2 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyucikan Hati
Selasa, 08 September 2020 - 16:47 WIB
Di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati . Apabila hati kita baik (bersih) maka baik pula iman dan amalnya. (
)
Ustaz Saeful Huda (pengasuh Pondok Pesantren Sultan Fatah Semarang) mengingatkan pentingnya menyucikan hati bagi penuntut ilmu . Sebab, bersihnya hati akan memudahkan seseorang mendapatkan ilmu. Syeikh Shaleh Al-Ushoimi hafizhahullah berkata: "Wadah atau tempat ilmu adalah Hati . Ilmu itu bisa masuk ke dalam hati seseorang sesuai dengan kesucian hatinya, semakin bersih hati , semakin besar pula daya serapnya terhadap ilmu."
( )
Maka, barangsiapa yang ingin menggapai sebuah ilmu, hendaklah ia menghiasi batinnya dan membersihkan hatinya dari segala bentuk kotorannya. Ada dua pokok dalam penyucian hati. Jika seseorang memperhatikan kedua hal ini maka hatinya akan bersih. Kedua hal itu adalah:
1. Bersihnya hati dari kotoran Syubhat.
2. Bersihnya hati dari kotoran Syahwat.
"Apabila engkau malu dari pandangan makhluk yang semisalmu dari kotoran yang menempel pada bajumu, maka hendaklah engkau lebih malu terhadap pandangan Allah Ta'ala pada hatimu," kata Ustaz yang pernah menimba ilmu di Hadhramaut Yaman ini.
Ustaz Saeful mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat fisikmu ataupun hartamu. Akan tetapi, Allah melihat hatimu dan amalanmu. Barangsiapa yang mensucikan hatinya, maka ilmu itu layak untuk menetap di sana. (
)
Barangsiapa yang tidak membersihkan hatinya dari kotorannya atau bahkan membiarkan hatinya kotor, maka ilmu tidak akan menetap di sana.
فالعلم جوهر لطيف لا يصلح إلا للقلب النظيف
Sungguh, ilmu adalah mutiara yang sangat berharga. Tidak pantas disimpan kecuali pada hati yang bersih .
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air." Beliau ditanya "Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?" Rasulullah SAW bersabda, "Memperbanyak mengingat maut (kematian) dan membaca Al-Qur'an." (HR. Al-Baihaqi). ( )
Ponpes Sultan Fatah Semarang
( )
Baca Juga
Ustaz Saeful Huda (pengasuh Pondok Pesantren Sultan Fatah Semarang) mengingatkan pentingnya menyucikan hati bagi penuntut ilmu . Sebab, bersihnya hati akan memudahkan seseorang mendapatkan ilmu. Syeikh Shaleh Al-Ushoimi hafizhahullah berkata: "Wadah atau tempat ilmu adalah Hati . Ilmu itu bisa masuk ke dalam hati seseorang sesuai dengan kesucian hatinya, semakin bersih hati , semakin besar pula daya serapnya terhadap ilmu."
( )
Maka, barangsiapa yang ingin menggapai sebuah ilmu, hendaklah ia menghiasi batinnya dan membersihkan hatinya dari segala bentuk kotorannya. Ada dua pokok dalam penyucian hati. Jika seseorang memperhatikan kedua hal ini maka hatinya akan bersih. Kedua hal itu adalah:
1. Bersihnya hati dari kotoran Syubhat.
2. Bersihnya hati dari kotoran Syahwat.
"Apabila engkau malu dari pandangan makhluk yang semisalmu dari kotoran yang menempel pada bajumu, maka hendaklah engkau lebih malu terhadap pandangan Allah Ta'ala pada hatimu," kata Ustaz yang pernah menimba ilmu di Hadhramaut Yaman ini.
Ustaz Saeful mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat fisikmu ataupun hartamu. Akan tetapi, Allah melihat hatimu dan amalanmu. Barangsiapa yang mensucikan hatinya, maka ilmu itu layak untuk menetap di sana. (
Baca Juga
Barangsiapa yang tidak membersihkan hatinya dari kotorannya atau bahkan membiarkan hatinya kotor, maka ilmu tidak akan menetap di sana.
فالعلم جوهر لطيف لا يصلح إلا للقلب النظيف
Sungguh, ilmu adalah mutiara yang sangat berharga. Tidak pantas disimpan kecuali pada hati yang bersih .
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air." Beliau ditanya "Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?" Rasulullah SAW bersabda, "Memperbanyak mengingat maut (kematian) dan membaca Al-Qur'an." (HR. Al-Baihaqi). ( )
Ponpes Sultan Fatah Semarang
( )
(rhs)