Kisah Serangan Mongol: Jutaan Muslim Dibunuh dan Diusir dari Tanahnya
Selasa, 05 November 2024 - 13:59 WIB
BANGSA Mongol adalah komunitas suku yang tinggal di Asia Tengah, di antara Danau Baikal dan pegunungan Altani yang merupakan anak gunung yang berpusat di antara Rusia dan Cina . Adapun bangsa Mongol adalah bagian dari bangsa Tartar.
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejaran Peradaban Islam" (Pusaka Riau, 2013) menyebutkan asal-usul bangsa Mongol sebelum tampilnya Jengis Khan sangat kabur. Karena mereka adalah orang-orang nomad yang hidup di perkemahan-perkemahan.
Sebagaimana kehidupan orang-orang nomad sebelumnya, mereka suka berperang, merampok, berburu dan beternak serta tinggal di sekitar danau dan sungai-sungai.
Latar belakang kehidupan mereka seperti ini sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian. Mereka patuh kepada pemimpin, peraturan dan agama yang mereka anut.
Mereka menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari di waktu terbit, tidak ada yang haram bagi mereka, sehingga semua jenis daging binatang mereka makan meskipun sudah menjadi bangkai.
Selanjutnya dinyatakan oleh Ali Husni al-Khurbuthli, bahwa pada dasarnya bangsa Mongol ini adalah kabilah-kabilah penggembala yang peradabannya sangat primitif dan ideologinya animisme.
Oleh karena hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun di daerah mereka, maka tidak ditemukan tempat penggembalaan. Akibatnya bangsa Mongol melakukan invansi ke berbagai bangsa, merampas dan merampok.
Mereka mendatangi kota-kota yang ada di sekelilingnya untuk melakukan kekerasan dan kecurangan. Invansi yang dilakukannya tidak bertujuan untuk menyebarkan akidah, pemikiran atau peradaban mereka melainkan untuk melakukan kerusakan semata-mata.
Di dalam otaknya telah tertanam pikiran-pikiran jahat, yaitu mengubah kota-kota ramai, tanah-tanah subur menjadi kota-kota padang lalang yang berperadaban primitif, sebagaimana yang pernah mereka saksikan di lingkungan tempat tinggal mereka yang pertama kali di Asia Tengah.
Bangsa Mongol berasal dari seorang tokoh terkemuka bernama “Alanja Khan”. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Tartar dan Mongol. Keduanya hidup rukun dan sejahtera dan dapat melahirkan keturunan yang banyak. Masing-masing Puak Tartar dan Puak Mongol.
Serangan Bangsa Mongol
Dari berbagai catatan sejarah, dapat diketahui bahwa julukan yang paling tepat bagi bangsa Mongol adalah penjarah yang tidak beradab dan tidak berperikemanusiaan.
Itulah Jengis Khan sebagai pemimpin bangsa Mongol pada waktu itu dianggap sebagai manusia penakluk terbesar dan terkuat, sehingga wajar saja bangsa Mongol sebagai kekuatan raksasa yang paling ditakuti.
Di samping karena keberanian dan sikap ambisiusnya, Jengis Khan mempunyai antusias yang sangat tinggi untuk meluaskan kekuasaannya ke negeri-negeri lain.
Dia bahkan bertekad untuk menguasai dunia, yakni dengan membentuk dan melatih pasukan perang yang tangguh dan berdisiplin.
Untuk merealisasikan keinginannya menguasai dunia, Jengis Khan telah berhasil membina 10.000 prajurit terlatih yang cerdas dan tanggap. Seribu orang di antaranya dipilih untuk menjadi pengawal istana dan pengawal Jengis Khan sebagai pemimpin tertinggi.
Kekuatan yang telah terhimpun itu mulai dikerahkannya untuk melakukan serangan demi serangan, di antaranya ditujukan kepada:
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejaran Peradaban Islam" (Pusaka Riau, 2013) menyebutkan asal-usul bangsa Mongol sebelum tampilnya Jengis Khan sangat kabur. Karena mereka adalah orang-orang nomad yang hidup di perkemahan-perkemahan.
Sebagaimana kehidupan orang-orang nomad sebelumnya, mereka suka berperang, merampok, berburu dan beternak serta tinggal di sekitar danau dan sungai-sungai.
Latar belakang kehidupan mereka seperti ini sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian. Mereka patuh kepada pemimpin, peraturan dan agama yang mereka anut.
Mereka menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari di waktu terbit, tidak ada yang haram bagi mereka, sehingga semua jenis daging binatang mereka makan meskipun sudah menjadi bangkai.
Selanjutnya dinyatakan oleh Ali Husni al-Khurbuthli, bahwa pada dasarnya bangsa Mongol ini adalah kabilah-kabilah penggembala yang peradabannya sangat primitif dan ideologinya animisme.
Oleh karena hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun di daerah mereka, maka tidak ditemukan tempat penggembalaan. Akibatnya bangsa Mongol melakukan invansi ke berbagai bangsa, merampas dan merampok.
Mereka mendatangi kota-kota yang ada di sekelilingnya untuk melakukan kekerasan dan kecurangan. Invansi yang dilakukannya tidak bertujuan untuk menyebarkan akidah, pemikiran atau peradaban mereka melainkan untuk melakukan kerusakan semata-mata.
Di dalam otaknya telah tertanam pikiran-pikiran jahat, yaitu mengubah kota-kota ramai, tanah-tanah subur menjadi kota-kota padang lalang yang berperadaban primitif, sebagaimana yang pernah mereka saksikan di lingkungan tempat tinggal mereka yang pertama kali di Asia Tengah.
Bangsa Mongol berasal dari seorang tokoh terkemuka bernama “Alanja Khan”. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Tartar dan Mongol. Keduanya hidup rukun dan sejahtera dan dapat melahirkan keturunan yang banyak. Masing-masing Puak Tartar dan Puak Mongol.
Serangan Bangsa Mongol
Dari berbagai catatan sejarah, dapat diketahui bahwa julukan yang paling tepat bagi bangsa Mongol adalah penjarah yang tidak beradab dan tidak berperikemanusiaan.
Itulah Jengis Khan sebagai pemimpin bangsa Mongol pada waktu itu dianggap sebagai manusia penakluk terbesar dan terkuat, sehingga wajar saja bangsa Mongol sebagai kekuatan raksasa yang paling ditakuti.
Di samping karena keberanian dan sikap ambisiusnya, Jengis Khan mempunyai antusias yang sangat tinggi untuk meluaskan kekuasaannya ke negeri-negeri lain.
Dia bahkan bertekad untuk menguasai dunia, yakni dengan membentuk dan melatih pasukan perang yang tangguh dan berdisiplin.
Untuk merealisasikan keinginannya menguasai dunia, Jengis Khan telah berhasil membina 10.000 prajurit terlatih yang cerdas dan tanggap. Seribu orang di antaranya dipilih untuk menjadi pengawal istana dan pengawal Jengis Khan sebagai pemimpin tertinggi.
Kekuatan yang telah terhimpun itu mulai dikerahkannya untuk melakukan serangan demi serangan, di antaranya ditujukan kepada: