Diusir dari Surga, Adam Diturunkan ke India, Hawa ke Jeddah

Selasa, 05 Mei 2020 - 02:54 WIB
Setelah Adam turun ke bumi, kepadanya Allah menimpakan tidur sehingga dia tertidur. Ilustrasi/Ist
Kisah berikut dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”. ( )

Mengapa ketika Hawa telah memakan buah pohon itu pakaiannya tidak terlepas saat itu juga, sementara ketika Adam memakannya, seketika itu juga pakaiannya terlepas?

Seandainya pakaian Hawa terlepas ketika itu juga, tentu Adam akan kembali dan tidak akan memakan buah pohon itu. Di samping itu, denda itu diberikan kepada orang yang bersangkutan karena perintah tersebut pertama kali diberikan kepada Adam.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Adam memakan sesuatu dari pohon itu ketika dia lupa. Allah berfirman: Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka dia lupa (akan perintah itu)… (QS Thaha : 115). Dalam hal ini ada sebuah syair berikut:

Sungguh aku telah melupakanmu,

lupa toh bisa dimaafkan.

Manusia yang pertama kali lupa

adalah manusia yang pertama.

Setelah Adam as memakan dari pohon tersebut, Allah memerintahkan kepada Jibril untuk menggenggam ubun-ubun Adam dan Hawa dan mengeluarkan mereka berdua dari surga. Lalu Jibril mengeluarkan mereka berdua dari surga dan keduanya dinyatakan telah bermaksiat.

Diriwayatkan, setelah Adam dan Hawa memakan dari pohon itu, keduanya jadi telanjang. Lalu keduanya berkeliling mendekati pepohonan yang ada di surga untuk membuat penutup aurat dengan daun-daunnya. Ternyata pepohonan yang ada di surga menghindar dari mereka berdua. Hanya pohon Tin yang kasihan kepadanya. Pohon itu menutupi aurat Adam dengan daun-daunnya.

Menurut sebuah riwayat, yang menutupi aurat Adam adalah kayu ‘ud (kayu gaharu berbau wangi). Oleh karena itu, Allah memuliakan kayu tersebut dengan bau yang wangi dan memuliakan pohon Tin dengan buah manis yang tidak berbiji.

Menurut riwayat lain, dengan kayu Hana’ (sejenis pohon pacar). Oleh karena itu, bekas yang ditinggalkan oleh pohon itu kelihatan baik dan membuat bahagia sehingga pohon tersebut disebut Hana’.

Ka’ab al-Ahbar mengatakan, “Setelah Adam telanjang, Allah mewahyukan kepadanya, ‘Datanglah kepada-Ku, Aku ingin melihatmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, aku tidak sanggup melakukannya. Sebab, aku malu kepada-Mu dan merasa hina.’” Dalam makna ini ada sebuah syair:

Dengan satu kesalahan dan satu dosa saja,

manusia terusir dari surga.

Maka bagaimana dengan beribu-ribu dosa

engkau berharap bisa masuk ke sana?

Dia mengatakan, kemudian Jibril memegang tangan Adam, sementara Adam dalam keadaan telanjang dan tidak memakai tutup kepala. Jibril turun membawa Adam ke bumi di hari Jumat menjelang matahari terbenam. Adam diturunkan di sebuah gunung yang ada di negeri India yang bernama Rahun.

Adapun Hawa, keindahan dan kecantikannya hilang. Dia dicoba dengan haid dan darinya diputuskan sebutan nasab. Akibatnya, keturunan yang lahir kemudian disebut dengan anak-anak Adam, bukan anak-anak Hawa. Sebabnya adalah karena dia bersama Iblis telah memperdaya Adam; dia lebih dahulu memulai memakan sesuatu dari pohon gandum itu.

Hawa diturunkan di dekat pantai laut asin di Jeddah. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian; sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” (QS Al-A’raaf : 24).
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Handlalah bin Ali bahwa Mihjan bin Al Adra' telah menceritakan kepadanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu beliau mendapati seorang laki-laki membaca tasyahud seusai shalat yang mengucapkan: Allahumma inni as'aluka Ya Allah Al Ahad As Shamad alladzii lam yalid wa lam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad antaghfira lii dzunuubi innaka antal ghafuurur rakhiim (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, Dzat yang Maha Esa, Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  Maka beliau bersabda: Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 835)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More