Hadhramaut, Negeri Wali Pencetak Ulama dan Dai Nusantara
Selasa, 05 Mei 2020 - 23:42 WIB
Hadhramaut, sebuah lembah di negeri Yaman dikenal sebagai surganya ilmu dan buminya para Waliyullah. Dari sinilah lahir para ulama dan embrio-embrio penebar dakwah Islam di dunia termasuk di Nusantara.
Salah satu keistimewaan Hadhramaut adalah negerinya diberkahi dan jauh dari hiruk pikuk dunia. Seorang ulama Hadis Al-Hafiz Al-Quraisy mengatakan, sahabat Abu Dzar Al-Ghifari RA meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Jika timbul fitnah, hendaklah kalian (tinggal) di Yaman karena (tempat) itu diberkati". Dalam hadis lain disebutkan, "Penduduknya (orang-orang Yaman) bersifat pengasih, tanahnya diberkahi dan ibadah di sana pahalanya besar."
Di Hadhramaut terdapat kota bersejarah bernama Tarim. Di kota ini terdapat banyak masjid yang jumlahnya mencapai 360 buah. Sekolah (pesantren) tempat menimba ilmu yang terkenal di antaranya Rubath Tarim, Darul Musthafa, Dar az-Zahra, Universitas Al-Ahgaff.
Sisma Fitra, seorang pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Universitas Al Ahgaff asal Jawa Tengah menyebutkan, saat ini ada sekitar 2600 pelajar Indonesia yang sedang belajar di negeri Ratu Bilqis itu. Dia menceritakan, sejak dahulu para ulama dan penebar Islam lahir dari negeri ini.
Dimulai dari Walisongo yang masyhur dalam penyebaran Islam di Nusantara hingga anak cucu keturunan Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan Habaib. Merekalah yang mulanya menyampaikan risalah Islam di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Tarim adalah tempat favorit bagi pelajar mancanegara, termasuk Indonesia. Banyak dari negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand menjadikan Tarim sebagai surga dalam mencari ilmu. Ada juga yang berasal dari Australia, Amerika, dan negara-negara Eropa. Mereka belajar di Tarim untuk mengenal lebih banyak tentang Islam, toleransi dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Sisma Fitra menyebut bahwa sejak 2010 lalu Kota Tarim ditetapkan sebagai Kota Pusat Kebudayaan Islam. Maka tidak heran jika banyak orang dari seluruh penjuru dunia meninggalkan negerinya untuk belajar di halaqah-halaqah ilmu di Kota Tarim. Kota inilah yang menjadi poros Ahlussunah wal Jamaah yang melahirkan dai-dai di jalan Allah.
Kota Tarim terberkahi oleh doa Sayidina Abubakar as-Shidiq. Beliau berdoa agar ulama saleh Tarim tumbuh sebanyak rumput, diberkahi air dan tidak akan mati api di Tarim serta agar Tarim tidak punah, bahkan selalu makmur. Dari ribuan pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Yaman, kebanyakan dari mereka belajar di Kota Tarim. Dengan lingkungan yang kondusif, Tarim membuat banyak orang betah belajar di sana.
Seorang ulama besar Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas berkata, "Aku bisa mendatangkan dalil dari semua adat penduduk Tarim dari Al-Qur'an dan Hadis Nabi". Itu artinya tidak ada yang dilakukan penduduk Tarim kecuali berlandaskan Sunnah Nabi. Cara duduk mereka, cara makan, cara minum, cara bermuamalah, cara segala-galanya dilakukan dengan sesuai apa yang dianjurkan Rasulullah. Bahkan di pasar-pasar tidak ditemukan perempuan. Semua yang belanja kebutuhan sehari-hari adalah kaum laki-laki.
Buminya Para Waliyullah
Disebutkan oleh Al-Habib Hasan Assyatiri bahwa terdapat 200 wali tersebar di pasar Tarim. Jumlah sebanyak itu terdapat di pasar Tarim, lalu bagaimana masjid dan halaqah-halaqah ilmunya. Bahkan disebutkan oleh Habib Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladawilah, "Jalanan Kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak punya guru".
Jika ditelaah, kekerabatan antara Yaman dan Indonesia sudah berlangsung dari lama. Sejak dulu, negeri sejuta wali ini mempunyai andil besar dalam penyampaian risalah Islam ke Indonesia. Ulama Walisongo yang berhasil menyebarkan Islam di Nusantara, nenek moyangnya berasal dari Hadhramaut, Yaman.
Lulusan Hadhramaut terkenal dengan karakter berdakwah yang lemah lembut dan penuh toleransi. Dakwah mereka banyak diterima masyarakat Islam di Indonesia. Sebut saja almarhum Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa (pendiri Majelis Rasulullah Jakarta) yang pernah belajar di Darul Mushtofa Tarim selama 4 tahun.
Ratusan ribu lautan manusia setiap tahun berkumpul dalam acara zikir dan tabligh akbar di Jakarta. Tidak hanya itu, beliau juga melakukan safari dakwah ke Papua. Kemudian ada sosok Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (pengasuh Al-Fahriyah) dan saudaranya Habib Ahmad bin Novel Salim Jindan (pengasuh Al-Hawthah Jindaniyah). Di Jawa Barat ada Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan).
Ada juga sosok ulama lulusan Universitas Al-Ahgaff, Buya Yahya, yang menyelesaikan studinya di Tarim Hadhramaut Yaman. Beliau sekarang masyhur di Indonesia, bahkan luar negeri. Cara berdakwah yang santun tapi tegas beliau lakukan demi menegakan syariat Islam.
Selain itu, ulama yang juga lulusan Universitas Al-Ahgaff yang berdakwah di Indonesia dan dikenal di Malaysia, Al-Habib Ali Zainal Abidin al-Kaff. Kemudian Habib Muhammad Syahab (Majelis Al Anwar), Dai Syeikh Fikri Thoriq (pengisi tausiyah di beberapa televisi swasta). Dan masih banyak lagi ulama yang tersebar di pondok pesantren, majelis, pendidikan Indonesia yang merupakan lulusan Hadhramaut.
Ulama yang berasal dari Tarim:
Salah satu keistimewaan Hadhramaut adalah negerinya diberkahi dan jauh dari hiruk pikuk dunia. Seorang ulama Hadis Al-Hafiz Al-Quraisy mengatakan, sahabat Abu Dzar Al-Ghifari RA meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Jika timbul fitnah, hendaklah kalian (tinggal) di Yaman karena (tempat) itu diberkati". Dalam hadis lain disebutkan, "Penduduknya (orang-orang Yaman) bersifat pengasih, tanahnya diberkahi dan ibadah di sana pahalanya besar."
Di Hadhramaut terdapat kota bersejarah bernama Tarim. Di kota ini terdapat banyak masjid yang jumlahnya mencapai 360 buah. Sekolah (pesantren) tempat menimba ilmu yang terkenal di antaranya Rubath Tarim, Darul Musthafa, Dar az-Zahra, Universitas Al-Ahgaff.
Sisma Fitra, seorang pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Universitas Al Ahgaff asal Jawa Tengah menyebutkan, saat ini ada sekitar 2600 pelajar Indonesia yang sedang belajar di negeri Ratu Bilqis itu. Dia menceritakan, sejak dahulu para ulama dan penebar Islam lahir dari negeri ini.
Dimulai dari Walisongo yang masyhur dalam penyebaran Islam di Nusantara hingga anak cucu keturunan Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan Habaib. Merekalah yang mulanya menyampaikan risalah Islam di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Tarim adalah tempat favorit bagi pelajar mancanegara, termasuk Indonesia. Banyak dari negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand menjadikan Tarim sebagai surga dalam mencari ilmu. Ada juga yang berasal dari Australia, Amerika, dan negara-negara Eropa. Mereka belajar di Tarim untuk mengenal lebih banyak tentang Islam, toleransi dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Sisma Fitra menyebut bahwa sejak 2010 lalu Kota Tarim ditetapkan sebagai Kota Pusat Kebudayaan Islam. Maka tidak heran jika banyak orang dari seluruh penjuru dunia meninggalkan negerinya untuk belajar di halaqah-halaqah ilmu di Kota Tarim. Kota inilah yang menjadi poros Ahlussunah wal Jamaah yang melahirkan dai-dai di jalan Allah.
Kota Tarim terberkahi oleh doa Sayidina Abubakar as-Shidiq. Beliau berdoa agar ulama saleh Tarim tumbuh sebanyak rumput, diberkahi air dan tidak akan mati api di Tarim serta agar Tarim tidak punah, bahkan selalu makmur. Dari ribuan pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Yaman, kebanyakan dari mereka belajar di Kota Tarim. Dengan lingkungan yang kondusif, Tarim membuat banyak orang betah belajar di sana.
Seorang ulama besar Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas berkata, "Aku bisa mendatangkan dalil dari semua adat penduduk Tarim dari Al-Qur'an dan Hadis Nabi". Itu artinya tidak ada yang dilakukan penduduk Tarim kecuali berlandaskan Sunnah Nabi. Cara duduk mereka, cara makan, cara minum, cara bermuamalah, cara segala-galanya dilakukan dengan sesuai apa yang dianjurkan Rasulullah. Bahkan di pasar-pasar tidak ditemukan perempuan. Semua yang belanja kebutuhan sehari-hari adalah kaum laki-laki.
Buminya Para Waliyullah
Disebutkan oleh Al-Habib Hasan Assyatiri bahwa terdapat 200 wali tersebar di pasar Tarim. Jumlah sebanyak itu terdapat di pasar Tarim, lalu bagaimana masjid dan halaqah-halaqah ilmunya. Bahkan disebutkan oleh Habib Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladawilah, "Jalanan Kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak punya guru".
Jika ditelaah, kekerabatan antara Yaman dan Indonesia sudah berlangsung dari lama. Sejak dulu, negeri sejuta wali ini mempunyai andil besar dalam penyampaian risalah Islam ke Indonesia. Ulama Walisongo yang berhasil menyebarkan Islam di Nusantara, nenek moyangnya berasal dari Hadhramaut, Yaman.
Lulusan Hadhramaut terkenal dengan karakter berdakwah yang lemah lembut dan penuh toleransi. Dakwah mereka banyak diterima masyarakat Islam di Indonesia. Sebut saja almarhum Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa (pendiri Majelis Rasulullah Jakarta) yang pernah belajar di Darul Mushtofa Tarim selama 4 tahun.
Ratusan ribu lautan manusia setiap tahun berkumpul dalam acara zikir dan tabligh akbar di Jakarta. Tidak hanya itu, beliau juga melakukan safari dakwah ke Papua. Kemudian ada sosok Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (pengasuh Al-Fahriyah) dan saudaranya Habib Ahmad bin Novel Salim Jindan (pengasuh Al-Hawthah Jindaniyah). Di Jawa Barat ada Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan).
Ada juga sosok ulama lulusan Universitas Al-Ahgaff, Buya Yahya, yang menyelesaikan studinya di Tarim Hadhramaut Yaman. Beliau sekarang masyhur di Indonesia, bahkan luar negeri. Cara berdakwah yang santun tapi tegas beliau lakukan demi menegakan syariat Islam.
Selain itu, ulama yang juga lulusan Universitas Al-Ahgaff yang berdakwah di Indonesia dan dikenal di Malaysia, Al-Habib Ali Zainal Abidin al-Kaff. Kemudian Habib Muhammad Syahab (Majelis Al Anwar), Dai Syeikh Fikri Thoriq (pengisi tausiyah di beberapa televisi swasta). Dan masih banyak lagi ulama yang tersebar di pondok pesantren, majelis, pendidikan Indonesia yang merupakan lulusan Hadhramaut.
Ulama yang berasal dari Tarim: