Raja Kisra Berakhir Tragis karena Hina Nabi, Bandingkan dengan Raja Heraclius yang Hormat
Rabu, 21 Oktober 2020 - 14:28 WIB
RESPON Raja Kisra begitu keras ketika menerima surat Nabi Muhammad SAW yang dibawa Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Ia langsung menyobek surat tersebut begitu mengetahui isinya.
“Aku memberikan surat Rasulullah SAW pada raja Persia. Kemudian ia mengambil surat tersebut lalu merobek-robeknya," ujar Abdullah berkisah.
Tatkala kabar itu sampai kepada Rasulullah SAW, beliau pun berdoa agar Allah mengoyak kerajaannya. ( )
Raja Kisra lantas menyurati gubernurnya di Yaman, Badzan, agar mengirim dua orang terkuatnya kepada Nabi Muhammad. Selang beberapa saat, mereka berdua tiba di Madinah dan menyerahkan surat Badzan untuk Rasulullah SAW .
Nabi tersenyum setelah mengetahu isi suratnya. Mereka kemudian diperintahkan untuk pulang dan balik keesokan harinya. “Sampaikan kepada teman kalian (Badzan) bahwa Tuhanku sudah membunuh Kisra, tuannya, malam ini, tujuh jam yang lalu,” kata Nabi Muhammad kepada dua utusan tersebut. ( )
Kisah penyobekan surat Nabi oleh raja Kisra ini diabadikan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Sa’ad, Baihaqi, Ahmad dan lainnya.
Dan dalam satu riwayat, tatkala Nabi melihat kumis dua utusan Yaman itu dipintal, sedang rambut di pipi dan jenggot mereka di potong, maka Nabi SAW berpaling dari mereka dan berkata: “Celaka kalian! Siapakah yang memerintahkan kalian berbuat seperti ini (yaitu memintal kumis dan mencukur rambut pipi dan jenggot)?”
Mereka berkata :”Yang memerintahkan kami adalah Tuhan kami” (yang mereka maksud adalah Raja Persia)”.
Maka Nabi pun menjawab: “Akan tetapi Rabbku menyuruhku agar aku memelihara jenggotku dan supaya aku memotong kumisku”. ( )
Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kembalilah kalian! dan datanglah besok supaya aku kabarkan kepada kalian apa yang aku ingin kabarkan.”
Kemudian mereka berdua pun datang pada keesokan harinya, lalu Nabi SAW bersabda. “Sampaikanlah pada saudara kalian (Badzan) bahwasanya Rabbku (Allah Subhanahu wa Ta’ala) telah membunuh Tuhannya (yaitu Raja Persia) tadi malam.”
Maka merekapun mendapati hal itu sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [As-Shahihah Al-Albani 1429].
Benar saja, putra Kisra yang bernama Syuriyah sendiri lah yang membunuhnya. Kekuasaan Kerajaan Kisra juga terkikis sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya hilang total setelah kalah menghadapi serangan pasukan umat Islam pada 637 M atau delapan tahun setelah Nabi berdoa. ( )
Di dalam kisah ini Nabi SAW telah mengetahui akan kebinasaan Raja Persia di saat berani (menyobek) surat beliau dan tidak menghormati beliau.
Beliau mengetahui hal ini karena Allah telah menetapkan untuk membinasakan orang yang membenci RasulNya, dan menyegerakan baginya kehancuran.
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus” [Al-Kautsar : 3]
Dan kebenaran dari (sabda Nabi SAW) bahwa raja Persia telah dibunuh oleh anaknya sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Baari. [7/733-734]
Dan peristiwa ini adalah termasuk dari kesempurnaan mukjizat (dalam terjadinya) permusuhan di antara komponen umat yang satu.
Bagaimana tidak? Sedangkan pada peristiwa yang terjadi di atas adalah dalam satu rumah, hal ini adalah bukti firman Allah dalam surat Al-Maidah : 64
“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat” ( )
“Aku memberikan surat Rasulullah SAW pada raja Persia. Kemudian ia mengambil surat tersebut lalu merobek-robeknya," ujar Abdullah berkisah.
Tatkala kabar itu sampai kepada Rasulullah SAW, beliau pun berdoa agar Allah mengoyak kerajaannya. ( )
Raja Kisra lantas menyurati gubernurnya di Yaman, Badzan, agar mengirim dua orang terkuatnya kepada Nabi Muhammad. Selang beberapa saat, mereka berdua tiba di Madinah dan menyerahkan surat Badzan untuk Rasulullah SAW .
Nabi tersenyum setelah mengetahu isi suratnya. Mereka kemudian diperintahkan untuk pulang dan balik keesokan harinya. “Sampaikan kepada teman kalian (Badzan) bahwa Tuhanku sudah membunuh Kisra, tuannya, malam ini, tujuh jam yang lalu,” kata Nabi Muhammad kepada dua utusan tersebut. ( )
Kisah penyobekan surat Nabi oleh raja Kisra ini diabadikan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Sa’ad, Baihaqi, Ahmad dan lainnya.
Dan dalam satu riwayat, tatkala Nabi melihat kumis dua utusan Yaman itu dipintal, sedang rambut di pipi dan jenggot mereka di potong, maka Nabi SAW berpaling dari mereka dan berkata: “Celaka kalian! Siapakah yang memerintahkan kalian berbuat seperti ini (yaitu memintal kumis dan mencukur rambut pipi dan jenggot)?”
Mereka berkata :”Yang memerintahkan kami adalah Tuhan kami” (yang mereka maksud adalah Raja Persia)”.
Maka Nabi pun menjawab: “Akan tetapi Rabbku menyuruhku agar aku memelihara jenggotku dan supaya aku memotong kumisku”. ( )
Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kembalilah kalian! dan datanglah besok supaya aku kabarkan kepada kalian apa yang aku ingin kabarkan.”
Kemudian mereka berdua pun datang pada keesokan harinya, lalu Nabi SAW bersabda. “Sampaikanlah pada saudara kalian (Badzan) bahwasanya Rabbku (Allah Subhanahu wa Ta’ala) telah membunuh Tuhannya (yaitu Raja Persia) tadi malam.”
Maka merekapun mendapati hal itu sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [As-Shahihah Al-Albani 1429].
Benar saja, putra Kisra yang bernama Syuriyah sendiri lah yang membunuhnya. Kekuasaan Kerajaan Kisra juga terkikis sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya hilang total setelah kalah menghadapi serangan pasukan umat Islam pada 637 M atau delapan tahun setelah Nabi berdoa. ( )
Di dalam kisah ini Nabi SAW telah mengetahui akan kebinasaan Raja Persia di saat berani (menyobek) surat beliau dan tidak menghormati beliau.
Beliau mengetahui hal ini karena Allah telah menetapkan untuk membinasakan orang yang membenci RasulNya, dan menyegerakan baginya kehancuran.
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus” [Al-Kautsar : 3]
Dan kebenaran dari (sabda Nabi SAW) bahwa raja Persia telah dibunuh oleh anaknya sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Baari. [7/733-734]
Dan peristiwa ini adalah termasuk dari kesempurnaan mukjizat (dalam terjadinya) permusuhan di antara komponen umat yang satu.
Bagaimana tidak? Sedangkan pada peristiwa yang terjadi di atas adalah dalam satu rumah, hal ini adalah bukti firman Allah dalam surat Al-Maidah : 64
“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat” ( )