Engkau Maha Pemaaf yang Menyukai Permintaan Maaf, Maafkanlah Aku
Selasa, 05 Mei 2020 - 15:21 WIB
Pada doa malam Lailatul Qadar tersebut, Allah disapa dengan 'Afuwun, bukan Ghafur. Imam al-Ghazali, seperti dikutip M Quraish Shihab dalam Tasir al-Mishbah, membedakan keduanya. Al-'Afuw mengandung makna menghapus, mencabut akar sesuatu, membinasakan, dan sebagainya.
Sedangkan, al-Ghafur berarti menutup. Sesuatu yang menutup pada hakikatnya tetap wujud, hanya tidak terlihat, sedangkan yang dihapus, hilang, kalaupun tersisa, paling bekasnya saja.
Istighfar Jadi Solusi
Dalam kitab Bustanul Khatib diceritakan, sufi kenamaan al-Hasan al-Bashri (wafat 110 H) didatangi seseorang yang mengeluhkan paceklik dan kekeringan, maka beliau menasehati, "Beristighfarlah". Lalu, datang lagi orang lain mengadukan kemiskinannya, beliau menasihati, "Beristighfarlah." Kemudian, datang lagi orang mengadukan masalah sedikitnya anak, sang sufi berpesan, "Beristighfarlah."
Salah seorang muridnya bertanya, "Mengapa istighfar menjadi solusi?"
Hasan al-Bashri menjawab, "Tidakkah kamu membaca firman Allah SWT dalam surah Nuh ayat 10-12: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'."
Orang yang mendapatkan maafnya Allah akan terhapus dosa-dosanya. Adakah kebahagiaan yang lebih tinggi dalam hidup ini selain memperoleh ampunan dan maaf Allah SWT? Maka, senantiasalah mengajukan satu permintaan pada setiap malam Ramadhan, "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa'fu anni'." Amin.
Sedangkan, al-Ghafur berarti menutup. Sesuatu yang menutup pada hakikatnya tetap wujud, hanya tidak terlihat, sedangkan yang dihapus, hilang, kalaupun tersisa, paling bekasnya saja.
Istighfar Jadi Solusi
Dalam kitab Bustanul Khatib diceritakan, sufi kenamaan al-Hasan al-Bashri (wafat 110 H) didatangi seseorang yang mengeluhkan paceklik dan kekeringan, maka beliau menasehati, "Beristighfarlah". Lalu, datang lagi orang lain mengadukan kemiskinannya, beliau menasihati, "Beristighfarlah." Kemudian, datang lagi orang mengadukan masalah sedikitnya anak, sang sufi berpesan, "Beristighfarlah."
Salah seorang muridnya bertanya, "Mengapa istighfar menjadi solusi?"
Hasan al-Bashri menjawab, "Tidakkah kamu membaca firman Allah SWT dalam surah Nuh ayat 10-12: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'."
Orang yang mendapatkan maafnya Allah akan terhapus dosa-dosanya. Adakah kebahagiaan yang lebih tinggi dalam hidup ini selain memperoleh ampunan dan maaf Allah SWT? Maka, senantiasalah mengajukan satu permintaan pada setiap malam Ramadhan, "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa'fu anni'." Amin.
(mhy)