43 WIB
Masih suka kepo dengan urusan orang lain ? Bahkan rasa ingin tahu berlebihan ini sudah menjadi hobi? Hati-hati ya, karena hal tersebut merupakan perbuatan tercela dalam Islam.
Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Di antara keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang bukan urusannya (tidak bermanfaat baginya).” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
Menurut Ustaz Dr. Firanda Andirja, MA. hafizhahullah, hadis di atas merupakan nasihat yang sangat indah, yang sangat kita perlukan pada zaman ini. Di antara keelokan dan keindahan Islam seseorang adalah ketika dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya.
"Sehingga siapa saja yang ingin agar Islamnya menjadi semakin indah, imannya menjadi semakin meningkat, agamanya menjadi sempurna, hendaknya dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya. Hendaknya dia fokus pada perkara-perkara yang menjadi urusannya dan bermanfaat baginya,"dai yang sering mengisi Kajian Sunnah ini.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Bersemangatlah untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kalian, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau bersikap malas (untuk mengejar perkara yang bermanfaat tersebut).” (HR. Muslim no. 2664)
Orang yang fokus pada perkara yang memang menjadi urusannya, perkara yang memang bermanfaat untuknya, maka dia akan meraih berbagai kebaikan, baik kebaikan di dunia maupun kebaikan di akhirat. Inilah kunci kesuksesan orang-orang yang di zaman ini, yaitu dia serius dan fokus pada urusan-urusannya. Adapun orang-orang yang tertinggal, mereka biasanya lebih menyibukkan diri pada perkara yang bukan menjadi urusannya.
Di era informasi yang tidak ada batasnya, banyak perkara yang menjadikan kita terjebak pada perkara-perkara yang bukan menjadi urusan kita, terutama media sosial. Disertai dengan sifat manusia yang kepo dan ingin tahu, maka dia pun terjebak pada perkara yang bukan urusannya. Dia mengomentari perkara yang bukan urusannya. Dia pun melihat yang bukan urusannya. Hendaknya dia meninggalkan segala perkataan dan komentar yang bukan urusannya dan tidak bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’: 114)
Kata Allah, kebanyakan pembicaraan manusia itu tidak ada manfaatnya. Kecuali orang yang memerintahkan untuk sedekah, atau menyuruh kepada kebaikan, atau untuk mendamaikan manusia. Allah Ta’ala juga menyebutkan ciri-ciri penghuni surga Firdaus,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (sia-sia).” (QS. Al-Mu’minun: 1-3)
Selain itu, di antara ciri-ciri ibadurrahman (hamba Allah yang beriman) adalah,
Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang bukan urusannya (tidak bermanfaat baginya).” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
Menurut Ustaz Dr. Firanda Andirja, MA. hafizhahullah, hadis di atas merupakan nasihat yang sangat indah, yang sangat kita perlukan pada zaman ini. Di antara keelokan dan keindahan Islam seseorang adalah ketika dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya.
"Sehingga siapa saja yang ingin agar Islamnya menjadi semakin indah, imannya menjadi semakin meningkat, agamanya menjadi sempurna, hendaknya dia meninggalkan perkara-perkara yang bukan urusannya. Hendaknya dia fokus pada perkara-perkara yang menjadi urusannya dan bermanfaat baginya,"dai yang sering mengisi Kajian Sunnah ini.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kalian, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau bersikap malas (untuk mengejar perkara yang bermanfaat tersebut).” (HR. Muslim no. 2664)
Orang yang fokus pada perkara yang memang menjadi urusannya, perkara yang memang bermanfaat untuknya, maka dia akan meraih berbagai kebaikan, baik kebaikan di dunia maupun kebaikan di akhirat. Inilah kunci kesuksesan orang-orang yang di zaman ini, yaitu dia serius dan fokus pada urusan-urusannya. Adapun orang-orang yang tertinggal, mereka biasanya lebih menyibukkan diri pada perkara yang bukan menjadi urusannya.
Di era informasi yang tidak ada batasnya, banyak perkara yang menjadikan kita terjebak pada perkara-perkara yang bukan menjadi urusan kita, terutama media sosial. Disertai dengan sifat manusia yang kepo dan ingin tahu, maka dia pun terjebak pada perkara yang bukan urusannya. Dia mengomentari perkara yang bukan urusannya. Dia pun melihat yang bukan urusannya. Hendaknya dia meninggalkan segala perkataan dan komentar yang bukan urusannya dan tidak bermanfaat.
Hati-hati Berkomentar
Di antara perkara yang hendaknya diperhatikan adalah masalah komentar (perkataan). Tidak sembarang ucapan dia katakan, tidak sembarang berkomentar, tidak sembarang mengutip (menukil) perkataan orang lain.Allah Ta’ala berfirman,
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’: 114)
Kata Allah, kebanyakan pembicaraan manusia itu tidak ada manfaatnya. Kecuali orang yang memerintahkan untuk sedekah, atau menyuruh kepada kebaikan, atau untuk mendamaikan manusia. Allah Ta’ala juga menyebutkan ciri-ciri penghuni surga Firdaus,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (sia-sia).” (QS. Al-Mu’minun: 1-3)
Selain itu, di antara ciri-ciri ibadurrahman (hamba Allah yang beriman) adalah,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا