Benarkan Ramadhan 30 Hari Hanya Sekali di Zaman Rasulullah?

Sabtu, 09 Mei 2020 - 16:56 WIB
Menurut atsar Ibnu Mas'ud dan Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah SAW semasa hidupnya lebih banyak berpuasa Ramadan 29 hari daripada 30 hari.

Lalu muncullah pendapat bahwa Rasulullah SAW berpuasa selama sembilan kali Ramadhan. Perinciannya, delapan kali puasa selama 29 hari dan satu kali berpuasa selama 30 hari. Dalam sistem kalender qomariyah, penentuan jumlah hari dalam setiap bulannya dapat berkisar 29 atau genap 30 hari.

Puasa Ramadan pada zaman Rasulullah SAW ini menarik untuk dibuktikan dengan hisab astronomi. "Saya telah menghisab posisi hilal awal Ramadhan dan Syawal semasa Rasulullah SAW hidup dari 2 H - 10 H. Analisis astronomi tersebut memang menunjukkan selama sembilan tahun itu enam kali Ramadan panjangnya 29 hari, hanya tiga kali yang 30 hari," tutur Djamaluddin. Hasil hisab Djamaluddin ini berbeda dengan yang dipahami banyak orang selama ini.

Dari analisisi itu, menurutnya, juga diketahui bahwa pada zaman Nabi puasa dilakukan pada musim semi dan musim dingin dengan waktu puasa mulai sekitar pukul 4 sampai sekitar 17:30 pada musim semi dan mulai sekitar pukul 4:30 sampai sekitar 16:40 pada musim dingin.

Puasa pertama berawal pada Ahad 26 Februari 624 dan idul Fitri jatuh pada Senin 26 Maret 624. Berarti lama puasa 29 hari. Perang Badar yang terjadi saat itu pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624) jatuhnya pada hari Selasa. "Perhitungan ini berbeda dengan riwayat yang menyatakan bahwa perang Badar terjadi malam Jum'at," jelasnya.

Salah satu Idul Fitri pada zaman Nabi terjadi pada hari Jumat, yaitu 1 Syawal 3 H yang bertepatan dengan 15 Maret 625. Inilah satu-satunya Idul Fitri yang jatuh pada hari Jum'at semasa Rasulullah SAW hidup. "Mungkin inilah kejadian yang berkaitan dengan hadis yang membolehkan meninggalkan salat Jum'at bila pagi harinya telah mengikuti salat hari raya," tuturnya.

Dalam hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan dari Abu Dawud disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pada hari ini (Jumat) telah berkumpul dua hari raya, maka siapa yang mau, (salat hari rayanya) telah mencukupi salat Jumatnya, tetapi kami tetap akan melakukan salat Jumat."

Menurut Djamaluddin, puasa dan Idul Fitri di era Rasulullah diperkirakan sbb:

- Tahun 2 Hijriyah, awal ramadhan: Ahad, 26 Februari 624 M, Idul Fitri jatuh pada hari Senin, 26 Mar. 624. Jumlah hari puasa: 29 hari

- Tahun 3 Hijriyah, awal Ramadhan: Kamis, 14 Feb. 625, Idul Fitri: Jum'at, 15 Mar. 625. Jumlah hari puasa: 29 hari

- Tahun 4 Hijriyah, awal Ramadhan: Selasa, 4 Feb. 626, Idul Fitri: Rabu, 5 Mar. 626. Jumlah hari puasa: 29 hari

- Tahun 5 Hijriyah, awal Ramadhan: Ahad, 25 Jan. 627, Idul Fitri: Senin, 23 Feb. 627. Jumlah hari puasa: 29 hari

- Tahun 6 Hijriyah, awal Ramadhan: Kamis, 14 Jan. 628, Idul Fitri: Sabtu, 13 Feb. 628. Jumlah hari puasa: 30 hari

- Tahun 7 Hijriyah, awal Ramadhan: Senin, 2 Jan. 629, Idul Fitri: Rabu, 1 Feb. 629. Jumlah hari puasa: 30 hari.

- Tahun 8 Hijriyah, awal Ramadhan: Jum'at, 22 Des. 629, Idul Fitri: Ahad, 21 Jan. 630. Jumlah hari puasa: 30 hari.

- Tahun 9 Hijriyah, awal Ramadan: Rabu, 12 Des. 630, Idul Fitri: Kamis, 10 Jan. 631. Jumlah hari puasa: 29 hari.

- Tahun 10 Hijriyah, awal Ramadan: Ahad, 1 Des. 631, Idul Fitri: Senin, 30 Des. 631. Jumlah hari puasa: 29 hari.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
cover top ayah
وَحُشِرَ لِسُلَيۡمٰنَ جُنُوۡدُهٗ مِنَ الۡجِنِّ وَالۡاِنۡسِ وَالطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوۡزَعُوۡنَ (١٧) حَتّٰٓى اِذَاۤ اَتَوۡا عَلٰى وَادِ النَّمۡلِۙ قَالَتۡ نَمۡلَةٌ يّٰۤاَيُّهَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰكِنَكُمۡ‌ۚ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمٰنُ وَجُنُوۡدُهٗۙ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُوۡنَ‏ (١٨) فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنۡ قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًـا تَرۡضٰٮهُ وَاَدۡخِلۡنِىۡ بِرَحۡمَتِكَ فِىۡ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيۡنَ (١٩)
Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.

(QS. An-Naml Ayat 17-19)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More