Rasulullah Mengucap 70 Kali Istigfar di Tiap Majlis: Wahai Rabb-ku Ampunilah Daku dan Berilah Aku Tobat
loading...
A
A
A
Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW beristigfar. Dan Rasulullah SAW adalah manusia yang paling banyak beristigfar kepada Rabbnya. Sahabat beliau pernah menghitung, dalam satu majlis, Rasulullah SAW lebih dari tujuh puluh kali mengucapkan: "Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah aku tobat".
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "At Taubat Ila Allah" (Maktabah Wahbah, Kairo, 1998) menukil An-Nasaai meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah SAW mengucapkan: "Aku memohon ampunan kepada Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Aku memohon tobat kepadaNya" dalam satu majlis, sebelum bangkit darinya, sebanyak seratus kali.
Dalam satu riwayat: "kami menghitung Rasulullah SAW dalam satu majlis mengucapkan: 'Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah daku tobat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun' sebanyak seratus kali." [Fathul Bari: 11/101, 102].
Dalam sahih Muslim dari hadis al Aghar al Muzni diriwayatkan:
"Pernah ada kelalaian untuk berzikir dalam hatiku, dan aku beristigfar kepada Allah SWT setiap hari sebanyak seratus kali untuk kelalaian itu ".
Dalam sahih Bukhari dari hadits Abi Hurairah r.a .:
"Demi Allah, aku beristigfar dan meminta tobat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali".
Ulama menafsirkan "al ghain" yang berada dalam hati Rasulullah SAW itu adalah: suatu masa Rasulullah SAW tidak melakukan zikir yang terus dilakukan beliau. Dan jika Rasulullah SAW melupakannya karena suatu hal, maka beliau menganggap itu sebagai dosa, dan beliau beristigfar kepada Allah SWT dari kelalaian itu.
Ada yang berpendapat: itu adalah sesuatu yang terjadi dalam hati, seperti keinginan hati yang biasa terjadi dalam diri manusia.
Ada yang berpendapat: para nabi adalah orang yang amat berusaha keras untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Karena mereka mengetahui hak-Nya atas mereka sehingga mereka terus bersyukur kepada Allah SWT, dan mengakui bahwa mereka selalu kurang sempurna dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka.
Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkata: adalah Rasulullah SAW selalu meningkat derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang sebelumnya, dan beliau akan beristigfar atas derajat yang lebih rendah itu.
Al Muhasiby berkata: malaikat dan para nabi adalah orang yang lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan orang yang lebih rendah derajatnya dari mereka. Dan takut mereka adalah sebuah takut penghormatan dan pemuliaan. Mereka beristigfar dari kekurang sempurnaan dalam menjalankan apa yang seharusnya, bukan karena dosa yang dilakukan.
Qadhi 'Iyadh berkata: sabda beliau, "Wahai Rabb-ku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang aku telah dahulukan dan apa yang aku telah tunda dapat dinilai sebagai sebuah ungkapan dari ketawadhu'an, ketundukan, sikap merendahkan diri, dan sebagai kesyukuran kepada Rabbnya, karena beliau tahu bahwa Allah SWT telah mengampuninya.
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "At Taubat Ila Allah" (Maktabah Wahbah, Kairo, 1998) menukil An-Nasaai meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah SAW mengucapkan: "Aku memohon ampunan kepada Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Aku memohon tobat kepadaNya" dalam satu majlis, sebelum bangkit darinya, sebanyak seratus kali.
Dalam satu riwayat: "kami menghitung Rasulullah SAW dalam satu majlis mengucapkan: 'Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah daku tobat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun' sebanyak seratus kali." [Fathul Bari: 11/101, 102].
Baca Juga
Dalam sahih Muslim dari hadis al Aghar al Muzni diriwayatkan:
"Pernah ada kelalaian untuk berzikir dalam hatiku, dan aku beristigfar kepada Allah SWT setiap hari sebanyak seratus kali untuk kelalaian itu ".
Dalam sahih Bukhari dari hadits Abi Hurairah r.a .:
"Demi Allah, aku beristigfar dan meminta tobat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali".
Ulama menafsirkan "al ghain" yang berada dalam hati Rasulullah SAW itu adalah: suatu masa Rasulullah SAW tidak melakukan zikir yang terus dilakukan beliau. Dan jika Rasulullah SAW melupakannya karena suatu hal, maka beliau menganggap itu sebagai dosa, dan beliau beristigfar kepada Allah SWT dari kelalaian itu.
Ada yang berpendapat: itu adalah sesuatu yang terjadi dalam hati, seperti keinginan hati yang biasa terjadi dalam diri manusia.
Ada yang berpendapat: para nabi adalah orang yang amat berusaha keras untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Karena mereka mengetahui hak-Nya atas mereka sehingga mereka terus bersyukur kepada Allah SWT, dan mengakui bahwa mereka selalu kurang sempurna dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka.
Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkata: adalah Rasulullah SAW selalu meningkat derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang sebelumnya, dan beliau akan beristigfar atas derajat yang lebih rendah itu.
Al Muhasiby berkata: malaikat dan para nabi adalah orang yang lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan orang yang lebih rendah derajatnya dari mereka. Dan takut mereka adalah sebuah takut penghormatan dan pemuliaan. Mereka beristigfar dari kekurang sempurnaan dalam menjalankan apa yang seharusnya, bukan karena dosa yang dilakukan.
Qadhi 'Iyadh berkata: sabda beliau, "Wahai Rabb-ku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang aku telah dahulukan dan apa yang aku telah tunda dapat dinilai sebagai sebuah ungkapan dari ketawadhu'an, ketundukan, sikap merendahkan diri, dan sebagai kesyukuran kepada Rabbnya, karena beliau tahu bahwa Allah SWT telah mengampuninya.
(mhy)