Kisah Serangan Mongol: Jutaan Muslim Dibunuh dan Diusir dari Tanahnya
Selasa, 05 November 2024 - 13:59 WIB
Pertama, bangsa Mongol berusaha untuk menguasai Cina, yakni pada tahun 1215 M, dia dapat menduduki Peking (ibu kota Cina saat itu, sekarang Beijing), setelah itu ia mencoba mengonsentrasikan perhatiannya ke sebelah barat, wilayah yang dihuni oleh umat Islam.
Kedua, Jengis Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia tengah.
Alauddin Muhammad Khawarizm Syah menerima kontrak diplomasi perdagangan ini dengan sangat hati-hati. Sehingga tidak lama setelah itu para pedagang Mongol yang beroperasi di pasar Utrar ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata.
Alasan yang dikemukakan oleh penguasa Utrar atas penangkapan tersebut adalah karena pedagang Mongol telah melakukan tindakan-tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat.
Akan tetapi alasan tersebut tidak diterima oleh Jengis Khan bahkan menimbulkan kemarahannya, dan meminta kepada Alauddin untuk menyerahkan penguasa yang menangkap delegasi perdagangannya.
Namun hal itu ditolak Alauddin. Penolakan tersebut menjadi alasan bagi Jengis Khan untuk menyerang Dinasti Khawarizm.
Pertempuran antara keduanya tidak dapat dielakkan. Namun dalam pertempuran pertama yang terjadi di Turkistan ini, masing-masing tidak mampu mengalahkan lawannya, sehingga keduanya pulang ke negerinya masing-masing tanpa membawa kemenangan.
Ketiga, pada tahun 1220 Jengis Khan bersama pasukannya datang ke Bukhara menyerang kekuatan Khawarizm. Pasukan Alauddin yang berjumlah 20.000 orang gagal menahan serangan Mongol yang berkekuatan 70.000 orang personil tentara.
Jengis Khan memerintahkan agar seluruh penduduk Bukhara segera meninggalkan kota tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan. Mereka yang masih tetap bertahan di dalam kota dibunuh.
Mereka melakukan perusakan terhadap bangunan-bangunan mesjid dan madrasah serta membakar kitab suci Al-Qur’an serta kitab-kitab lain yang mereka temui di ruangan-ruangan perpustakaan, sehingga Ibn Atsir, seorang sejarawan Muslim terkenal menyatakan bahwa perusakan tersebut menjadikan Bukhara rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.
Selain itu, mereka juga melakukan pembunuhan massal, pembakaran, rebut rampas, pembunuhan anak-anak dan bayi-bayi dalam pangkuan serta penusukan terhadap perut wanita-wanita hamil, mengobrak-abrik rumah-rumah ibadat, melemparkan kitab-kitab suci dan kitab-kitab ilmu pengetahuan serta mimbar-mimbar khutbah dan lainnya ke dalam parit-parit pertahanan.
Keempat, dari Bukhara, Jengis Khan melanjutkan serangannya ke Samarkand pada tahun 1220 M dengan 60.000 orang pasukan Mongol yang biadab itu menyebarkan kehancuran dan kebinasaan. Banyak penduduk Samarkand yang dibunuh dan ditawan.
Alauddin mencoba bertahan dengan kekuatan 50.000 orang tentara, namun nasib Samarkand sama dengan Bukhara.
Kelima, selanjutnya pasukan Jengis Khan terus melakukan serangan-serangan dan penaklukkan ke kota-kota Qunji, Nisabur, Mazindahan, Ray, Bamazan, Qazwin, Azarbaijan, dan Tibris.
Di kota-kota ini pun mereka melakukan pembunuhan besar-besaran, sehingga tercatat bahwa tidak kurang dari 1.600.000 orang tewas di Heart dan 1.747.000 orang tewas di Naisabur oleh pasukan Jengis Khan.
Dan bahkan Sultan Alauddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh dalam peperangan Mazindaran pada tahun 1220.
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh bangsa Mongol itu merupakan masa-masa gelap yang meliputi dunia Islam, dan merupakan tahun bencana dan kerusakan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Jika dihitung jumlah kaum muslim dan nonmuslim yang telah menjadi korban akibat pembantaian yang dilakukan oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan di berbagai wilayah yang telah mereka taklukkan, maka berapa jumlah mereka yang terbantai tersebut tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT saja.
Kedua, Jengis Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia tengah.
Alauddin Muhammad Khawarizm Syah menerima kontrak diplomasi perdagangan ini dengan sangat hati-hati. Sehingga tidak lama setelah itu para pedagang Mongol yang beroperasi di pasar Utrar ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata.
Alasan yang dikemukakan oleh penguasa Utrar atas penangkapan tersebut adalah karena pedagang Mongol telah melakukan tindakan-tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat.
Akan tetapi alasan tersebut tidak diterima oleh Jengis Khan bahkan menimbulkan kemarahannya, dan meminta kepada Alauddin untuk menyerahkan penguasa yang menangkap delegasi perdagangannya.
Namun hal itu ditolak Alauddin. Penolakan tersebut menjadi alasan bagi Jengis Khan untuk menyerang Dinasti Khawarizm.
Pertempuran antara keduanya tidak dapat dielakkan. Namun dalam pertempuran pertama yang terjadi di Turkistan ini, masing-masing tidak mampu mengalahkan lawannya, sehingga keduanya pulang ke negerinya masing-masing tanpa membawa kemenangan.
Ketiga, pada tahun 1220 Jengis Khan bersama pasukannya datang ke Bukhara menyerang kekuatan Khawarizm. Pasukan Alauddin yang berjumlah 20.000 orang gagal menahan serangan Mongol yang berkekuatan 70.000 orang personil tentara.
Jengis Khan memerintahkan agar seluruh penduduk Bukhara segera meninggalkan kota tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan. Mereka yang masih tetap bertahan di dalam kota dibunuh.
Mereka melakukan perusakan terhadap bangunan-bangunan mesjid dan madrasah serta membakar kitab suci Al-Qur’an serta kitab-kitab lain yang mereka temui di ruangan-ruangan perpustakaan, sehingga Ibn Atsir, seorang sejarawan Muslim terkenal menyatakan bahwa perusakan tersebut menjadikan Bukhara rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.
Selain itu, mereka juga melakukan pembunuhan massal, pembakaran, rebut rampas, pembunuhan anak-anak dan bayi-bayi dalam pangkuan serta penusukan terhadap perut wanita-wanita hamil, mengobrak-abrik rumah-rumah ibadat, melemparkan kitab-kitab suci dan kitab-kitab ilmu pengetahuan serta mimbar-mimbar khutbah dan lainnya ke dalam parit-parit pertahanan.
Keempat, dari Bukhara, Jengis Khan melanjutkan serangannya ke Samarkand pada tahun 1220 M dengan 60.000 orang pasukan Mongol yang biadab itu menyebarkan kehancuran dan kebinasaan. Banyak penduduk Samarkand yang dibunuh dan ditawan.
Alauddin mencoba bertahan dengan kekuatan 50.000 orang tentara, namun nasib Samarkand sama dengan Bukhara.
Kelima, selanjutnya pasukan Jengis Khan terus melakukan serangan-serangan dan penaklukkan ke kota-kota Qunji, Nisabur, Mazindahan, Ray, Bamazan, Qazwin, Azarbaijan, dan Tibris.
Di kota-kota ini pun mereka melakukan pembunuhan besar-besaran, sehingga tercatat bahwa tidak kurang dari 1.600.000 orang tewas di Heart dan 1.747.000 orang tewas di Naisabur oleh pasukan Jengis Khan.
Dan bahkan Sultan Alauddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh dalam peperangan Mazindaran pada tahun 1220.
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh bangsa Mongol itu merupakan masa-masa gelap yang meliputi dunia Islam, dan merupakan tahun bencana dan kerusakan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Jika dihitung jumlah kaum muslim dan nonmuslim yang telah menjadi korban akibat pembantaian yang dilakukan oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan di berbagai wilayah yang telah mereka taklukkan, maka berapa jumlah mereka yang terbantai tersebut tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT saja.