Abu Nawas Menjadi Khatib Pengganti, Jamaah Tertidur Pulas
loading...
A
A
A
SEPERTI biasa, Abu Nawas sudah berada di warung kopi begitu matahari menyapa kota Baghdad. Warung kopi memang bisa menjadi tempat yang mengasyikkan. Di situ, orang-orang bergosip, ngerumpi sampai bicara politik. (
)
Hanya saja, bila ada Abu Nawas, para pelanggan biasanya lebih senang jika si cerdik ini memberi nasehat. Mirip--mirip ustaz saja. Semacam kulimas: kuliah lima belas menit. Kuliah gratis di pagi hari.
Hari itu, Jumat pagi, Abu Nawas berbicara tentang daya hipnotis kata-kata, seseorang tiba-tiba memotong kata-kata Abu Nawas dengan suara keras, "Anda omong kosong! Jika saya mengatakan Allah, Allah, Allah, apakah itu akan membuat saya ilahi? Dan jika saya mengatakan dosa, dosa, dosa, apakah itu akan membuat saya jahat?" ( )
"Duduk, bajingan!" kata Abu Nawas spontan.
Kontan saja, orang itu segera naik pitam. Mukanya merah padam. Ia terdiam sesaat, lalu dengan suara serak ia ungkapkan rasa tersinggung dan sakit hatinya.
Abu Nawas juga kelihatan menyesal sekali dan kemudian berkata, "Maafkan saya, Tuan, saya memang khilaf. Saya sungguh-sungguh minta maaf atas kelancangan yang tidak termaafkan itu."
Orang itu segera menjadi tenang. "Nah, kini kamu tahu jawabnya. Satu kata membuat kamu naik pitam dan yang lainnya menenangkan kamu," kata Abu Nawas sembari tersenyum puas.
Begitu tahu maksud Abu Nawas, orang-orang pun ikut tersenyum. ( )
Matahari terus merangkak dan siang pun datang. Saatnya salat Jumat. Abu Nawas datang agak telat. Anehnya, begitu ia sampai di masjid, pengurus masjid menghampirinya. "Tuan, khatib yang biasa sedang sakit. Tolong Tuan menggantikannya, ya," pinta pengurus masjid itu.
Abu Nawas langsung saja mengangguk. Azan pun berkumandang. Tiba giliran khutbah, Abu Nawas naik ke mimbar. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Abu Nawas, "Api! Api! Api!"
Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, "Di mana apinya?" ( )
Abu Nawas meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, "Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah," tuturnya.
Hanya saja, bila ada Abu Nawas, para pelanggan biasanya lebih senang jika si cerdik ini memberi nasehat. Mirip--mirip ustaz saja. Semacam kulimas: kuliah lima belas menit. Kuliah gratis di pagi hari.
Hari itu, Jumat pagi, Abu Nawas berbicara tentang daya hipnotis kata-kata, seseorang tiba-tiba memotong kata-kata Abu Nawas dengan suara keras, "Anda omong kosong! Jika saya mengatakan Allah, Allah, Allah, apakah itu akan membuat saya ilahi? Dan jika saya mengatakan dosa, dosa, dosa, apakah itu akan membuat saya jahat?" ( )
"Duduk, bajingan!" kata Abu Nawas spontan.
Kontan saja, orang itu segera naik pitam. Mukanya merah padam. Ia terdiam sesaat, lalu dengan suara serak ia ungkapkan rasa tersinggung dan sakit hatinya.
Abu Nawas juga kelihatan menyesal sekali dan kemudian berkata, "Maafkan saya, Tuan, saya memang khilaf. Saya sungguh-sungguh minta maaf atas kelancangan yang tidak termaafkan itu."
Orang itu segera menjadi tenang. "Nah, kini kamu tahu jawabnya. Satu kata membuat kamu naik pitam dan yang lainnya menenangkan kamu," kata Abu Nawas sembari tersenyum puas.
Begitu tahu maksud Abu Nawas, orang-orang pun ikut tersenyum. ( )
Matahari terus merangkak dan siang pun datang. Saatnya salat Jumat. Abu Nawas datang agak telat. Anehnya, begitu ia sampai di masjid, pengurus masjid menghampirinya. "Tuan, khatib yang biasa sedang sakit. Tolong Tuan menggantikannya, ya," pinta pengurus masjid itu.
Abu Nawas langsung saja mengangguk. Azan pun berkumandang. Tiba giliran khutbah, Abu Nawas naik ke mimbar. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Abu Nawas, "Api! Api! Api!"
Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, "Di mana apinya?" ( )
Abu Nawas meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, "Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah," tuturnya.
(mhy)