Berikut Bacaan Surat Tiap Rakaat Pada Salat Witir

Minggu, 03 Mei 2020 - 16:22 WIB
Imam al-Syafii berkata, di rakaat ketiga membaca qul huwa Allahu Ahad dan al-Muawwidzatain, ini adalah ucapannya Imam Malik dalam kasus rakaat ganjil. Ilustrasi/SINDOnews
RITUAL yang tidak bisa dilepaskan dari salat tarawih adalah tiga rakaat salat witir yang dilakukan setelahnya. Beberapa hadis menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat-surat tertentu ketika salat witir, akan tetapi ini hukumnya tidak wajib.

Jika salat witirnya 3 rakaat, di antara surat yang disunnahkan dibaca adalah surat Al-A’laa pada rakaat pertama, surat Al-Kafirun pada rakaat kedua, surat Al-Ikhlas pada rakaat ketiga.

عن أبي بن كعب قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يوتر بسبح اسم ربك الأعلى وقل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد

“Dari ‘Ubay bin Ka’ab beliau berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat witir dengan membaca (Sabbihismarabbikal a’laa),dan (Qul yaa ayyuhal kafirun), dan (Qul huwallahu ahad).” (HR. An-Nasai’y dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany)

Bisa juga membaca surat Al-A’laa pada rakaat pertama, surat Al-Kafirun pada rakaat kedua, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas pada rakaat ketiga.



عن عبد العزيز بن جريج قال: سألنا عائشة بأي شيء كان يوتر رسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ قالت كان يقرأ في الركعة الأولى بسبح اسم ربك الأعلى . وفي الثانية قل يا أيها الكافرون . وفي الثالثة قل هو الله أحد والمعوذتين

“Dari Abdul Aziz bin Juraij beliau berkata: Kami bertanya kepada ‘Aisyah: Dengan apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat witir? Maka ‘Aisyah menjawab: Beliau membaca (sabbihismarabbikal a’la) pada rakaat pertama, dan (qul yaa ayyuhal kafirun) ada rakaat yang kedua, dan (qul huwallahu ahad) serta (al mu’awwidzatain/al-falaq dan An-Naas) pada rakaat yang ketiga.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany)

Selanjutnya untuk salat witir satu rakaat, membaca seratus ayat dari surat An-Nisa

عن أبي مجلز أن أبا موسى كان بين مكة والمدينة فصلى العشاء ركعتين ثم قام فصلى ركعة أوتر بها فقرأ فيها بمائة آية من النساء ثم قال ما ألوت أن أضع قدمي حيث وضع رسول الله صلى الله عليه و سلم قدميه وأنا أقرأ بما قرأ به رسول الله صلى الله عليه و سلم

“Dari Abu Majliz bahwasanya Abu Musa Al-Asy’ary berada diantara Mekah dan Madinah, kemudian beliau salat isya 2 rakaat, setelah itu salat witir satu rakaat, membaca 100 ayat dari surat An-nisa, kemudian beliau mengatakan: Aku tidak akan meninggalkan untuk meletakkan kedua kakiku di tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua kakinya, dan aku membaca apa yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. An-nasa’I, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany)

Perbedaan Pendapat

Ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah sepakat bahwa yang disunnahkan dibaca pada dua rakaat awal salat witir adalah Surat al-A’la (rakaat pertama) dan al-Kafirun (rakaat kedua). Sedangkan untuk satu rakaat akhir, terdapat ikhtilaf (perbedaan pendapat).

Menurut Syafi’iyyah, yang dibaca adalah Surat al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas), sementara menurut Hanabilah cukup Surat al-Ikhlash, tanpa al-Mu’awwidzatain.

Dasar yang dipakai kalangan Syafi’iyyah adalah hadis riwayat an-Nasai dan Ibnu Majah, ketika Sayyidah Aisyah ditanya, surat apa yang dibaca Nabi di dalam shalat witir, beliau menjawab, rakaat pertama surat al-A’la, rakaat kedua surat al-Kafirun, rakaat ketiga al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain.

Syekh Zainuddin al-Malibari berkata: “Dan sunnah bagi orang yang berwitir tiga rakaat, membaca surat Sabbihis di rakaat pertama, surat al-Kafirun di rakaat kedua, surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain di rakaat ketiga, karena mengikuti Nabi.” (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, juz 1, hal. 290).

Ulama Hanabilah berargumen dengan hadis riwayat Ubay bin Ka’ab bahwa Nabi membaca di dalam salat witir surat al-A’la, al-Kafirun dan al-Ikhlash, tanpa menyebutkan al-Mu’awwidzatain.

Syekh Ibnu Quddamah menjelaskan: “Fasal, disunnahkan membaca di beberapa rakaat witir yang tiga, di rakaat pertama membaca surat Sabbihis, rakaat kedua qul ya ayyuhal kafirun dan rakaat ketiga qul huwa Allahu Ahad, ini adalah pendapatnya al-Tsauri, Ishaq dan para pemilik pendapat (Hanafiyyah).

Imam al-Syafii berkata, di rakaat ketiga membaca qul huwa Allahu Ahad dan al-Muawwidzatain, ini adalah ucapannya Imam Malik dalam kasus rakaat ganjil. Sedangkan untuk rakaat genap, Imam Malik berkata, tidak ada hadits yang diketahui menerangkan hal tersebut.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
cover top ayah
وَوَهَبۡنَا لَهٗۤ اِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ‌ؕ كُلًّا هَدَيۡنَا ‌ۚ وَنُوۡحًا هَدَيۡنَا مِنۡ قَبۡلُ‌ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِهٖ دَاوٗدَ وَسُلَيۡمٰنَ وَاَيُّوۡبَ وَيُوۡسُفَ وَمُوۡسٰى وَ هٰرُوۡنَ‌ؕ وَكَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَۙ (٨٤) وَزَكَرِيَّا وَيَحۡيٰى وَعِيۡسٰى وَاِلۡيَاسَ‌ؕ كُلٌّ مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَۙ (٨٥) وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَالۡيَسَعَ وَيُوۡنُسَ وَلُوۡطًا‌ ؕ وَكُلًّا فَضَّلۡنَا عَلَى الۡعٰلَمِيۡنَۙ (٨٦) وَمِنۡ اٰبَآٮِٕهِمۡ وَذُرِّيّٰتِهِمۡ وَاِخۡوَانِهِمۡ‌ۚ وَاجۡتَبَيۡنٰهُمۡ وَهَدَيۡنٰهُمۡ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍ (٨٧) ذٰ لِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهۡدِىۡ بِهٖ مَنۡ يَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِهٖ‌ؕ وَلَوۡ اَشۡرَكُوۡا لَحَبِطَ عَنۡهُمۡ مَّا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ (٨٨)
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih, dan Ismail, Ilyasa‘, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya), (dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.

(QS. Al-An'am Ayat 84-88)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More