Omar Khayyam dan Tentang Kegelisahan yang Menyedihkan

Jum'at, 25 September 2020 - 10:37 WIB
Omar Khayyam. Foto/Ilustrasi/Wikipedia
KARYA Omar Khayyam versi FitzGerald (bahasa Inggris) tidak pernah diperbaiki lagi karena, agar berbagai gagasan sufi bisa dikenal generasi secara luas, harus ada kadar harmoni tertentu antara gagasan dan formulasi waktu. ( )

Hal ini bukan berarti bahwa setiap orang bisa melihat kandungan mistik dalam karya Omar. Ia telah mengesankan Swinburne, Meredith dan banyak orang yang mencari pola pemikiran non-konvensional. Namun yang lain merasa bahwa dalam beberapa hal, kandungan mistik itu adalah suatu ancaman bagi konvensi. Seorang pakar teologi ternama, Dr. Hastie, tidak berusaha memahami kedalaman makna mistikal itu dalam karya Omar. ( )


Idries Shah dalam bukunya The Sufis memaparkan dalam versi FitzGerald, Dr. Hastie hanya menemukan "sosok jenaka yang bersahaja, refleksi sangat dangkal dan syair-syair gersang serta kontras".

FitzGerald sendiri telah mengkaji suatu "segi baru tentang Omar ", tentang kegelisahan "yang menyedihkan, penipuan diri, kultus tidak wajar atas dirinya oleh orang-orang fanatik". ( )

"Kultus" ini merupakan "suatu kegilaan retoris dan delusi, kegandrungan dan pemujaan semu".



Apakah pendeta yang terhormat itu merasa terancam oleh orang yang bagaimanapun hanyalah "sosok bijak yang agak gila, berandalan pengecut, pailit dan pembual buta yang suka menggertak?" ( )

Omar bisa jadi kerapkah dipahami di Timur maupun Barat sedemikian rupa. Yang sangat mengkhawatirkan adalah begitu banyak mahasiswa Muslim yang berbahasa Inggris di India terlampau meminati Khayyam dari terjemahan FitzGerald itu.

Namun setidaknya seorang teolog Muslim telah mengedarkan suatu peringatan. Dalam The Explanation of Khayyam (Molvi Khanzada, Lahore, 1929), sebuah pamflet yang beredar luas, ia telah berusaha sebisa mungkin membawa masalah itu ke dalam perspektifnya sendiri. ( )

Pertama ia membuktikan, dan bukan tanpa alasan, bahwa FitzGerald sebenarnya tidak mengetahui bahasa Persia dengan baik. Kedua, ia menegaskan bahwa Cowell juga tidak tahu bahasa Persia dengan baik (tulisan mereka berdua seperti cakar ayam, seperti tulisan anak kecil).

Orang yang ingin mengkaji Khayyam pertama kali seharusnya mempelajari bahasa Persia, bukan bahasa Inggris. Bahkan sebelum mengkaji Khayyam, ia harus mampu memahami dasar-dasar Islam secukupnya sebelum memasuki materi pelik seperti Sufisme. ( )

Akhirnya, Khayyam merupakan sebuah istilah generik yang diterapkan para Sufi sebagai suatu metode pengajaran, yang bila dikaji sendiri tanpa mengacu pada kitab-kitab lain dan tanpa bimbingan seorang guru pasti akan menyesatkan.

Khayyam adalah sebuah kultus agung di Inggris. Para pemujanya telah membentuk kelompok-kelompok, menaburi bunga mawar Nisyapur di atas pusara FitzGerald, dan menirukan syair-syairnya.



Idries Shah mengatakan kultus ini sangat banyak, padahal kita tahu bahwa manuskrip tertua ditulis tiga ratus lima puluh tahun setelah kematian sang pengarang -- hampir seperti kita semua tahu tentang St. John of the Cross berdasarkan sebuah dokumen yang ditulis akhir-akhir ini dan harus mendasarkan pemahaman kita dari dokumen itu serta sebagian kecil dokumen lainnya.




Dari sudut pandang Sufi, Idries Shah bilang, puisi Khayyam mempunyai berbagai manfaat, entah dikaji untuk menjelaskan maknanya semata, entah dibacakan dengan syarat-syarat tertentu untuk meningkatkan taraf-taraf kesadaran, entah "mengungkap rahasianya" untuk digunakan sebagai materi kajian Sufi.




Itulah sebagian warisan Sufi, dan sebagaimana telah memainkan peran komprehensif, pemahamannya sendiri merupakan pola pemikiran khas Sufi.

Ada laporan bahwa Khan Jan-Fishan Khan, pemimpin Sufi Hindu-Kush dan guru utama yang agung pada abad kesembilan belas, telah menggunakan syair-syair Omar dalam pengajarannya. Seorang muridnya melaporkan:
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Umar bin Al Khaththab, Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:  Maukah kalian aku beritahu pemimpin kalian yang terbaik dan pemimpin kalian yang terburuk?  Pemimpin yang terbaik adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan kebaikan kepada mereka, dan mereka pun mendoakan kebaikan kepada kalian,  Sedangkan pemimpin kalian yang terburuk adalah mereka yang kalian benci, dan merekapun membenci kalian, kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian.

(HR. Tirmidzi No. 2190)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More