Gunakan Cara Berbeda, Abu Nawas Meniru Umar bin Khattab
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 06:50 WIB
SEBAGAI seorang muslim, Abu Nawas sudah pasti mengimani bahwa kelak di alam kubur ia akan didatangi dua malaikat yakni Malaikat Munkar dan Nakir. Malaikat ini bertugas menguji identitas keimanan warga baru di alam kubur. Pertanyaan yang diajukan malaikat itu mestinya tidak sulit karena semua muslim sudah dapat bocoran. (
)
Ada enam soal yang ditanyakan malaikat itu: man rabbuka? (siapa Tuhanmu); ma dinuka (apa agamamu); man nabiyyuka? (siapa nabimu); ma kitabuka? (apa kitabmu); aina qiblatuka? (di mana kiblatmu?); man ikhwanuka? (siapa saudaramu?).
Sudah barang tentu Abu Nawas hafal di luar kepala dengan pertanyaan dan jawabannya. Masalahnya adalah dua malaikat yang datang itu melakukan teror dalam menguji. Selain berwajah seram dan menakutkan, makhluk ini amat kasar. Malaikat Nakir bahkan membawa alat pemukul yang tanpa ampun akan menghajar pendatang baru yang salah dalam menjawab. Pokoknya, mental dan imam perlu tangguh untuk menghadapi teror seperti itu. Dan tidak semua peserta ujian bisa lulus, biar dia cerdas dan hapalannya ciamik sekalipun. ( )
Tak ayal, Abu Nawas pun terkadang bertanya-tanya pada diri sendiri; mampukah ia kelak menjawab pertanyaan kedua malaikat kubur itu, sedang melihat fisik keduanya saja sudah terbayang begitu menakutkan?
Abu Nawas memang bukan Umar bin Khattab yang konon berani melawan dua malaikat itu. Saat didatangi kedua malaikat Munkar dan Nakir Umar justru balik menggertak. "Lalu, siapa Tuhanmu?" tanya Umar. ( )
Kedua malaikat itu akhirnya mengenall siapa yang dihadapi. Keduanya pun akhirnya pergi meninggalkan sahabat Nabi SAW tersebut.
Mengingat kisah Umar dan dua malaikat itu membuat otak nakal Abu Nawas terusik. "Tak ada cara lain," pikirnya.
Abu Nawas lalu memberikan wasiat kepada keluarganya, agar saat ia meninggal kelak dikafani dengan kain kafan yang sudah sangat usang.
Benar saja, tiba saat Abu Nawas meninggal, istrinya mencarikan kain kafan lusuh untuk membungkus jenazahnya.
Sesaat setelah Abu Nawas dikuburkan, datanglah dua malaikat, Munkar sebagai malaikat penanya di alam kubur dan malaikat Nakir yang bertugas sebagai pemberi siksa kubur. Kedua malaikat itu siap memberikan pertanyaan kepada Abu Nawas. ( )
Hanya saja, sebelum malaikat Munkar menjalankan tugasnya, ia terheran-heran melihat kain kafan Abu Nawas. "Eh, ini penghuni lama," celetuk Malaikat Munkar. "Lihat, kafannya sudah lusuh," lanjutnya.
"Tapi ini tanah galian baru," bantah Malaikat Nakir meragukan.
Kedua malaikat ini pun ragu. Keduanya saling adu pendapat. Satu malaikat yakin kalau ini adalah mayat baru, yang satu meragukan lubang kubur yang mereka datangi ini dimasuki penghuni baru. ( )
Setelah berdebat cukup lama, kedua malaikat memutuskan tetap menanyai Abu Nawas. “Siapa Tuhanmu?” ujar sang malaikat kepada Abu Nawas dengan suara menggelegar.
Abu Nawas benar-benar ketakutan maka ia pun tak langsung menjawab. Setelah hening sesaat, Abu Nawas menyahut, “Apa kalian tidak salah alamat? Lihat, kain kafanku ini ‘kan sudah usang. Berarti aku ini penghuni lama. Ya ‘kan?”
Kedua malaikat terdiam. Mereka memandangi Abu Nawas di sekujur tubuhnya. Memang, kain kafan yang dipakainya sangat usang, namun, tanahnya masih baru. Keduanya bertanya-tanya, apa mereka sedang dikibuli.
Ada enam soal yang ditanyakan malaikat itu: man rabbuka? (siapa Tuhanmu); ma dinuka (apa agamamu); man nabiyyuka? (siapa nabimu); ma kitabuka? (apa kitabmu); aina qiblatuka? (di mana kiblatmu?); man ikhwanuka? (siapa saudaramu?).
Sudah barang tentu Abu Nawas hafal di luar kepala dengan pertanyaan dan jawabannya. Masalahnya adalah dua malaikat yang datang itu melakukan teror dalam menguji. Selain berwajah seram dan menakutkan, makhluk ini amat kasar. Malaikat Nakir bahkan membawa alat pemukul yang tanpa ampun akan menghajar pendatang baru yang salah dalam menjawab. Pokoknya, mental dan imam perlu tangguh untuk menghadapi teror seperti itu. Dan tidak semua peserta ujian bisa lulus, biar dia cerdas dan hapalannya ciamik sekalipun. ( )
Tak ayal, Abu Nawas pun terkadang bertanya-tanya pada diri sendiri; mampukah ia kelak menjawab pertanyaan kedua malaikat kubur itu, sedang melihat fisik keduanya saja sudah terbayang begitu menakutkan?
Abu Nawas memang bukan Umar bin Khattab yang konon berani melawan dua malaikat itu. Saat didatangi kedua malaikat Munkar dan Nakir Umar justru balik menggertak. "Lalu, siapa Tuhanmu?" tanya Umar. ( )
Kedua malaikat itu akhirnya mengenall siapa yang dihadapi. Keduanya pun akhirnya pergi meninggalkan sahabat Nabi SAW tersebut.
Mengingat kisah Umar dan dua malaikat itu membuat otak nakal Abu Nawas terusik. "Tak ada cara lain," pikirnya.
Abu Nawas lalu memberikan wasiat kepada keluarganya, agar saat ia meninggal kelak dikafani dengan kain kafan yang sudah sangat usang.
Benar saja, tiba saat Abu Nawas meninggal, istrinya mencarikan kain kafan lusuh untuk membungkus jenazahnya.
Sesaat setelah Abu Nawas dikuburkan, datanglah dua malaikat, Munkar sebagai malaikat penanya di alam kubur dan malaikat Nakir yang bertugas sebagai pemberi siksa kubur. Kedua malaikat itu siap memberikan pertanyaan kepada Abu Nawas. ( )
Hanya saja, sebelum malaikat Munkar menjalankan tugasnya, ia terheran-heran melihat kain kafan Abu Nawas. "Eh, ini penghuni lama," celetuk Malaikat Munkar. "Lihat, kafannya sudah lusuh," lanjutnya.
"Tapi ini tanah galian baru," bantah Malaikat Nakir meragukan.
Kedua malaikat ini pun ragu. Keduanya saling adu pendapat. Satu malaikat yakin kalau ini adalah mayat baru, yang satu meragukan lubang kubur yang mereka datangi ini dimasuki penghuni baru. ( )
Setelah berdebat cukup lama, kedua malaikat memutuskan tetap menanyai Abu Nawas. “Siapa Tuhanmu?” ujar sang malaikat kepada Abu Nawas dengan suara menggelegar.
Abu Nawas benar-benar ketakutan maka ia pun tak langsung menjawab. Setelah hening sesaat, Abu Nawas menyahut, “Apa kalian tidak salah alamat? Lihat, kain kafanku ini ‘kan sudah usang. Berarti aku ini penghuni lama. Ya ‘kan?”
Kedua malaikat terdiam. Mereka memandangi Abu Nawas di sekujur tubuhnya. Memang, kain kafan yang dipakainya sangat usang, namun, tanahnya masih baru. Keduanya bertanya-tanya, apa mereka sedang dikibuli.
(mhy)