Anak-anak Nabi Adam: Qobil Mati Saat Jadi Tawanan Perang
Kamis, 07 Mei 2020 - 03:03 WIB
Kisah berikut dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”. (
)
Ats-Tsa’labi mengatakan, setelah Adam mengetahui Habil terbunuh, selama setahun dia tidak tertawa dan tidak bergaul dengan Hawa. Maka, Allah berfirman kepadanya, “Hai Adam, sampai kapan tangisan dan kesedihan ini? Sesungguhnya Aku akan memberikan pengganti dari anak itu untukmu dengan anak yang terpercaya dan akan menjadi nabi, dan dari keturunannya akan Kujadikan para nabi hingga Hari Kiamat. Tandanya adalah dia akan dilahirkan sendirian, tidak mempunyai saudara sekandung. Apabila lahir anak itu, namailah dia Syits.” Dalam bahasa Suryani nama tersebut (Syits) berarti hamba Allah.
Ketika Hawa mengandung anak itu, kandungannya tidak terasa berat dan dia melahirkannya tidak merasa payah. Hawa melahirkan Syits setelah seratus tahun terjadinya pembunuhan Qabil terhadap Habil.
Ats-Tsa’labi menceritakan bahwa setelah Syits terlahir dan tumbuh besar, Adam mengasingkan diri beribadah kepada Tuhannya dan membaca Shuhuf. Syits-lah yang mengurus urusan saudara-saudaranya dan memutuskan persoalan yang ada di antara mereka.
Ketika Adam tenang beribadah kepada Allah, tiba-tiba Allah memberi wahyu kepadanya, “Hai Adam, nasihatilah anakmu, Syits, dengan sesuatu yang Aku nasihatkan kepadamu. Sebab, Aku akan merasakanmu kepada kematian yang telah Aku tuliskan untukmu dan untuk anak-anakmu hingga Hari Kiamat.”
Mendengar firman tersebut, Adam kaget dan berkata, “Apa kematian yang telah Engkau janjikan kepadaku itu?”
Kemudian Adam mendatangi Syits. Dia memberikan wasiat kepadanya tentang berbagai hal. Dia memberitahukan kepadanya tentang terjadinya topan dan kehancuran alam; dia mengajarkan kepadanya tentang waktu-waktu ibadah dalam sehari semalam.
Dia mengeluarkan seutas tali dari sutera yang memuat gambaran para nabi dan orang-orang yang menguasai dunia. Tali tersebut diturunkan kepada Adam dari surga; kemudian dia memberikannya kepada Syits dan menyuruhnya untuk dilipat dan disimpan di dalam tabut (sejenis peti) yang harus terkunci.
Lalu Adam mencabut beberapa lembar rambut dari janggutnya dan meletakkannya ke dalam tabut tersebut sambil berkata, “Hai anakku, ambillah rambut-rambut ini; bawalah bersamamu ketika menghadapi urusan yang penting. Rambut-rambut tersebut akan membantumu mengalahkan musuh-musuhmu, selama ada bersamamu.
Apabila engkau melihat rambut-rambut tersebut memutih, maka ketahuilah bahwa ajalmu telah dekat dan engkau akan meninggal pada tahun itu. Kemudian Adam mencopot cincinnya dan memberikannya kepada Syits serta menyerahkan tabut dan shuhuf yang telah diturunkan kepadanya.
Adam berkata, “Wahai anakku, perangilah saudaramu, Qabil. Sesungguhnya Allah akan menolongmu untuk mengalahkannya.”
Demikianlah wasiat terakhir yang disampaikan oleh Adam kepada anaknya, Syits. Diriwayatkan, semenjak Adam diturunkan ke bumi, dia hidup berumur 1.000 tahun. Dalam makna ini, seorang penyair mengatakan:
Engkau mengharapkan kekal di tempat yang tidak kekal.
Pernahkah engkau mendengar kenikmatan
yang tidak pernah berubah?
Aku telah merasakan sulit dan senangnya perjalanan waktu.
Akan tetapi, aku tidak mendapat cita-cita dan manisnya hidup.
Perang Pertama
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika Adam meninggal, Syits telah berusia 400 tahun. Dia telah diberi tabut, tali, pedang, dan kudanya yang bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga.
Apabila kuda itu meringkik, semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih. Syits telah diwasiati untuk memerangi saudaranya, Qabil.
Dia pergi untuk memerangi Qabil dan akhirnya perang itu pun berkecamuk. Itulah perang pertama yang terjadi antara anak-anak Adam di muka bumi. Dalam peperangan itu, Syits memperoleh kemenangan dan dia menawan Qabil.
Qabil sebagai tawanan berkata, “Wahai Syits, jagalah persaudaraan di antara kita.”
Syits berkata, “Mengapa engkau sendiri tidak menjaganya? Engkau telah membunuh saudaramu, Habil.”
Kemudian Qabil ditawan oleh Syits; kedua tanganya dibelenggu di atas pundaknya, dan dia ditahan di tempat yang panas sampai meninggal. Anak-anak Qabil bermaksud menguburkannya. Tiba-tiba Iblis datang kepada mereka dalam rupa malaikat. Iblis berkata kepada mereka, “Jangan dikubur di dalam bumi.”
Iblis membawakan dua batu hablur yang telah dilubangi tengah-tengahnya. Dia menyuruh mereka memasukkan Qabil ke dalam ruang antara dua batu hablur itu, memakaikannya pakaian terindah dan meminyakinya dengan ramuan-ramuan tertentu sehingga dia tidak akan mengering.
Lalu Iblis menyuruh mereka menyimpannya di sebuah rumah, diletakkan di atas kursi yang terbuat dari emas dan memerintahkan kepada setiap orang yang masuk ke rumah itu untuk bersujud kepadanya sebanyak tiga kali.
Iblis memerintahkan kepada mereka untuk merayakan upacara setiap tahun untuknya dan berkumpul di sekitarnya. Kemudian Iblis mewakilkan urusan ini kepada setan. Setan itulah yang kemudian berkomunikasi dengan mereka sehingga manusia terus-menerus sujud kepada Qabil.
Sementara Syits, setelah dia menunaikan tugasnya memerangi Qabil, pulang ke negeri Hindi (India) dan menetap di sana sebagai juru pemutus yang adil di antara manusia.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Hawa, istri Adam, meninggal di zaman anaknya, Syits. Setelah meninggalnya Adam, Hawa tidak hidup lama, hanya setahun, dan meninggal di hari Jumat dalam waktu yang sama ketika dia diciptakan. ( )
Diriwayatkan bahwa Hawa dikuburkan berdekatan dengan Adam. Setelah kepergian mereka, Allah menurunkan 50 sahifah kepada Syits. Dialah orang pertama yang mengeluarkan kata-kata hikmah.
Dialah yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak dan orang pertama yang memperkenalkan jual beli, membuat timbangan, dan takaran. Dan dialah orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi.
Selanjutnya, Syits mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Anusy. Di kening Syits terdapat cahaya Muhammad saw yang berpindah kepadanya dari Adam.
Setelah Anusy lahir, cahaya tersebut berpindah ke keningnya. Oleh karena itu, Syits tahu bahwa ajalnya sudah dekat. Dia melihat rambut-rambut yang diberikan oleh Adam dan ternyata dia melihat rambut-rambut tersebut telah memutih. Maka, pada tahun itu Syits meninggal dunia dalam umur 900 tahun.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Syits meninggal, dia digantikan oleh anaknya, Anusy. Sebelum meninggal, Syits menyerahkan tabut, tali, suhuf, dan cincin kepada Anusy.
Anusy berperilaku baik dan memutuskan dengan benar. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang kemudian mengandung seorang anak.
Setelah anak itu lahir, cahaya Muhammad saw yang ada pada Anusy pindah ke wajahnya. Anak tersebut diberi nama Qainan. Anusy terus melakukan kebiasaannya sampai dia menemui ajalnya. Sebelum meninggal, dia serahkan tabut dan shuhuf kepada anaknya, Qainan. Dia memberi wasiat dan mengangkatnya sebagai pengganti setelahnya.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Qainan diangkat menjadi pemimpin setelah bapaknya, dia muncul di antara manusia dengan adil. Menjalankan perilaku yang baik, kemudian menikah dengan seorang wanita yang bernama Uthnuk.
Dari pernikahan tersebut, Uthnuk mengandung seorang anak laki-laki. Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Mahlaila dan cahaya Muhammad saw pindah ke keningnya.
Selanjutnya, Qainan sakit, yang membawanya kepada kematian. Maka, dia serahkan tabut dan suhuf kepada anaknya dan mengangkatnya sebagai penggantinya.
Berikutnya Mahlaila meninggal dan cahaya beralih ke anaknya yang bernama Yarid. Yarid pun meninggal dan cahaya itu berpindah ke anaknya yang bernama Ukhnukh, yang kemudian dikenal dengan Idris. ( )
Ats-Tsa’labi mengatakan, setelah Adam mengetahui Habil terbunuh, selama setahun dia tidak tertawa dan tidak bergaul dengan Hawa. Maka, Allah berfirman kepadanya, “Hai Adam, sampai kapan tangisan dan kesedihan ini? Sesungguhnya Aku akan memberikan pengganti dari anak itu untukmu dengan anak yang terpercaya dan akan menjadi nabi, dan dari keturunannya akan Kujadikan para nabi hingga Hari Kiamat. Tandanya adalah dia akan dilahirkan sendirian, tidak mempunyai saudara sekandung. Apabila lahir anak itu, namailah dia Syits.” Dalam bahasa Suryani nama tersebut (Syits) berarti hamba Allah.
Ketika Hawa mengandung anak itu, kandungannya tidak terasa berat dan dia melahirkannya tidak merasa payah. Hawa melahirkan Syits setelah seratus tahun terjadinya pembunuhan Qabil terhadap Habil.
Ats-Tsa’labi menceritakan bahwa setelah Syits terlahir dan tumbuh besar, Adam mengasingkan diri beribadah kepada Tuhannya dan membaca Shuhuf. Syits-lah yang mengurus urusan saudara-saudaranya dan memutuskan persoalan yang ada di antara mereka.
Ketika Adam tenang beribadah kepada Allah, tiba-tiba Allah memberi wahyu kepadanya, “Hai Adam, nasihatilah anakmu, Syits, dengan sesuatu yang Aku nasihatkan kepadamu. Sebab, Aku akan merasakanmu kepada kematian yang telah Aku tuliskan untukmu dan untuk anak-anakmu hingga Hari Kiamat.”
Mendengar firman tersebut, Adam kaget dan berkata, “Apa kematian yang telah Engkau janjikan kepadaku itu?”
Kemudian Adam mendatangi Syits. Dia memberikan wasiat kepadanya tentang berbagai hal. Dia memberitahukan kepadanya tentang terjadinya topan dan kehancuran alam; dia mengajarkan kepadanya tentang waktu-waktu ibadah dalam sehari semalam.
Dia mengeluarkan seutas tali dari sutera yang memuat gambaran para nabi dan orang-orang yang menguasai dunia. Tali tersebut diturunkan kepada Adam dari surga; kemudian dia memberikannya kepada Syits dan menyuruhnya untuk dilipat dan disimpan di dalam tabut (sejenis peti) yang harus terkunci.
Lalu Adam mencabut beberapa lembar rambut dari janggutnya dan meletakkannya ke dalam tabut tersebut sambil berkata, “Hai anakku, ambillah rambut-rambut ini; bawalah bersamamu ketika menghadapi urusan yang penting. Rambut-rambut tersebut akan membantumu mengalahkan musuh-musuhmu, selama ada bersamamu.
Apabila engkau melihat rambut-rambut tersebut memutih, maka ketahuilah bahwa ajalmu telah dekat dan engkau akan meninggal pada tahun itu. Kemudian Adam mencopot cincinnya dan memberikannya kepada Syits serta menyerahkan tabut dan shuhuf yang telah diturunkan kepadanya.
Adam berkata, “Wahai anakku, perangilah saudaramu, Qabil. Sesungguhnya Allah akan menolongmu untuk mengalahkannya.”
Demikianlah wasiat terakhir yang disampaikan oleh Adam kepada anaknya, Syits. Diriwayatkan, semenjak Adam diturunkan ke bumi, dia hidup berumur 1.000 tahun. Dalam makna ini, seorang penyair mengatakan:
Engkau mengharapkan kekal di tempat yang tidak kekal.
Pernahkah engkau mendengar kenikmatan
yang tidak pernah berubah?
Aku telah merasakan sulit dan senangnya perjalanan waktu.
Akan tetapi, aku tidak mendapat cita-cita dan manisnya hidup.
Perang Pertama
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika Adam meninggal, Syits telah berusia 400 tahun. Dia telah diberi tabut, tali, pedang, dan kudanya yang bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga.
Apabila kuda itu meringkik, semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih. Syits telah diwasiati untuk memerangi saudaranya, Qabil.
Dia pergi untuk memerangi Qabil dan akhirnya perang itu pun berkecamuk. Itulah perang pertama yang terjadi antara anak-anak Adam di muka bumi. Dalam peperangan itu, Syits memperoleh kemenangan dan dia menawan Qabil.
Qabil sebagai tawanan berkata, “Wahai Syits, jagalah persaudaraan di antara kita.”
Syits berkata, “Mengapa engkau sendiri tidak menjaganya? Engkau telah membunuh saudaramu, Habil.”
Kemudian Qabil ditawan oleh Syits; kedua tanganya dibelenggu di atas pundaknya, dan dia ditahan di tempat yang panas sampai meninggal. Anak-anak Qabil bermaksud menguburkannya. Tiba-tiba Iblis datang kepada mereka dalam rupa malaikat. Iblis berkata kepada mereka, “Jangan dikubur di dalam bumi.”
Iblis membawakan dua batu hablur yang telah dilubangi tengah-tengahnya. Dia menyuruh mereka memasukkan Qabil ke dalam ruang antara dua batu hablur itu, memakaikannya pakaian terindah dan meminyakinya dengan ramuan-ramuan tertentu sehingga dia tidak akan mengering.
Lalu Iblis menyuruh mereka menyimpannya di sebuah rumah, diletakkan di atas kursi yang terbuat dari emas dan memerintahkan kepada setiap orang yang masuk ke rumah itu untuk bersujud kepadanya sebanyak tiga kali.
Iblis memerintahkan kepada mereka untuk merayakan upacara setiap tahun untuknya dan berkumpul di sekitarnya. Kemudian Iblis mewakilkan urusan ini kepada setan. Setan itulah yang kemudian berkomunikasi dengan mereka sehingga manusia terus-menerus sujud kepada Qabil.
Sementara Syits, setelah dia menunaikan tugasnya memerangi Qabil, pulang ke negeri Hindi (India) dan menetap di sana sebagai juru pemutus yang adil di antara manusia.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Hawa, istri Adam, meninggal di zaman anaknya, Syits. Setelah meninggalnya Adam, Hawa tidak hidup lama, hanya setahun, dan meninggal di hari Jumat dalam waktu yang sama ketika dia diciptakan. ( )
Diriwayatkan bahwa Hawa dikuburkan berdekatan dengan Adam. Setelah kepergian mereka, Allah menurunkan 50 sahifah kepada Syits. Dialah orang pertama yang mengeluarkan kata-kata hikmah.
Dialah yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak dan orang pertama yang memperkenalkan jual beli, membuat timbangan, dan takaran. Dan dialah orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi.
Selanjutnya, Syits mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Anusy. Di kening Syits terdapat cahaya Muhammad saw yang berpindah kepadanya dari Adam.
Setelah Anusy lahir, cahaya tersebut berpindah ke keningnya. Oleh karena itu, Syits tahu bahwa ajalnya sudah dekat. Dia melihat rambut-rambut yang diberikan oleh Adam dan ternyata dia melihat rambut-rambut tersebut telah memutih. Maka, pada tahun itu Syits meninggal dunia dalam umur 900 tahun.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Syits meninggal, dia digantikan oleh anaknya, Anusy. Sebelum meninggal, Syits menyerahkan tabut, tali, suhuf, dan cincin kepada Anusy.
Anusy berperilaku baik dan memutuskan dengan benar. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang kemudian mengandung seorang anak.
Setelah anak itu lahir, cahaya Muhammad saw yang ada pada Anusy pindah ke wajahnya. Anak tersebut diberi nama Qainan. Anusy terus melakukan kebiasaannya sampai dia menemui ajalnya. Sebelum meninggal, dia serahkan tabut dan shuhuf kepada anaknya, Qainan. Dia memberi wasiat dan mengangkatnya sebagai pengganti setelahnya.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Qainan diangkat menjadi pemimpin setelah bapaknya, dia muncul di antara manusia dengan adil. Menjalankan perilaku yang baik, kemudian menikah dengan seorang wanita yang bernama Uthnuk.
Dari pernikahan tersebut, Uthnuk mengandung seorang anak laki-laki. Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Mahlaila dan cahaya Muhammad saw pindah ke keningnya.
Selanjutnya, Qainan sakit, yang membawanya kepada kematian. Maka, dia serahkan tabut dan suhuf kepada anaknya dan mengangkatnya sebagai penggantinya.
Berikutnya Mahlaila meninggal dan cahaya beralih ke anaknya yang bernama Yarid. Yarid pun meninggal dan cahaya itu berpindah ke anaknya yang bernama Ukhnukh, yang kemudian dikenal dengan Idris. ( )
(mhy)