Kisah Guru dan Keledai, Omar Khayyam Percaya Reinkarnasi?
Minggu, 27 September 2020 - 08:29 WIB
Namun Omar bukan sedang (sebagaimana dikira kalangan eksternalis) menunjukkan bahwa beberapa unsur entitas manusia dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup yang lain, dan juga tidak untuk mengambil suatu kesempatan menandingi skolastisisme gersang di zamannya, ataupun sedang menunjukkan bahwa ia mempengaruhi keledai dengan syair itu.
Jika ia tidak menunjukkan apa-apa di hadapan muridnya, tidak melontarkan sebuah gurauan, bukan melakukan suatu perbuatan misterius, tidak berkhotbah tentang suatu bentuk reinkarnasi dan menggubahnya secara esensial, lalu apa yang dilakukannya?
Ia sedang melakukan apa yang biasa dilakukan oleh guru Sufi -- memberikan pengaruh kompleks demi kebaikan murid, membiarkan mereka melibatkan diri ketika menyertai seorang guru melalui sebuah pengalaman komprehensif.
Ini adalah suatu bentuk komunikasi demonstratif yang hanya dikenal oleh mereka yang telah mengalami pahit getir latihan sebuah madzhab Sufi. Proses itu diuraikan dengan pemahaman dalam suatu upaya menghubungkannya dengan peristiwa tunggal, bahkan peristiwa ganda, untuk tujuan rasional, namun arti tujuan rasional ini dilepaskan.
Murid mempelajari melalui metode itu dan tidak mungkin disampaikan dengan metode lain mana pun. Mereproduksinya dengan cara tertentu, kecuali menambah sebuah peringatan dengan mencoba menunjukkan karakter khusus. Situasi ini setidaknya akan tampak kabur bagi kebanyakan pengamat serius.
Nama Omar yang dipilih untuk dirinya -- Omar Khayyam - mengungkapkan beberapa jenis rahasia bagi Ghaqi -- sang Dermawan (Orang yang sangat suka berbuat baik), sebuah nama yang digunakan untuk orang yang tidak peduli pada hal-hal duniawi biasa. Hilangnya perhatian itu mencegah dirinya untuk mengembangkan persepsi dari dimensi lain.
Salah satu pembelaan para penyair terhadap Omar dalam melawan pemikir mekanis -- akademis atau emosional -- mungkin masih digunakan sebagai justifikasi untuk mencela pengkritiknya yang arogan dan para pengulas:
Wahai orang yang tidak mengerti,
Jalan itu bukan ini dan itu!
Jika ia tidak menunjukkan apa-apa di hadapan muridnya, tidak melontarkan sebuah gurauan, bukan melakukan suatu perbuatan misterius, tidak berkhotbah tentang suatu bentuk reinkarnasi dan menggubahnya secara esensial, lalu apa yang dilakukannya?
Ia sedang melakukan apa yang biasa dilakukan oleh guru Sufi -- memberikan pengaruh kompleks demi kebaikan murid, membiarkan mereka melibatkan diri ketika menyertai seorang guru melalui sebuah pengalaman komprehensif.
Ini adalah suatu bentuk komunikasi demonstratif yang hanya dikenal oleh mereka yang telah mengalami pahit getir latihan sebuah madzhab Sufi. Proses itu diuraikan dengan pemahaman dalam suatu upaya menghubungkannya dengan peristiwa tunggal, bahkan peristiwa ganda, untuk tujuan rasional, namun arti tujuan rasional ini dilepaskan.
Murid mempelajari melalui metode itu dan tidak mungkin disampaikan dengan metode lain mana pun. Mereproduksinya dengan cara tertentu, kecuali menambah sebuah peringatan dengan mencoba menunjukkan karakter khusus. Situasi ini setidaknya akan tampak kabur bagi kebanyakan pengamat serius.
Nama Omar yang dipilih untuk dirinya -- Omar Khayyam - mengungkapkan beberapa jenis rahasia bagi Ghaqi -- sang Dermawan (Orang yang sangat suka berbuat baik), sebuah nama yang digunakan untuk orang yang tidak peduli pada hal-hal duniawi biasa. Hilangnya perhatian itu mencegah dirinya untuk mengembangkan persepsi dari dimensi lain.
Salah satu pembelaan para penyair terhadap Omar dalam melawan pemikir mekanis -- akademis atau emosional -- mungkin masih digunakan sebagai justifikasi untuk mencela pengkritiknya yang arogan dan para pengulas:
Wahai orang yang tidak mengerti,
Jalan itu bukan ini dan itu!
(mhy)
Lihat Juga :