Alasan Strategis Khalifah Umar Menguasai Persia dan Syam
Minggu, 11 Oktober 2020 - 13:19 WIB
KHALIFAH Umar bin Khattab di Madinah mengikuti terus gerak gerik dan berpindah-pindahnya pasukan muslim di Irak . Salah satu perintahnya kepada Panglima Perang Muslim, Sa'ad bin Abi Waqqas supaya dalam setiap situasi ia selalu menulis laporan kepadanya dan siap menerima perintah-perintahnya. Sa'ad memang sudah menulis laporan kepadanya begitu ia sampai di Syaraf, sebelum diterima berita kematian Musanna bin Harisah , dan menyebutkan juga segala berita tentang dia dan ia mengharapkan bimbingannya. (
)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan setelah membaca surat Sa'ad, Umar mengirim pesan kepada Sa’ad, yang pendapatnya sama dengan pendapat Musanna dalam wasiatnya. Ia mengeluarkan perintah kepada Sa’ad segera berangkat ke Kadisiah dan agar berada di antara daerah pedalaman dengan perkotaan, mengambil jalan dan jalur ke Persia. Di zaman jahiliyah Kadisiah merupakan pintu masuk ke Persia . ( )
Kemudian katanya: "Anda jangan gentar karena besarnya jumlah lawan dan perlengkapan yang lebih besar. Mereka orang-orang yang banyak tipu muslihatnya. Kalian harus sabar dan tabah dengan disiplin yang baik dan niat yang jujur dalam mengharapkan kemenangan menghadapi mereka, sebab mereka tak pernah bersatu. Kalaupun mereka bersatu, hanya di luarnya.
Jika yang terjadi sebaliknya, kembalilah kalian ke garis belakang sampai ke pedalaman. Di sana kalian akan lebih berani, dan mereka lebih penakut dan lebih tidak tahu apa-apa, sampai nanti Allah memberi kemenangan dan giliran kalian yang membalas menyerang mereka."
Surat itu di antaranya ditutup dengan: "Laporkanlah segala persoalanmu dan seluk beluknya, bagaimana kalian berpangkal dan di mana letak musuh kalian berada, dan buatlah surat laporan kalian sedemikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat kalian, dan jelaskan keadaan kalian dengan sejelas-jelasnya." ( )
Dalam mengirimkan perintah-perintahnya itu soal-soal besar dan kecil tak ada yang dilupakan oleh Umar. Tidak cukup hanya memberi semangat kepada para perwira dan prajuritnya, ia juga menggugah hati mereka, dan menyebutkan segala kebanggaan mereka dan kaum mereka.
Tidak lupa ia mengingatkan tentang kekuatan dan tipu muslihat musuh. Bahkan ia melukiskan beberapa rencana, dan menyebutkan kepada mereka saat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, seolah-olah ia sudah tahu keadaan dan geografi negeri itu.
Pada saat keberangkatannya ia menulis dari Syaraf: "Kalau hari anu dan hari anu berangkatlah dengan pasukan Anda sampai tiba di antara Uzaibul Hijanat dengan Uzaibul Qawadis, dan berkelilinglah dengan pasukan Anda di sekitar daerah itu."
Dalam suratnya yang lain kepada Sa’ad ia berkata: "Laporkanlah kepada saya, sudah sampai di mana Anda dan rombongan Anda, siapa komandan mereka yang mengatur bentrokan dengan kalian. Apa yang ingin saya tulis tak dapat saya lakukan karena terbatasnya pengetahuan saya tentang apa yang kalian serang dan yang sudah menjadi keputusan mengenai keadaan musuh. ( )
Lukiskanlah kepada kami tempat-tempat perhentian pasukan Muslimin dan kota tempat kalian berada dengan Mada'in demikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat sendiri."
Dalam suratnya Sa’ad melukiskan negeri-negeri serta letak Kadisiah dari Atiq — salah satu anak sungai Furat — dan Khandaq Shapur. Dilukiskan juga dataran Kadisiah yang hijau, yang membentang panjang ke Hirah, terletak di antara dua jalan yang salah satunya di antara Khawamaq dengan Hirah, jalan mendaki dan yang sebuah lagi menuju ke Walajah dalam genangan air yang melimpah.
Kemudian disebutkan juga bahwa penduduk Sawad yang dulu sudah mengadakan perdamaian dengan pasukan Muslimin sekarang membelot, bergabung dan membantu pihak Persia. ( )
Atas surat itu Umar membalas: "Surat Anda sudah saya terima dan mengerti. Tetaplah di tempat Anda sampai Allah nanti menceraiberaikan musuh. Ketahuilah bahwa sesudah itu akibatnya akan dirasakan. Jika Allah mengaruniakan Anda sampai mereka mundur, janganlah Anda menjauhi mereka sebelum Anda dapat menyerbu mereka di Mada'in, karena di situlah nanti kehancuran mereka, insya Allah. Saya sudah yakin bahwa kalian akan dapat mengalahkan mereka, maka janganlah ragu mengenai hal ini." Kemudian ia mendoakan Sa’ad dan pasukan Muslimin umumnya.
Surat-menyurat antara Umar dengan Sa’ad ini membuktikan betapa besarnya perhatian Umar terhadap Irak, la mengikuti berita-berita pasukan itu dengan sangat saksama serta perhatiannya seolah dia sendiri yang menjadi komandan memimpin pasukan yang sudah siap tempur.
Dia yang mengarahkan panglimanya dan mengikuti setiap gerak geriknya. Begitu juga halnya dengan pasukan Muslimin di Syam. Dia menulis kepada Abu Ubaidah bin Jarrah sama seperti yang ditulisnya kepada Sa’ad bin Abi Waqqas. ( )
la mengikuti perjalanan para panglima serta pasukannya itu dengan pikirannya, bahkan dengan hati dan segenap raganya; seolah ia hadir dan berjalan bersama mereka, ikut menjaga mereka dari bahaya musuh, ikut bersama-sama dalam suka dan duka, sangat mengharapkan sekali akan kemenangan mereka.
Dan untuk mencapai kemenangan ini ia mengumumkan seruan demi seruan di segenap penjuru Semenanjung Arab, mengajak mereka yang mampu berperang lalu mengarahkan mereka ke Irak atau ke Syam. Soalnya, karena ia yakin sekali bahwa kalau Mada'in tidak dibebaskan, termasuk Irak keseluruhannya, begitu juga Hims dan Antakiah tidak dibebaskan, termasuk seluruh Syam, maka tanah Arab akan terus menerus berada dalam ancaman dua ekor singa — Persia dan Romawi.
Ancaman terhadap negeri-negeri Arab berarti ancaman terhadap agama yang baru tumbuh ini. Melindungi agama ini dan kebebasan berdakwah merupakan fardu ain bagi setiap Muslim, terutama sekali bagi Amirulmukminin, dan kemudian bagi setiap Muslim. Untuk melindunginya, cakar kedua singa itu harus dipangkas, dan mengikis setiap kekuatan yang mengancam Semenanjung itu. (bersambung)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan setelah membaca surat Sa'ad, Umar mengirim pesan kepada Sa’ad, yang pendapatnya sama dengan pendapat Musanna dalam wasiatnya. Ia mengeluarkan perintah kepada Sa’ad segera berangkat ke Kadisiah dan agar berada di antara daerah pedalaman dengan perkotaan, mengambil jalan dan jalur ke Persia. Di zaman jahiliyah Kadisiah merupakan pintu masuk ke Persia . ( )
Kemudian katanya: "Anda jangan gentar karena besarnya jumlah lawan dan perlengkapan yang lebih besar. Mereka orang-orang yang banyak tipu muslihatnya. Kalian harus sabar dan tabah dengan disiplin yang baik dan niat yang jujur dalam mengharapkan kemenangan menghadapi mereka, sebab mereka tak pernah bersatu. Kalaupun mereka bersatu, hanya di luarnya.
Jika yang terjadi sebaliknya, kembalilah kalian ke garis belakang sampai ke pedalaman. Di sana kalian akan lebih berani, dan mereka lebih penakut dan lebih tidak tahu apa-apa, sampai nanti Allah memberi kemenangan dan giliran kalian yang membalas menyerang mereka."
Surat itu di antaranya ditutup dengan: "Laporkanlah segala persoalanmu dan seluk beluknya, bagaimana kalian berpangkal dan di mana letak musuh kalian berada, dan buatlah surat laporan kalian sedemikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat kalian, dan jelaskan keadaan kalian dengan sejelas-jelasnya." ( )
Dalam mengirimkan perintah-perintahnya itu soal-soal besar dan kecil tak ada yang dilupakan oleh Umar. Tidak cukup hanya memberi semangat kepada para perwira dan prajuritnya, ia juga menggugah hati mereka, dan menyebutkan segala kebanggaan mereka dan kaum mereka.
Tidak lupa ia mengingatkan tentang kekuatan dan tipu muslihat musuh. Bahkan ia melukiskan beberapa rencana, dan menyebutkan kepada mereka saat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, seolah-olah ia sudah tahu keadaan dan geografi negeri itu.
Pada saat keberangkatannya ia menulis dari Syaraf: "Kalau hari anu dan hari anu berangkatlah dengan pasukan Anda sampai tiba di antara Uzaibul Hijanat dengan Uzaibul Qawadis, dan berkelilinglah dengan pasukan Anda di sekitar daerah itu."
Dalam suratnya yang lain kepada Sa’ad ia berkata: "Laporkanlah kepada saya, sudah sampai di mana Anda dan rombongan Anda, siapa komandan mereka yang mengatur bentrokan dengan kalian. Apa yang ingin saya tulis tak dapat saya lakukan karena terbatasnya pengetahuan saya tentang apa yang kalian serang dan yang sudah menjadi keputusan mengenai keadaan musuh. ( )
Lukiskanlah kepada kami tempat-tempat perhentian pasukan Muslimin dan kota tempat kalian berada dengan Mada'in demikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat sendiri."
Dalam suratnya Sa’ad melukiskan negeri-negeri serta letak Kadisiah dari Atiq — salah satu anak sungai Furat — dan Khandaq Shapur. Dilukiskan juga dataran Kadisiah yang hijau, yang membentang panjang ke Hirah, terletak di antara dua jalan yang salah satunya di antara Khawamaq dengan Hirah, jalan mendaki dan yang sebuah lagi menuju ke Walajah dalam genangan air yang melimpah.
Kemudian disebutkan juga bahwa penduduk Sawad yang dulu sudah mengadakan perdamaian dengan pasukan Muslimin sekarang membelot, bergabung dan membantu pihak Persia. ( )
Atas surat itu Umar membalas: "Surat Anda sudah saya terima dan mengerti. Tetaplah di tempat Anda sampai Allah nanti menceraiberaikan musuh. Ketahuilah bahwa sesudah itu akibatnya akan dirasakan. Jika Allah mengaruniakan Anda sampai mereka mundur, janganlah Anda menjauhi mereka sebelum Anda dapat menyerbu mereka di Mada'in, karena di situlah nanti kehancuran mereka, insya Allah. Saya sudah yakin bahwa kalian akan dapat mengalahkan mereka, maka janganlah ragu mengenai hal ini." Kemudian ia mendoakan Sa’ad dan pasukan Muslimin umumnya.
Surat-menyurat antara Umar dengan Sa’ad ini membuktikan betapa besarnya perhatian Umar terhadap Irak, la mengikuti berita-berita pasukan itu dengan sangat saksama serta perhatiannya seolah dia sendiri yang menjadi komandan memimpin pasukan yang sudah siap tempur.
Dia yang mengarahkan panglimanya dan mengikuti setiap gerak geriknya. Begitu juga halnya dengan pasukan Muslimin di Syam. Dia menulis kepada Abu Ubaidah bin Jarrah sama seperti yang ditulisnya kepada Sa’ad bin Abi Waqqas. ( )
la mengikuti perjalanan para panglima serta pasukannya itu dengan pikirannya, bahkan dengan hati dan segenap raganya; seolah ia hadir dan berjalan bersama mereka, ikut menjaga mereka dari bahaya musuh, ikut bersama-sama dalam suka dan duka, sangat mengharapkan sekali akan kemenangan mereka.
Dan untuk mencapai kemenangan ini ia mengumumkan seruan demi seruan di segenap penjuru Semenanjung Arab, mengajak mereka yang mampu berperang lalu mengarahkan mereka ke Irak atau ke Syam. Soalnya, karena ia yakin sekali bahwa kalau Mada'in tidak dibebaskan, termasuk Irak keseluruhannya, begitu juga Hims dan Antakiah tidak dibebaskan, termasuk seluruh Syam, maka tanah Arab akan terus menerus berada dalam ancaman dua ekor singa — Persia dan Romawi.
Ancaman terhadap negeri-negeri Arab berarti ancaman terhadap agama yang baru tumbuh ini. Melindungi agama ini dan kebebasan berdakwah merupakan fardu ain bagi setiap Muslim, terutama sekali bagi Amirulmukminin, dan kemudian bagi setiap Muslim. Untuk melindunginya, cakar kedua singa itu harus dipangkas, dan mengikis setiap kekuatan yang mengancam Semenanjung itu. (bersambung)
(mhy)