Umbar Foto di Medsos Picu Munculnya Penyakit Mental?
Sabtu, 19 September 2020 - 06:19 WIB
Banyaknya foto-foto yang dibagikan di media sosial tentu memberikan kesan yang berbeda-beda pada setiap orang yang melihatnya. Mulai dari yang positif sampai yang negatif. Yang ironi, membagi foto diri di medsos sudah seperti candu. Hampir setiap hari, bahkan hampir setiap waktu terus membuat status atau meng-upload gambar-gambar berupa foto diri, keluarga atau aktivitas hariannya di medsos.
Padahal, mestinya muslimah berhati-hati men-share foto atau video diri, keluarga atau anak di sosial media. Hendaknya setiap muslimah bijak dalam memposting hal apapun ke media sosial, terutama foto dan video. Rasa kagum yang dibarengi dengan rasa benci atau iri saat seseorang melihat foto-foto yang dibagikan di media sosial, bisa memberikan dampak negatif pada orang yang ada di dalam foto tersebut, atau yang biasa dikenal dengan penyakit ‘ain .
(Baca juga : Raihlah Berkah dari Ibrah Ibunda Para Rasul )
Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun kagum pada seseorang. Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan panah hasad pada orang yang di benci atau dikagumi tersebut. Sehingga menimbulkan penyakit bagi orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun penyakit psikis.
Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan merupakan penyakit medis. Namun, penyakit ini dapat mengganggu kesehatan secara mental. Intinya, penyakit ‘ain adalah penyakit (baik pada badan maupun jiwa) yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub atau kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.
(Baca juga: Kebodohan, Asal Mula dari Segala Keburukan )
‘Ain juga disebut penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:
إصابة العائن غيرَه بعينه
“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (dari kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid).
Ibnul Atsir rahimahullah berkata, “Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.” Sekilas ini terkesan mengada-ada atau sulit diterima oleh akal, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada.
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابِقُ الْقَدْرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ … ( رواه مسلم وأحمد والترمذي وصححه )
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya …” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
(Baca juga : elar-gelar bagi Perempuan yang Menjaga Kemaluannya )
Walaupun sudah berhijab syar’i, tidak nampak dari diri kecuali kedua mata, bukan suatu alasan kita boleh memperlihatkan diri di medsos.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ … ( رواه الترمذي )
“wanita itu aurat maka bila dia keluar rumah maka setan mengikutinya …” (HR: At-Tirmidzi).
Dikatakan pada hadis itu “wanita”, maka apapun keadaannya wanita itu tetaplah aurat. Di zaman yang sangat maju ini, tanpa keluar rumah pun wanita bisa memperlihatkan dirinya kepada dunia. Ingatlah, setan juga ada di setiap gambar diri yang bertebaran di media sosial.
(Baca juga : DPR: Kemenkes Jadi Klaster Baru karena Sering Testing dan Tracing )
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata:
كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ العَيْنِ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim).
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallambersabda:
أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’).
Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
(Baca juga : Ratusan Buku Bersejarah Senilai Rp47 Miliar Ditemukan Terkubur di Rumania )
Lantas, apakah penyebab terjadinya penyakit ‘ain? Fatwa Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan bahwa ain terjadi karena adanya hasad (iri dan dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain.
Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari. Namun akibatnya bisa berlangsung terus-menerus, hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang terkena kemalangan penyakit ‘ain ini. Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah mengobrol dan ibu pertama terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh anaknya ibu kedua.
Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap kelebihan anak ibu pertama. Sehingga terlepaslah panah hasad tersebut yang mengenai anak dari ibu pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau mengalami perubahan perilaku yang meresahkan hati orangtuanya. Seperti membangkang ataupun tiba-tiba menjauh.
(Baca juga : Siap-siap 1,8 Juta Guru Honorer Bakal Dapat BLT Rp2,4 Juta )
وقد أمر الله نبيَّه محمَّداً صلى الله عليه وسلم بالاستعاذة من الحاسد ، فقال تعالى : ومن شر حاسد إذا حسد ، فكل عائن حاسد وليس كل حاسد عائنا
“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah).
Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadis, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallamberdoa:
اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي
“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud).
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Wallahu A'lam
Padahal, mestinya muslimah berhati-hati men-share foto atau video diri, keluarga atau anak di sosial media. Hendaknya setiap muslimah bijak dalam memposting hal apapun ke media sosial, terutama foto dan video. Rasa kagum yang dibarengi dengan rasa benci atau iri saat seseorang melihat foto-foto yang dibagikan di media sosial, bisa memberikan dampak negatif pada orang yang ada di dalam foto tersebut, atau yang biasa dikenal dengan penyakit ‘ain .
(Baca juga : Raihlah Berkah dari Ibrah Ibunda Para Rasul )
Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun kagum pada seseorang. Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan panah hasad pada orang yang di benci atau dikagumi tersebut. Sehingga menimbulkan penyakit bagi orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun penyakit psikis.
Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan merupakan penyakit medis. Namun, penyakit ini dapat mengganggu kesehatan secara mental. Intinya, penyakit ‘ain adalah penyakit (baik pada badan maupun jiwa) yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub atau kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.
(Baca juga: Kebodohan, Asal Mula dari Segala Keburukan )
‘Ain juga disebut penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:
إصابة العائن غيرَه بعينه
“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (dari kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid).
Ibnul Atsir rahimahullah berkata, “Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.” Sekilas ini terkesan mengada-ada atau sulit diterima oleh akal, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada.
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابِقُ الْقَدْرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ … ( رواه مسلم وأحمد والترمذي وصححه )
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya …” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
(Baca juga : elar-gelar bagi Perempuan yang Menjaga Kemaluannya )
Walaupun sudah berhijab syar’i, tidak nampak dari diri kecuali kedua mata, bukan suatu alasan kita boleh memperlihatkan diri di medsos.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ … ( رواه الترمذي )
“wanita itu aurat maka bila dia keluar rumah maka setan mengikutinya …” (HR: At-Tirmidzi).
Dikatakan pada hadis itu “wanita”, maka apapun keadaannya wanita itu tetaplah aurat. Di zaman yang sangat maju ini, tanpa keluar rumah pun wanita bisa memperlihatkan dirinya kepada dunia. Ingatlah, setan juga ada di setiap gambar diri yang bertebaran di media sosial.
(Baca juga : DPR: Kemenkes Jadi Klaster Baru karena Sering Testing dan Tracing )
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata:
كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ العَيْنِ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim).
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallambersabda:
أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’).
Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
(Baca juga : Ratusan Buku Bersejarah Senilai Rp47 Miliar Ditemukan Terkubur di Rumania )
Lantas, apakah penyebab terjadinya penyakit ‘ain? Fatwa Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan bahwa ain terjadi karena adanya hasad (iri dan dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain.
Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari. Namun akibatnya bisa berlangsung terus-menerus, hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang terkena kemalangan penyakit ‘ain ini. Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah mengobrol dan ibu pertama terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh anaknya ibu kedua.
Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap kelebihan anak ibu pertama. Sehingga terlepaslah panah hasad tersebut yang mengenai anak dari ibu pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau mengalami perubahan perilaku yang meresahkan hati orangtuanya. Seperti membangkang ataupun tiba-tiba menjauh.
(Baca juga : Siap-siap 1,8 Juta Guru Honorer Bakal Dapat BLT Rp2,4 Juta )
وقد أمر الله نبيَّه محمَّداً صلى الله عليه وسلم بالاستعاذة من الحاسد ، فقال تعالى : ومن شر حاسد إذا حسد ، فكل عائن حاسد وليس كل حاسد عائنا
“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah).
Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadis, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallamberdoa:
اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي
“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud).
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Wallahu A'lam
(wid)