Kisah Tabi'in Ar-Rabi bin Khutsaim dan Nasihatnya yang Menyentuh Hati
Minggu, 15 Desember 2024 - 16:01 WIB
"Katakanlah, Wahai Allah, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan." ( QS. Az-Zumar : 46)
Akan tetapi, rupanya orang itu belum puas dengan reaksi Syaikh, sehingga dia bertanya, "Bagaimana pendapat Anda tentang pembunuhnya?" Beliau berkata, "Kepada Allah dia kembali dan menjadi hak perhitungannya."
Setelah Hilal melihat waktu hampir memasuki zuhur, ia berkata, "Wahai Syaikh, berilah aku nasihat."
"Wahai Hilal, janganlah engkau terpedaya dengan banyaknya sanjungan orang terhadapmu, sebab orang-orang tidak mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya, melainkan hanya melihat lahiriahmu saja. Ketahuilah, sesungguhnya engkau tergantung pada amalanmu, setiap amalan yang dikerjakan bukan karena Allah Subhanahu wa Taala akan sia-sia," nasehatnya.
Selanjutnya Mundzir juga meminta hal yang sama. "Berilah wasiat kepadaku juga, semoga Allah membalas kebaikan Anda," katanya.
"Wahai putraku, jika dia tahu, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala Maha Tahu," jawab Syaikh. Kemudian beliau membaca firman Allah:
"Wahai Mundzir, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Taala terhadap ilmu yang telah kau ketahui dan yang masih tersembunyi bagimu, serahkanlah kepada yang mengetahuinya".
"Wahai Mundzir jangan sekali-kali salah satu dari kalian berdoa: 'Ya Allah, aku telah bertaubat', lalu tidak melakukannya, sebab dia dianggap dusta. Tapi katakanlah: 'Ya Allah, ampunilah aku', maka itu akan menjadi doa."
"Ketahuilah wahai Mundzir, tidak ada kebaikan dalam ucapan melainkan untuk tahlil, tahmid, takbir, dan tasbih kepada Allah, kemudian bertanya tentang kebaikan, menjaga dari kejahatan, menyeru yang maruf, mencegah dari yang mungkar, dan membaca Alquran."
Mundzir mendengarkan dengan khidmat. Namun ada sesuatu yang terasa kurang. "Telah lama kami duduk bersama Anda, namun sedikit pun kami tidak mendengar ucapan syair dari Anda, sedangkan kami melihat sebagian dari sahabat Anda mengucapkannya," tanyanya.
"Tak ada sepatah katapun yang aku ucapkan kecuali akan dicatat di dunia dan kelak akan dibacakan di akhirat. Aku tidak suka mendapatkan bukuku dibacakan di hari kiamat sedangkan di dalamnya ada kata-kata syair," jawanya kemudian beliau memperhatikan kedua tamunya itu dan berkata, "Perbanyaklah mengingat mati, karena ia adalah perkara ghaib yang amat dekat tiba saatnya. Sesuatu yang ghaib meskipun lama waktunya, pasti serasa dekat ketika datangnya."
Beliau terisak menangis sambil berkata terbata-bata, "Apa yang akan kita perbuat kelak tatkala ...." ujarnya, kemudian membaca firman Allah:
"Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya." ( QS Al-Fajar : 21-23)
Belum lagi beliau selesai bicara, terdengar suara azan zuhur. Bersamaan dengan itu putranya datang, lalu Syaikh berkata kepadanya, "Mari kita sambut panggilan Allah."
Putranya berkata kepada kami, "Tolong bantu saya untuk memapah beliau ke masjid. Semoga Allah Subhanahu wa Taala membalas kebaikan kepada kalian."
Kemudian mereka memapahnya bersama-sama sehingga beliau bisa bergantung di antara Hila dan putranya pada saat berjalan.
Akan tetapi, rupanya orang itu belum puas dengan reaksi Syaikh, sehingga dia bertanya, "Bagaimana pendapat Anda tentang pembunuhnya?" Beliau berkata, "Kepada Allah dia kembali dan menjadi hak perhitungannya."
Setelah Hilal melihat waktu hampir memasuki zuhur, ia berkata, "Wahai Syaikh, berilah aku nasihat."
"Wahai Hilal, janganlah engkau terpedaya dengan banyaknya sanjungan orang terhadapmu, sebab orang-orang tidak mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya, melainkan hanya melihat lahiriahmu saja. Ketahuilah, sesungguhnya engkau tergantung pada amalanmu, setiap amalan yang dikerjakan bukan karena Allah Subhanahu wa Taala akan sia-sia," nasehatnya.
Selanjutnya Mundzir juga meminta hal yang sama. "Berilah wasiat kepadaku juga, semoga Allah membalas kebaikan Anda," katanya.
"Wahai putraku, jika dia tahu, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala Maha Tahu," jawab Syaikh. Kemudian beliau membaca firman Allah:
"Wahai Mundzir, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Taala terhadap ilmu yang telah kau ketahui dan yang masih tersembunyi bagimu, serahkanlah kepada yang mengetahuinya".
"Wahai Mundzir jangan sekali-kali salah satu dari kalian berdoa: 'Ya Allah, aku telah bertaubat', lalu tidak melakukannya, sebab dia dianggap dusta. Tapi katakanlah: 'Ya Allah, ampunilah aku', maka itu akan menjadi doa."
"Ketahuilah wahai Mundzir, tidak ada kebaikan dalam ucapan melainkan untuk tahlil, tahmid, takbir, dan tasbih kepada Allah, kemudian bertanya tentang kebaikan, menjaga dari kejahatan, menyeru yang maruf, mencegah dari yang mungkar, dan membaca Alquran."
Mundzir mendengarkan dengan khidmat. Namun ada sesuatu yang terasa kurang. "Telah lama kami duduk bersama Anda, namun sedikit pun kami tidak mendengar ucapan syair dari Anda, sedangkan kami melihat sebagian dari sahabat Anda mengucapkannya," tanyanya.
"Tak ada sepatah katapun yang aku ucapkan kecuali akan dicatat di dunia dan kelak akan dibacakan di akhirat. Aku tidak suka mendapatkan bukuku dibacakan di hari kiamat sedangkan di dalamnya ada kata-kata syair," jawanya kemudian beliau memperhatikan kedua tamunya itu dan berkata, "Perbanyaklah mengingat mati, karena ia adalah perkara ghaib yang amat dekat tiba saatnya. Sesuatu yang ghaib meskipun lama waktunya, pasti serasa dekat ketika datangnya."
Beliau terisak menangis sambil berkata terbata-bata, "Apa yang akan kita perbuat kelak tatkala ...." ujarnya, kemudian membaca firman Allah:
كَلَّاۤ اِذَا دُكَّتِ الۡاَرۡضُ دَكًّا دَكًّا
وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
وَجِاىْٓءَ يَوۡمَٮِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَ ۙ يَوۡمَٮِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الۡاِنۡسَانُ وَاَنّٰى لَـهُ الذِّكۡرٰىؕ
وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
وَجِاىْٓءَ يَوۡمَٮِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَ ۙ يَوۡمَٮِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الۡاِنۡسَانُ وَاَنّٰى لَـهُ الذِّكۡرٰىؕ
"Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya." ( QS Al-Fajar : 21-23)
Belum lagi beliau selesai bicara, terdengar suara azan zuhur. Bersamaan dengan itu putranya datang, lalu Syaikh berkata kepadanya, "Mari kita sambut panggilan Allah."
Putranya berkata kepada kami, "Tolong bantu saya untuk memapah beliau ke masjid. Semoga Allah Subhanahu wa Taala membalas kebaikan kepada kalian."
Kemudian mereka memapahnya bersama-sama sehingga beliau bisa bergantung di antara Hila dan putranya pada saat berjalan.
Lihat Juga :