Ini Mengapa Ulama Hadis Menerima Riwayat Khawarij, tetapi menolak Rafidah
Senin, 21 Oktober 2024 - 15:00 WIB
Khawarij adalah bentuk jamak dari kharij. Kata ini berarti orang yang menyempal dari kepatuhannya kepada pemimpin atau imam yang sah.
Seorang Khawarij mendemonstrasikan ketidakpatuhannya, dan membentuk wilayah tersendiri yang eksklusif. Ulama fikih menyebut kaum Khawarij dengan istilah al-baghy atau pemberontak.
Mahmud az-Zaby dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkan Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Pustaka, 1989) menyebut kaum Khawarij adalah sekelompok kaum Syi'ah yang menyempal dari kepemimpinan 'Ali ibn Abi Thalib.
"Mereka tidak menyetujui tahkim (arbitrase) untuk perdamaian dalam perang Siffin, sebagaimana masyhur dalam sejarah," ujar Mahmud.
Kaum Khawarij memang menyempal dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Rasulullah SAW mengeluarkan perintah perang melawan kaum Khawarij, sebagaimana disebutkan di dalam beberapa hadis sahih.
Namun, walaupun begitu, kaum Khawarij tidak tergolong sengaja berbuat dusta. Bahkan, menurut para ulama, mereka dikenal jujur.
Kaum Khawarij memandang sikap berdusta sebagai dosa besar yang menyebabkan seorang Muslim menjadi kafir, sekalipun diterapkan sekadar untuk bercerita fiktif tentang sesama manusia yang bukan Nabi. "Saya belum menemukan satu riwayat sahih yang menyebutkan bahwa Kaum Khawarij berbuat dusta tentang diri Rasulullah," kata Mahmud az-Zaby.
Menurut Dr. Mustafa as-Siba'i: "Saya telah berusaha mencari data otentik untuk menguatkan asumsi bahwa kaum Khawarij mengarang hadis palsu. Tetapi, saya belum menemukan bukti itu. Saya malah menemukan data-data ilmiah yang menyatakan kebalikan asumsi tersebut."
Sementara itu Abu Dawud menegaskan: "Di muka bumi ini, tidak ada yang lebih sahih dibanding hadis kaum Khawarij."
Ibnu Taimiyah memberikan pernyataan senada: "Tidak seorang pun di muka bumi ini yang lebih jujur dan lebih adil daripada kaum Khawarij."
Kaum Khawarij, menurut ibn Taimiyah, tidak pernah sengaja berbuat dusta. Bahkan mereka dikenal sangat jujur, sehingga ada yang mengatakan bahwa hadis kaum Khawarij adalah yang paling sahih.
Kepada seorang Rafidhah , Ibn Muthar ar-Rafidhah, Ibn Taimiyah berkata keras begini: "Kami maklum bahwa kaum Khawarij tak lebih baik dari kami. Namun, kami tidak punya alasan untuk menuduh mereka berdusta. Menurut penelitian kami, mereka, ternyata berpegang teguh kepada prinsip kejujuran, baik itu menguntungkan mereka atau mencelakakan. Sedangkan anda (kaum Rafidhah), jujur hanya sebatas tahi lalat."
Kaum Khawarij dikenal pemberani dalam membela kebenaran dan menghadapi para penguasa. Mereka jujur dan polos. Leluhur mereka berasal dari Arab murni, yang secara alamiah mewarisi sifat dan karakter itu.
Mereka juga dikenal banyak beribadah. Rasulullah bersabda: "Salatmu terlihat hina bila dibanding salat mereka." Namun, dengan sifat mereka yang unik itu, mereka dianggap sesat karena membikin bid'ah, yang timbul dari kesalahan tafsir terhadap sebagian ayat al-Qur'an dan hadis.
Kaum Rafidhah merupakan kebalikan kaum Khawarij. Bid'ah yang dilakukan kaum Rafidhah timbul dari sikap pura-pura Islam (zindiq) dan dari kekafiran (ilhad).
Mereka menghalalkan sikap dusta, yang disebut taqiyyah, sebagai ajaran agama. Mereka membikin hadis-hadis palsu untuk membenarkan sikap mengutamakan Ahlul Bayt dan menghinakan para sahabat.
Mereka berlebih-lebihan dalam melakukan semua itu, sesuka hati, hingga ke batas ekstrimitas yang memalukan. Ini diakui oleh ibn Abil Hadid di dalam buku komentarnya terhadap kitab Nahj al-Balaghah karya 'Ali ibn Abi Thalib.
Ibn Abil Hadid menulis begini: "Ketahuilah, hadis-hadis palsu yang menerangkan keutamaan (Ahlul Bait) berasal dari orang-orang Syiah."
Penganut Rafidhah umumnya para agamawan politik yang menjilat kepada para penguasa, dengan cara berkhianat kepada umat.
Sejarah mencatat pengkhianatan mereka. Misalnya, ketika Hulagu Khan hendak menaklukkan Baghdad, sejumlah tokoh Rafidhah seperti Nasiruddin al Thusi, Ibn al-Alqami dan ibn Abil Hadid, berusaha mengelabui al-Mu'tashim, khalifah 'Abbasiyah waktu itu.
Itu sebabnya, ulama hadis menerima riwayat kaum Khawarij, tetapi menolak riwayat kaum Rafidhah. Jelasnya, ada dua sebab.
Pertama, bid'ah yang diciptakan kaum Khawarij timbul dari kebodohan dan kesalahan mentakwil ayat al-Qur'an dan Sunnah. Sedangkan bid'ah kaum Rafidhah timbul dari sikap zindiq dan ilhad.
Kedua, kaum Khawarij itu jujur serta mengharamkan sikap berdusta kepada sesama manusia, apalagi mengenai Rasulullah SAW.
Sementara itu, kaum Rafidhah bahkan menjadikan cara berdusta sebagai agama, selama cara itu dapat menguatkan pendapat bid'ah mereka.
Seorang Khawarij mendemonstrasikan ketidakpatuhannya, dan membentuk wilayah tersendiri yang eksklusif. Ulama fikih menyebut kaum Khawarij dengan istilah al-baghy atau pemberontak.
Mahmud az-Zaby dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkan Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Pustaka, 1989) menyebut kaum Khawarij adalah sekelompok kaum Syi'ah yang menyempal dari kepemimpinan 'Ali ibn Abi Thalib.
"Mereka tidak menyetujui tahkim (arbitrase) untuk perdamaian dalam perang Siffin, sebagaimana masyhur dalam sejarah," ujar Mahmud.
Kaum Khawarij memang menyempal dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Rasulullah SAW mengeluarkan perintah perang melawan kaum Khawarij, sebagaimana disebutkan di dalam beberapa hadis sahih.
Namun, walaupun begitu, kaum Khawarij tidak tergolong sengaja berbuat dusta. Bahkan, menurut para ulama, mereka dikenal jujur.
Kaum Khawarij memandang sikap berdusta sebagai dosa besar yang menyebabkan seorang Muslim menjadi kafir, sekalipun diterapkan sekadar untuk bercerita fiktif tentang sesama manusia yang bukan Nabi. "Saya belum menemukan satu riwayat sahih yang menyebutkan bahwa Kaum Khawarij berbuat dusta tentang diri Rasulullah," kata Mahmud az-Zaby.
Menurut Dr. Mustafa as-Siba'i: "Saya telah berusaha mencari data otentik untuk menguatkan asumsi bahwa kaum Khawarij mengarang hadis palsu. Tetapi, saya belum menemukan bukti itu. Saya malah menemukan data-data ilmiah yang menyatakan kebalikan asumsi tersebut."
Sementara itu Abu Dawud menegaskan: "Di muka bumi ini, tidak ada yang lebih sahih dibanding hadis kaum Khawarij."
Ibnu Taimiyah memberikan pernyataan senada: "Tidak seorang pun di muka bumi ini yang lebih jujur dan lebih adil daripada kaum Khawarij."
Kaum Khawarij, menurut ibn Taimiyah, tidak pernah sengaja berbuat dusta. Bahkan mereka dikenal sangat jujur, sehingga ada yang mengatakan bahwa hadis kaum Khawarij adalah yang paling sahih.
Kepada seorang Rafidhah , Ibn Muthar ar-Rafidhah, Ibn Taimiyah berkata keras begini: "Kami maklum bahwa kaum Khawarij tak lebih baik dari kami. Namun, kami tidak punya alasan untuk menuduh mereka berdusta. Menurut penelitian kami, mereka, ternyata berpegang teguh kepada prinsip kejujuran, baik itu menguntungkan mereka atau mencelakakan. Sedangkan anda (kaum Rafidhah), jujur hanya sebatas tahi lalat."
Kaum Khawarij dikenal pemberani dalam membela kebenaran dan menghadapi para penguasa. Mereka jujur dan polos. Leluhur mereka berasal dari Arab murni, yang secara alamiah mewarisi sifat dan karakter itu.
Mereka juga dikenal banyak beribadah. Rasulullah bersabda: "Salatmu terlihat hina bila dibanding salat mereka." Namun, dengan sifat mereka yang unik itu, mereka dianggap sesat karena membikin bid'ah, yang timbul dari kesalahan tafsir terhadap sebagian ayat al-Qur'an dan hadis.
Kaum Rafidhah merupakan kebalikan kaum Khawarij. Bid'ah yang dilakukan kaum Rafidhah timbul dari sikap pura-pura Islam (zindiq) dan dari kekafiran (ilhad).
Mereka menghalalkan sikap dusta, yang disebut taqiyyah, sebagai ajaran agama. Mereka membikin hadis-hadis palsu untuk membenarkan sikap mengutamakan Ahlul Bayt dan menghinakan para sahabat.
Mereka berlebih-lebihan dalam melakukan semua itu, sesuka hati, hingga ke batas ekstrimitas yang memalukan. Ini diakui oleh ibn Abil Hadid di dalam buku komentarnya terhadap kitab Nahj al-Balaghah karya 'Ali ibn Abi Thalib.
Ibn Abil Hadid menulis begini: "Ketahuilah, hadis-hadis palsu yang menerangkan keutamaan (Ahlul Bait) berasal dari orang-orang Syiah."
Penganut Rafidhah umumnya para agamawan politik yang menjilat kepada para penguasa, dengan cara berkhianat kepada umat.
Sejarah mencatat pengkhianatan mereka. Misalnya, ketika Hulagu Khan hendak menaklukkan Baghdad, sejumlah tokoh Rafidhah seperti Nasiruddin al Thusi, Ibn al-Alqami dan ibn Abil Hadid, berusaha mengelabui al-Mu'tashim, khalifah 'Abbasiyah waktu itu.
Itu sebabnya, ulama hadis menerima riwayat kaum Khawarij, tetapi menolak riwayat kaum Rafidhah. Jelasnya, ada dua sebab.
Pertama, bid'ah yang diciptakan kaum Khawarij timbul dari kebodohan dan kesalahan mentakwil ayat al-Qur'an dan Sunnah. Sedangkan bid'ah kaum Rafidhah timbul dari sikap zindiq dan ilhad.
Kedua, kaum Khawarij itu jujur serta mengharamkan sikap berdusta kepada sesama manusia, apalagi mengenai Rasulullah SAW.
Sementara itu, kaum Rafidhah bahkan menjadikan cara berdusta sebagai agama, selama cara itu dapat menguatkan pendapat bid'ah mereka.
(mhy)