Perang Irak di Era Khalifah Umar bin Khattab, Jalankan Wasiat Abu Bakar
Senin, 21 September 2020 - 13:31 WIB
SUATU hari Khalifah Umar bin Khattab sedang duduk di Masjid setelah selesai memberikan pedoman kepada Muslimin mengenai kebijaksanaannya, dan bahwa sudah tiba saatnya harus mereka laksanakan. Abu Ubaid datang kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal sehubungan dengan keberangkatannya ke Irak memimpin pasukan yang sudah berkumpul. Bagi Umar, penaklukan ke Persia adalah wasiat dari Khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq . (
)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul “ Umar Bin Khattab ” menulis, kala itu semua mereka menyambut Umar dengan sebutan Khalifah Khalifah Rasulullah . Menurut Haekal, dengan kata-kata yang diulang, gelar ini terasa berat diucapkan dan berat pula di telinga. “Apa yang bergejolak dalam hati ini menjadi bahan pembicaraan mereka pula,” tuturnya. ( )
Sementara dalam keadaan demikian tiba-tiba salah seorang dari mereka tampil menyambut Umar dengan kata-kata: "Salamullah 'alaika ya amirul mu'minin — Salam sejahtera bagi Anda, wahai Amirulmukminin!"
Mendengar gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu gelar ini melekat pada Umar dan seterusnya dipakai oleh para penulis. ( )
Sedangkan dalam kitab Tarikh Damsyiq, Ibn Asakir mengutip dua sumber mengenai siapa yang memulai penyebutan "Amirulmukminin" ini. Sumber pertama mengatakan bahwa al- Mugirah bin Syu'bah yang pertama kali memanggilnya dengan gelar ini.
Sumber kedua mengatakan bahwa Umar menulis surat kepada wakilnya di Irak agar mengirim dua orang yang tangguh dan terpandang untuk dimintai keterangan mengenai keadaan di sana. Maka diutus Adi bin Hatim at-Ta'i dan Labid bin Rabi'ah. ( )
Sesampai di Madinah, setelah menambat unta di serambi Masjid, mereka masuk. Keduanya menemui Amr bin al-As. "Izinkan kami menemui Amirulmukminin," kata mereka.
Amr kemudian masuk menemui Khalifah Umar seraya berkata: "Amirulmukminin, gubernur Irak mengutus Adi bin Hatim dan Labid bin Rabi'ah... lalu kata mereka: Izinkan kami menemui Amirulmukminin. Sejak itu tak ada lagi orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang sudah menyebutnya "Amirulmukminin." ( )
Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
Nasehat Umar
Abu Ubaid bin Mas'ud as-Saqafi adalah wakil Muslim pertama di Irak. Itu sebabnya Khalifah Umar mengangkatnya sebagai panglima, dan memerintahkan memimpin pasukan itu berangkat apabila persiapan pasukan sudah selesai.
Sebelum itu, Umar memerintahkan Musanna bin Harisah untuk berangkat lebih dulu. "Cepat-cepatlah supaya kawan-kawan Anda segera menemui Anda!" perintah Umar.
Musanna segera memacu kudanya dan kembali ke Hirah, markas pasukan Muslim di wilayah Irak. (
)
Sebulan setelah itu, Abu Ubaid meminta izin kepada Khalifah Umar untuk berangkat. Selanjutnya Khalifah Umar mengulang pesannya untuk memperhatikan pendapat sahabat-sahabat Nabi dan mengikutsertakan mereka dalam segala hal, bermusyawarah dengan Salit bin Qais, mengingat keberanian dan pengalamannya.
Khalifah Umar memang memberi kepercayaan kepada Salit, sehingga ia berkata kepada Abu Ubaid: "Saya tidak berkeberatan mengangkat Salit kalau tidak karena ketergopohannya dalam perang. Orang yang tergopoh-gopoh dalam perang akan kehilangan arah. Yang sangat diperlukan dalam perang hanya orang yang tenang dan tabah." ( )
Abu Ubaid berangkat dengan pasukannya. Sesampainya di Irak ia melihat Musanna sudah menarik pasukannya dari Hirah ke Khaffan, di perbatasan dengan daerah pedalaman.
Rustum
Rustum , panglima perang Persia , terkenal pemberani dan ambisius. Ambisinya ini membuat rakyat Persia kagum dan senang kepadanya. Karena ambisinya ini juga para sejarawan menyebutkan bahwa dia ahli perbintangan. Di bintang-bintang itu ia melihat nasib masa depan Persia. Ditanya bagaimana ia memegang jabatan itu padahal sudah melihat segala yang ada dalam perbintangan, dia menjawab: “Ambisi dan kehormatan”.
Tak lama sesudah ia diangkat oleh Boran, Kaisar Persia, ia menulis surat kepada para pejabat di Sawad dengan perintah agar mereka memberontak kepada kekuasaan Muslimin. Di setiap kampung diselundupkan satu orang untuk menghasut penduduk, di samping mengirim pasukan untuk memancing bentrok senjata dengan Musanna. Semua perintahnya itu sudah meluas di kalangan rakyat. Maka akibatnya orang-orang Irak di bagian hulu sampai ke hilir, semua bergolak.
Berita peristiwa ini diketahui oleh Musanna. Menurut hematnya tak ada gunanya pasukannya menghadapi orang-orang yang sudah disiapkan Rustum untuk mengadakan bentrok senjata dengan dia. Lebih baik dia berhati-hati dan menarik pasukannya dari Hirah ke Khaffan supaya tidak disergap dari belakang.
Baca Juga
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul “ Umar Bin Khattab ” menulis, kala itu semua mereka menyambut Umar dengan sebutan Khalifah Khalifah Rasulullah . Menurut Haekal, dengan kata-kata yang diulang, gelar ini terasa berat diucapkan dan berat pula di telinga. “Apa yang bergejolak dalam hati ini menjadi bahan pembicaraan mereka pula,” tuturnya. ( )
Sementara dalam keadaan demikian tiba-tiba salah seorang dari mereka tampil menyambut Umar dengan kata-kata: "Salamullah 'alaika ya amirul mu'minin — Salam sejahtera bagi Anda, wahai Amirulmukminin!"
Mendengar gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu gelar ini melekat pada Umar dan seterusnya dipakai oleh para penulis. ( )
Sedangkan dalam kitab Tarikh Damsyiq, Ibn Asakir mengutip dua sumber mengenai siapa yang memulai penyebutan "Amirulmukminin" ini. Sumber pertama mengatakan bahwa al- Mugirah bin Syu'bah yang pertama kali memanggilnya dengan gelar ini.
Sumber kedua mengatakan bahwa Umar menulis surat kepada wakilnya di Irak agar mengirim dua orang yang tangguh dan terpandang untuk dimintai keterangan mengenai keadaan di sana. Maka diutus Adi bin Hatim at-Ta'i dan Labid bin Rabi'ah. ( )
Sesampai di Madinah, setelah menambat unta di serambi Masjid, mereka masuk. Keduanya menemui Amr bin al-As. "Izinkan kami menemui Amirulmukminin," kata mereka.
Amr kemudian masuk menemui Khalifah Umar seraya berkata: "Amirulmukminin, gubernur Irak mengutus Adi bin Hatim dan Labid bin Rabi'ah... lalu kata mereka: Izinkan kami menemui Amirulmukminin. Sejak itu tak ada lagi orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang sudah menyebutnya "Amirulmukminin." ( )
Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
Nasehat Umar
Abu Ubaid bin Mas'ud as-Saqafi adalah wakil Muslim pertama di Irak. Itu sebabnya Khalifah Umar mengangkatnya sebagai panglima, dan memerintahkan memimpin pasukan itu berangkat apabila persiapan pasukan sudah selesai.
Sebelum itu, Umar memerintahkan Musanna bin Harisah untuk berangkat lebih dulu. "Cepat-cepatlah supaya kawan-kawan Anda segera menemui Anda!" perintah Umar.
Musanna segera memacu kudanya dan kembali ke Hirah, markas pasukan Muslim di wilayah Irak. (
Baca Juga
Sebulan setelah itu, Abu Ubaid meminta izin kepada Khalifah Umar untuk berangkat. Selanjutnya Khalifah Umar mengulang pesannya untuk memperhatikan pendapat sahabat-sahabat Nabi dan mengikutsertakan mereka dalam segala hal, bermusyawarah dengan Salit bin Qais, mengingat keberanian dan pengalamannya.
Khalifah Umar memang memberi kepercayaan kepada Salit, sehingga ia berkata kepada Abu Ubaid: "Saya tidak berkeberatan mengangkat Salit kalau tidak karena ketergopohannya dalam perang. Orang yang tergopoh-gopoh dalam perang akan kehilangan arah. Yang sangat diperlukan dalam perang hanya orang yang tenang dan tabah." ( )
Abu Ubaid berangkat dengan pasukannya. Sesampainya di Irak ia melihat Musanna sudah menarik pasukannya dari Hirah ke Khaffan, di perbatasan dengan daerah pedalaman.
Rustum
Rustum , panglima perang Persia , terkenal pemberani dan ambisius. Ambisinya ini membuat rakyat Persia kagum dan senang kepadanya. Karena ambisinya ini juga para sejarawan menyebutkan bahwa dia ahli perbintangan. Di bintang-bintang itu ia melihat nasib masa depan Persia. Ditanya bagaimana ia memegang jabatan itu padahal sudah melihat segala yang ada dalam perbintangan, dia menjawab: “Ambisi dan kehormatan”.
Tak lama sesudah ia diangkat oleh Boran, Kaisar Persia, ia menulis surat kepada para pejabat di Sawad dengan perintah agar mereka memberontak kepada kekuasaan Muslimin. Di setiap kampung diselundupkan satu orang untuk menghasut penduduk, di samping mengirim pasukan untuk memancing bentrok senjata dengan Musanna. Semua perintahnya itu sudah meluas di kalangan rakyat. Maka akibatnya orang-orang Irak di bagian hulu sampai ke hilir, semua bergolak.
Berita peristiwa ini diketahui oleh Musanna. Menurut hematnya tak ada gunanya pasukannya menghadapi orang-orang yang sudah disiapkan Rustum untuk mengadakan bentrok senjata dengan dia. Lebih baik dia berhati-hati dan menarik pasukannya dari Hirah ke Khaffan supaya tidak disergap dari belakang.