Apa yang Didapat Ketika Menutupi Aib Orang Lain?
Rabu, 04 November 2020 - 13:06 WIB
Salah satu kebiasaan kaum perempuan adalah senang menggunjing , apalagi bila tema yang dipergunjingkan menyangkut aib atau mengungkap cacat seseorang. Belum lagi dengan pembicaraan mengenai tetangga, rekan kerja, atau tentang asisten-asisten rumah tangganya. Pergunjingan dianggapnya sebagai perbincangan mengasyikkan dan bumbu pergaulan .
Muslimah, bergunjing atau ghibah sangatlah dilarang. Apalagi mengungkap aib seseorang. Jikalau kita mengetahui rahasia-rahasia itu secara tidak langsung, seperti saat mendengar kabar perceraian si fulanah, dan tahu hal-hal sensitif mengenai permusuhan antara keluarga fulan dengan keluarga fulanah. Jika demikian, berhati-hatilah! Jangan sampai aib mereka terbuka kerena kata-kata kita.
(Baca juga : Kisah Heroik Nusaibah binti Ka'ab, Sang Perisai Rasulullah )
Memang, tidaklah mudah menyebut nama seseorang saat menceritakan sebuah peristiwa dan kejadian, di mana itu menjadi rahasia bagi para pelakunya. Jika terpaksa harus mengatakan atau menceritakan, maka cukuplah bagi kita berkata, “Ada seorang perempuan yang melakukan ini…” atau “Ada seseorang yang ditimpa peristiwa …” atau yang semisalnya. Dengan syarat, jangan sampai orang yang mendengar cerita kita mengambil kesimpulan bahwa yang kita ceritakan itu adalah si A dan si B.
Dikutip dari buku 'Kaifa Tahtasibiina al-Ajra Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah,' karya Hana binti Abdul Aziz ash-Shanii’, dijelaskan menyebut sebuah peristiwa dengan cara demikian, kita bisa menceritakan apa yang ingin kita ceritakan. Tapi ingat, tetap jaga lidah dari ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
(Baca juga : Waspada dengan Virus Kejahilan )
Kita harus menjaga rahasia orang lain agar tidak terungkap di hadapan orang banyak, dengan cara kita sendiri. Jika mengetahui sebuah rahasia bagi para pelaku, atau kita dekat dengan peristiwa yang sensitif, maka tugas kita adalah tidak menyebarkannya! Karena sikap seorang muslimah adalah menutupi aib dan memberikan nasehat. Sedang orang munafik mengungkap aib dan membicarakannya.
Sebaiknya, yang diharapkan dari kita adalah meminta nasihat kepada Allah. Menutupi aib seorang muslim, selama ia tidak melakukannya dengan terang-terangan. Apalagi bermain-main dengan kemaksiatan.
(Baca juga : Hati-hati, Jangan Merasa Aman-aman Saja )
Maka agar kita dapat menutup aib sesama muslim baik laki-laki dan perempuan, Hana binti Abdul Azis dalam bukunya tersebut menjelaskan beberapa upaya sebagai berikut.
1. Berharap agar Allah azza wa jalla akan menutupi aib kita di suatu hari yang agung nanti (hari Kiamat), di mana semua kejadian akan diungkap, sejak kita dilahirkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَة
Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari Kiamat kelak.” (HR. Muslim)
(Baca juga : Warga Petamburan Siap Sambut Kepulangan Habib Rizieq Shihab )
2. Persembahkan jiwa kita untuk menggapai rahmat Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
"Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-A’raf : 56)
Maka, janganlah engkau sungkan untuk berbuat baik kepada orang muslim lainnya dengan menutupi aibnya. Perempuan yang baik berada sangat dekat dengan rahmat Allah.
Muslimah, bergunjing atau ghibah sangatlah dilarang. Apalagi mengungkap aib seseorang. Jikalau kita mengetahui rahasia-rahasia itu secara tidak langsung, seperti saat mendengar kabar perceraian si fulanah, dan tahu hal-hal sensitif mengenai permusuhan antara keluarga fulan dengan keluarga fulanah. Jika demikian, berhati-hatilah! Jangan sampai aib mereka terbuka kerena kata-kata kita.
(Baca juga : Kisah Heroik Nusaibah binti Ka'ab, Sang Perisai Rasulullah )
Memang, tidaklah mudah menyebut nama seseorang saat menceritakan sebuah peristiwa dan kejadian, di mana itu menjadi rahasia bagi para pelakunya. Jika terpaksa harus mengatakan atau menceritakan, maka cukuplah bagi kita berkata, “Ada seorang perempuan yang melakukan ini…” atau “Ada seseorang yang ditimpa peristiwa …” atau yang semisalnya. Dengan syarat, jangan sampai orang yang mendengar cerita kita mengambil kesimpulan bahwa yang kita ceritakan itu adalah si A dan si B.
Dikutip dari buku 'Kaifa Tahtasibiina al-Ajra Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah,' karya Hana binti Abdul Aziz ash-Shanii’, dijelaskan menyebut sebuah peristiwa dengan cara demikian, kita bisa menceritakan apa yang ingin kita ceritakan. Tapi ingat, tetap jaga lidah dari ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
(Baca juga : Waspada dengan Virus Kejahilan )
Kita harus menjaga rahasia orang lain agar tidak terungkap di hadapan orang banyak, dengan cara kita sendiri. Jika mengetahui sebuah rahasia bagi para pelaku, atau kita dekat dengan peristiwa yang sensitif, maka tugas kita adalah tidak menyebarkannya! Karena sikap seorang muslimah adalah menutupi aib dan memberikan nasehat. Sedang orang munafik mengungkap aib dan membicarakannya.
Sebaiknya, yang diharapkan dari kita adalah meminta nasihat kepada Allah. Menutupi aib seorang muslim, selama ia tidak melakukannya dengan terang-terangan. Apalagi bermain-main dengan kemaksiatan.
(Baca juga : Hati-hati, Jangan Merasa Aman-aman Saja )
Maka agar kita dapat menutup aib sesama muslim baik laki-laki dan perempuan, Hana binti Abdul Azis dalam bukunya tersebut menjelaskan beberapa upaya sebagai berikut.
1. Berharap agar Allah azza wa jalla akan menutupi aib kita di suatu hari yang agung nanti (hari Kiamat), di mana semua kejadian akan diungkap, sejak kita dilahirkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَة
Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari Kiamat kelak.” (HR. Muslim)
(Baca juga : Warga Petamburan Siap Sambut Kepulangan Habib Rizieq Shihab )
2. Persembahkan jiwa kita untuk menggapai rahmat Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
"Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-A’raf : 56)
Maka, janganlah engkau sungkan untuk berbuat baik kepada orang muslim lainnya dengan menutupi aibnya. Perempuan yang baik berada sangat dekat dengan rahmat Allah.