Melihat Kondisi Hati sebagai Parameter Amal
Jum'at, 09 Oktober 2020 - 07:45 WIB
Mengapa banyak kaum perempuan begitu mudah luluh oleh rayuan laki-laki bahkan dengan mudah pula ia menyerahkan kehormatan sendiri? Mengapa banyak perempuan juga begitu mudah terombang-ambing oleh keadaan, mudah histeris, emosional dan gampang tersinggung atau mudah tertusuk hatinya?
Sebaliknya, mengapa banyak pula kaum Hawa ini yang mudah tersentuh hatinya oleh seruan- seruan dakwah, amal sosial dan sebagainya? Artinya, di sini kita bisa menyaksikan seseorang yang begitu mudah terpengaruh oleh sesuatu.
(Baca juga : Jalan Kesuksesan : Fokuskan Hati untuk Menuju Allah Ta'ala )
Muslimah, ketahuilah bahwa hati disebut al-qalb karena proses perubahannya (at taqallub) begitu cepat. Nabi SAW menyebut hati dengan berbagai perumpamaan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya perumpamaan hati itu laksana bulu yang tertempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin sehingga terbalik. "(HR. Ahmad)
"Sesungguhnya hati keturunan anak Adam itu lebih cepat berubah daripada takdir jika ia memuncak dalam keadaan mendidih," (Zhilaalul Jan. nah, isnad shahih)
(Baca juga : Hikmah Dibalik Larangan Berbisik Antara Dua Orang ketika Sedang Bertiga )
Berbagai perumpamaan tentang hati sesungguhnya menggambarkan 'ketidakstabilan' hati, fluktuatif, gampang, dan terenyuh oleh sesuatu. Karena gampangnya hati itu kena pengaruh, maka kita perlu membekali diri agar hati selalu stabil dalam keimanan dan ketakwaan.
Hati adalah parameter amal. Diterima atau tidak sebuah amal itu tergantung bersih tidaknya hati. Hatilah yang mendorong keberadaan amal, kualitas maupun kuantitas, benar atau, sunah atau bid'ah dan sebagainya.
(Baca juga : Pesan Ibnu Qayyim Tentang Mengembangkan Bakat Anak )
Coba renungkan, mengapa zaman sekarang marak dengan berbagai kejahatan, kerusakan, perselingkuhan, kerusuhan, keka- cauan dan penyelewengan? Mengapa menegakkan kebenaran tak ubahnya memegang bara atau menegakkan benang basah? Itu semua akibat penyakit yang telah merajalela, merusak dan mematikan harkat kemanusiaan.
Hati tak lagi memiliki sensitifitas, tidak mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Karena cepatnya perubahan hati itulah kita perlu menjaga dan mengendalikan hati ini sebaik-baiknya.
(Baca juga : Tingkatkan Daya Saing UMKM, Kemenkop Siapkan 'Pabrik Bersama' )
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS Al 'Araf 179)
Karakteristik Hati
Para ulama mengklasifikasikan hati dalam beberapa karakter. Pembagian ini penting agar kita memiliki cara yang tepat dalam bersikap. Setiap karakter berbeda tuntutan dan sikap yang harus kita berikan.
(Baca juga : Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran )
Dalam dakwah menyatukan hati manusia dalam kebenaran, ketaatan, dalam cinta dan berjuang di jalannya, hati merupakan persoalan yang harus mendapatkan pnenggarapan serius. Karena dakwah bukan hanya memindahkan materi, tetapi lebih penting adalah bagaimana menyentuh dan membangkitkan hati untuk tahu, mau dan mampu untuk beramal serta ikhlas didalmnya.
Sebaliknya, mengapa banyak pula kaum Hawa ini yang mudah tersentuh hatinya oleh seruan- seruan dakwah, amal sosial dan sebagainya? Artinya, di sini kita bisa menyaksikan seseorang yang begitu mudah terpengaruh oleh sesuatu.
(Baca juga : Jalan Kesuksesan : Fokuskan Hati untuk Menuju Allah Ta'ala )
Muslimah, ketahuilah bahwa hati disebut al-qalb karena proses perubahannya (at taqallub) begitu cepat. Nabi SAW menyebut hati dengan berbagai perumpamaan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya perumpamaan hati itu laksana bulu yang tertempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin sehingga terbalik. "(HR. Ahmad)
"Sesungguhnya hati keturunan anak Adam itu lebih cepat berubah daripada takdir jika ia memuncak dalam keadaan mendidih," (Zhilaalul Jan. nah, isnad shahih)
(Baca juga : Hikmah Dibalik Larangan Berbisik Antara Dua Orang ketika Sedang Bertiga )
Berbagai perumpamaan tentang hati sesungguhnya menggambarkan 'ketidakstabilan' hati, fluktuatif, gampang, dan terenyuh oleh sesuatu. Karena gampangnya hati itu kena pengaruh, maka kita perlu membekali diri agar hati selalu stabil dalam keimanan dan ketakwaan.
Hati adalah parameter amal. Diterima atau tidak sebuah amal itu tergantung bersih tidaknya hati. Hatilah yang mendorong keberadaan amal, kualitas maupun kuantitas, benar atau, sunah atau bid'ah dan sebagainya.
(Baca juga : Pesan Ibnu Qayyim Tentang Mengembangkan Bakat Anak )
Coba renungkan, mengapa zaman sekarang marak dengan berbagai kejahatan, kerusakan, perselingkuhan, kerusuhan, keka- cauan dan penyelewengan? Mengapa menegakkan kebenaran tak ubahnya memegang bara atau menegakkan benang basah? Itu semua akibat penyakit yang telah merajalela, merusak dan mematikan harkat kemanusiaan.
Hati tak lagi memiliki sensitifitas, tidak mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Karena cepatnya perubahan hati itulah kita perlu menjaga dan mengendalikan hati ini sebaik-baiknya.
(Baca juga : Tingkatkan Daya Saing UMKM, Kemenkop Siapkan 'Pabrik Bersama' )
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS Al 'Araf 179)
Karakteristik Hati
Para ulama mengklasifikasikan hati dalam beberapa karakter. Pembagian ini penting agar kita memiliki cara yang tepat dalam bersikap. Setiap karakter berbeda tuntutan dan sikap yang harus kita berikan.
(Baca juga : Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran )
Dalam dakwah menyatukan hati manusia dalam kebenaran, ketaatan, dalam cinta dan berjuang di jalannya, hati merupakan persoalan yang harus mendapatkan pnenggarapan serius. Karena dakwah bukan hanya memindahkan materi, tetapi lebih penting adalah bagaimana menyentuh dan membangkitkan hati untuk tahu, mau dan mampu untuk beramal serta ikhlas didalmnya.