Kisah Bijak Para Sufi: Cara Menemukan Pengetahuan yang Tersembunyi
Jum'at, 29 November 2024 - 11:31 WIB
Dzun-Nun, orang Mesir itu, menulis tentang cara menemukan pengetahuan yang tersembunyi dalam prasasti-prasasti peninggalan Firaun dengan perumpamaan.
Ada sebuah patung dengan jari menunjuk, dan di situ terpahat tulisan "Pukullah pada tanda ini untuk harta karun." Tak ada orang yang tahu awal mula patung tersebut, tetapi dari masa ke masa orang-orang pun datang kesana untuk menggali tempat yang ditunjuk oleh jari patung itu. Sebab lokasi harta itu terbuat dari batu pilihan, penggalian orang-orang itu pun sia-sia, dan rahasia harta karun itu tetap terselimut misteri.
Suatu siang kala sedang khusuk merenung, tertangkaplah oleh Dzun-Nun bahwabayangantelunjuk itu ternyata sejajar dengan sebuah garis di lantai di bawah patung tersebut. Hal ini tidak diketahui selama berabad-abad.
Ia pun segera menandai tempat itu, lalu bergegas mengumpulkan peralatan. Dengan alat pahat, dibongkarnya batu ubin besar itu. Perkiraan Dzun-Nun tepat tempat itu adalah pintu masuk di langit-langit sebuah gua bawah tanah. Di dalam gua itu terdapat berbagai macam alat pertukangan; dari benda-benda inilah Dzun-Nun mampu menarik kesimpulan tentang ilmu pengetahuan mereka, yang sudah lama lenyap, dan karenanya ia mendapatkan harta karun dan hal-hal berharga lainnya yang memang seharusnya menyertainya.
***
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" mengatakan kisah yang bisa dibilang serupa dengan apa yang telah dituturkan oleh Paus Sylvester II, yang membawa pengetahuan dari "Negeri Arab". Termasuk matematika, dari Sevilla, Spanyol, pada abad kesepuluh.
Dikenal sebagai seorang penyihir karena kemampuannya dalam bidang teknik, Gerbert (begitulah ia disapa) 'menginap bersama seorang filsuf dari sekte Saracen'. Kuat dugaan, disinilah Gerbert mendengar tentang kisah Sufi tersebut.
Konon cerita ini juga pernah dikisahkan oleh Khalifah Abu Bakar, yang wafat tahun 634.
Ada sebuah patung dengan jari menunjuk, dan di situ terpahat tulisan "Pukullah pada tanda ini untuk harta karun." Tak ada orang yang tahu awal mula patung tersebut, tetapi dari masa ke masa orang-orang pun datang kesana untuk menggali tempat yang ditunjuk oleh jari patung itu. Sebab lokasi harta itu terbuat dari batu pilihan, penggalian orang-orang itu pun sia-sia, dan rahasia harta karun itu tetap terselimut misteri.
Suatu siang kala sedang khusuk merenung, tertangkaplah oleh Dzun-Nun bahwabayangantelunjuk itu ternyata sejajar dengan sebuah garis di lantai di bawah patung tersebut. Hal ini tidak diketahui selama berabad-abad.
Baca Juga
Ia pun segera menandai tempat itu, lalu bergegas mengumpulkan peralatan. Dengan alat pahat, dibongkarnya batu ubin besar itu. Perkiraan Dzun-Nun tepat tempat itu adalah pintu masuk di langit-langit sebuah gua bawah tanah. Di dalam gua itu terdapat berbagai macam alat pertukangan; dari benda-benda inilah Dzun-Nun mampu menarik kesimpulan tentang ilmu pengetahuan mereka, yang sudah lama lenyap, dan karenanya ia mendapatkan harta karun dan hal-hal berharga lainnya yang memang seharusnya menyertainya.
***
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" mengatakan kisah yang bisa dibilang serupa dengan apa yang telah dituturkan oleh Paus Sylvester II, yang membawa pengetahuan dari "Negeri Arab". Termasuk matematika, dari Sevilla, Spanyol, pada abad kesepuluh.
Dikenal sebagai seorang penyihir karena kemampuannya dalam bidang teknik, Gerbert (begitulah ia disapa) 'menginap bersama seorang filsuf dari sekte Saracen'. Kuat dugaan, disinilah Gerbert mendengar tentang kisah Sufi tersebut.
Konon cerita ini juga pernah dikisahkan oleh Khalifah Abu Bakar, yang wafat tahun 634.
(mhy)
Lihat Juga :