Toleransi Antarumat Beragama Sesuai Tuntunan Surat Al Kafirun

Kamis, 05 September 2024 - 10:47 WIB
Menempatkan toleransi antar-umat beragama sesuai tuntunan Surat Al Kafirun penting diketahui dan dipahami umat muslim. Foto ilustrasi/freepik
Menempatkan toleransi antar-umat beragama sesuai tuntunan Surat Al Kafirun penting diketahui dan dipahami umat muslim. Faktanya saat ini, makna tolernasi sudah banyak melenceng dan ditafsirnya seenaknya. Bagaimana Surat Al Kafirun ini menjelaskan tentang tolernasi tersebut?

Dalam sejarah turunnya surat Al-Kafirun ini, maka surat ini sangat dikenal sebagai surat toleransi bagi umat Islam untuk menghormati penganut atau faham agama lain dan bersesuaian dengan makna satu ayat dalam surat al Hujarat bahwa Allah memang menjadikan orang itu berbeda-beda, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal mengenal untuk saling memahami, menghormati dan bukan saling memerangi.

Imam Qurthubi dalam tafsirnya menyebut, sikap menghormati agama dan kepercayaan lain bukan berarti lemah atau diri menjadi larut mengiyakan kebenaran mereka, namun akan sebaliknya hal itu akan memperteguh keimanan dan membebaskan diri dari kemusyrikan dan kemunafikan sesuai dengan salah satu keutamaan surat al Kafirun.

Surat Al-Kafirun sendiri dimulai dengan ayat yang berbunyi “Qul yaaaaa ayyuhal kaafiruun”, merupakan surat ke 109 dalam Al-Qur’an yang berada dalam juz terakhir (jus Amma).

Pendapat Ulama tentang Toleransi

Ulama kontemporer Wahbah al-Zuhayli memberi gagasan toleransi yang diawali dengan penjelasannya tentang konsep wasatiyyah al-Islam (moderasi Islam). Beliau mengelompokan empat hal pokok tema toleransi yang dijelaskan al-Qur’an. Pertama, relasi antar Agama Samawi. Adanya beberapa akar ajaran yang sama dalam agama samawi merupakan jalan untuk membentuk sikap moderat dan toleran. Kedua, asas kebebasaan dalam memilih agama.

Poin ini menegaskan prinsip Ri’ayah al-Din yang diusung syari’at Islam. Ketiga, larangan menebar kebencian. Dan ke-empat Larangan tindakan teror serta anjuran mengutamakan keadilan. Setiap manusia berhak mendapatkan perlindungan atas kemerdekaan jiwanya.

Penafsiran al-Zuhayli mengungkap adanya pola hubungan harmonis dan toleran antar umat beragama. Hal ini sekaligus merupakan kritik ilmiah atas doktrin-doktrin kekerasan yang sering dikumandangkan kelompok radikal.

Sedamgkan Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha mengatakan kunci sikap toleransi adalah memiliki referensi keilmuan yang cukup. "Pikiran saya sederhana, ilmu itu melahirkan sikap. Jika punya referensi yang cukup tentang toleransi maka kita hidup di mana saja maka akan tetap toleransi," ucap Gus Baha seperti dilansir dari NU Online.

Gus Baha menyampaikan, memiliki sifat toleransi membuat seseorang bisa hidup di lintas negara, agama dan komunitas. Dengan begitu, kata Gus Baha, seorang muslim tidak boleh memerangi umat beragama lain karena konteksnya tidak dalam suasana perang. Adapun pihak yang boleh diperangi yaitu mereka yang memerangi kita, seperti yang terjadi pada zaman penjajahan Jepang dan Belanda di Indonesia.

"Sehingga damai dan perang ada konteks rasionalitasnya. Ayatnya jelas, seorang yang kita benci, bisa saja suatu saat nanti ditakdirkan Allah menjadi seseorang yang kita dicintai," tambah Gus Baha sambil mengutip Surat Al-Mumtahanah ayat 7.

Gus Baha menambahkan, referensi keilmuan tentang toleransi cukup banyak dalam Islam. Seperti kisah seorang Yahudi yang meminta tolong ke Siti Aisyah, setelah ditolong lalu ia mendoakan agar Aisyah selamat dari siksa kubur. "Jadi kalau beda agama, jika sesuatu yang benar maka dibenarkan. Kaidah dalam interaksi beda agama, jangan bilang iya semua, jangan bilang tidak semua, tapi sesuai referensi (ajaran nabi)," tegas Kiai Muda asal Rembang ini. Kisah lain, sambung Gus Baha, ada sosok Abdullah bin Umar yang sedang memasak daging kambing, lalu disampaikan ke pembantunya agar daging tersebut dibagikan ke tetangga yang beragama Yahudi.



Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang yang paling Allah benci adalah orang yang keras kepala lagi suka bermusuhan.

(HR. Muslim No. 4821)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More