Seuntai Kalung Cantik Rasulullah untuk Umamah binti Abu Al 'Ash
Senin, 16 November 2020 - 15:25 WIB
Sosok muslimah yang satu ini jarang tersorot dalam sejarah Islam. Namun, cerita kehidupannya memberi andil yang lumayan besar untuk kehidupan umat muslim hingga kini. Ia merupakan salah satu cucu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Cucu Nabi SAW memang bukan hanya Hasan dan Husain. Selain kedua putra Fathimah dan Ali bin Abi Thalib tersebut, Rasulullah memiliki empat cucu lain, salah satunya yakni Umamah binti Abu Al ‘Ash.
Dinukil dari buku 'Abnaa'An-Nabi wa Ahfaduhu' / Anak Cucu Nabi Muhammad karya Syaikh Abdul Mun'im Al-Hasyimi, dijelaskan Umamah lahir dari rahim putri sulung Rasulullah, Zainab binti Muhammad yang dinikahi pemuda Quraisy bernama Abu Al ‘Ash bin Ar Rabi’. Dari pernikahan tersebut lahir dua anak yakni Ali dan Umamah.
(Baca juga : Dosa yang Diremehkan Perempuan: Menyakiti Tetangga dengan Lisan )
Umamah dikenal cerdas, lembut, dan keibuan. Kematangan pribadi itu tak terlepas dari asuhan langsung sang kakek, Muhammad. Semasa kecil, tak segan Rasulullah menggendong dan membawa cucu kesayangannya ini. Bahkan banyak Hadis yang mengisahkan bagaimana kelembutan Rasulullah saat bersama cucu mungilnya itu.
Suatu hari, Rasulullah pernah mendapatkan sebuah hadiah. Di dalamnya terdapat seuntai kalung yang cantik. Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam pun menerima hadiah tersebut dengan niatan akan memberikannya pada wanita kesayangan beliau. “Aku akan memberikan kalung ini pada seseorang yang paling kucintai di antara keluargaku,” ujar beliau saat itu.
(Baca juga : Kaidah Berwudhu Muslimah Berhijab di Tempat Umum )
Para istri Rasulullah pun kemudian saling berbisik dan menduga bahwa Aisyah lah yang akan menerima kalung tersebut. Namun ternyata kalung itu diberikan pada cucunya, Umamah yang masih kecil kala itu. Nabiyullah pun memakaikannya di leher Umamah. “Berhiaslah dengan kalung ini, wahai putriku,” ujar Rasulullah yang kemudian mengusap kotoran di hidung cucunya tersebut.
Menjadi Panduan Salat Sambil Menggendong Anak
Di hari lain, para shahabat melihat Rasulullah keluar rumah sambil menggendong Umamah. Beliau kemudian membawanya serta saat menunaikan salat. Momen inilah yang kemudian menjadi panduan shalat sambil menggendong anak yang diterapkan hukum fikihnya hingga kini, dan hingga akhir zaman nanti.
(Baca juga : 10 Faedah Menjaga Pandangan Menurut Ibnu Qayyim )
Saat salat, Rasulullah berdiri sambil menggendong Umamah. Ketika ruku, Umamah diletakkan dan Rasulullah menggendongnya kembali saat bangkit dari ruku. Begitu seterusnya hingga Rasulullah menyelesaikan salatnya.
Umamah menjadi yatim piatu ketika ibunya, sang putri Rasul, Zaenab meninggal dunia pada awal tahun ke-8 Hijriyyah. Lalu disusul kematian ayahnya, Abu Al ‘Ash. Sebelum meninggal, ayahnya mewasiatkan Umamah agar dirawat oleh Az Zubair bin Al ‘Awwam. Hingga dewasa, Umamah pun dibawah perawatan keluarga Zubair. Saat itu, Rasulullah pun telah wafat dan muslimin berada di bawah pemerintahan Khulafa Ar Rasyidin.
(Baca juga : Soal Ucapan Nikita Mirzani, MUI: Ada Upaya Menekan Popularitas Habib Rizieq )
Ketika Umamah kecil telah berubah menjadi gadis yang sangat cantik, banyak shahabat Rasulullah yang ingin menjadikannya istri. Di era pemerintahan Umar bin Al Khattab, Ali bin Abi Thalib menjadi orang pertama yang meminang Umamah. Saat itu Ali telah lama menduda akibat kematian Fathimah yang hanya berjarak enam bulan dari hari meninggalnya Rasulullah.
Umamah pun kemudian menikah dengan suami bibinya tersebut. Zubair lah yang menikahkan keduanya. Selama pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Umamah tak dikaruniai seorang pun anak.
(Baca juga : Berjalan di Tengah Pandemi, APPSI: Pasar Tradisonal Simbol Ekonomi Rakyat )
Hingga suatu hari, Ali berpesan kepada Umamah agar bersedia menikah lagi jika ia meninggal dunia. Ali pun telah meminta secara khusus kepada Al Mughirah bin Naufal Al Harits bin Abdil Muththalib yang masih menjadi bagian keluarga Rasulullah, Bani Hasyim, untuk menikahi Umamah jika Ali meninggal dunia.
Maka ketika tiba ajal sang khalifah keempat di tahun 40 Hijriyyah, Umamah pun menjadi janda. Namun ketika masa ‘iddahnya selesai, Umamah justru mendapat pinangan dari pria lain yang juga dari kalangan shahabat Rasulullah, yakni Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Umamah pun kemudian meminta seseorang agar memberi kabar pinangan tersebut kepada Al Mughirah.
(Baca juga : Kasus Corona Terus Meningkat, Ekonomi Eropa Megap-megap )
Umamah ingin menunaikan pesan suaminya, Ali bin Abi Thalib, agar menikah dengan Al Mughirah. Ketika kabar pinangan Muawiyyah itu tiba, Al Mughirah pun kemudian bertanya pada Umamah, “Kalau engkau berkenan, berikah urusan ini kepadaku,” ujarnya, menawarkan Umamah untuk menjadi istrinya. Umamah pun kemudian mengiyakan tawaran Al Mughirah tersebut.
Maka dilangsungkanlah pernikahan keduanya dengan Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai wali dari Umamah. Dari pernikahan tersebut lahir cicit Rasulullah, Yahya bin Al Mughirah. Namun tak lama kemudian, Umamah menghembuskan nafasnya yang terakhir, yakni di masa awal pemerintahan Bani Umayyah.
(Baca juga : Jika Covid-19 Meningkat, Libur Akhir Tahun Bisa Ditiadakan )
Wallahu A'lam
Dinukil dari buku 'Abnaa'An-Nabi wa Ahfaduhu' / Anak Cucu Nabi Muhammad karya Syaikh Abdul Mun'im Al-Hasyimi, dijelaskan Umamah lahir dari rahim putri sulung Rasulullah, Zainab binti Muhammad yang dinikahi pemuda Quraisy bernama Abu Al ‘Ash bin Ar Rabi’. Dari pernikahan tersebut lahir dua anak yakni Ali dan Umamah.
(Baca juga : Dosa yang Diremehkan Perempuan: Menyakiti Tetangga dengan Lisan )
Umamah dikenal cerdas, lembut, dan keibuan. Kematangan pribadi itu tak terlepas dari asuhan langsung sang kakek, Muhammad. Semasa kecil, tak segan Rasulullah menggendong dan membawa cucu kesayangannya ini. Bahkan banyak Hadis yang mengisahkan bagaimana kelembutan Rasulullah saat bersama cucu mungilnya itu.
Suatu hari, Rasulullah pernah mendapatkan sebuah hadiah. Di dalamnya terdapat seuntai kalung yang cantik. Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam pun menerima hadiah tersebut dengan niatan akan memberikannya pada wanita kesayangan beliau. “Aku akan memberikan kalung ini pada seseorang yang paling kucintai di antara keluargaku,” ujar beliau saat itu.
(Baca juga : Kaidah Berwudhu Muslimah Berhijab di Tempat Umum )
Para istri Rasulullah pun kemudian saling berbisik dan menduga bahwa Aisyah lah yang akan menerima kalung tersebut. Namun ternyata kalung itu diberikan pada cucunya, Umamah yang masih kecil kala itu. Nabiyullah pun memakaikannya di leher Umamah. “Berhiaslah dengan kalung ini, wahai putriku,” ujar Rasulullah yang kemudian mengusap kotoran di hidung cucunya tersebut.
Menjadi Panduan Salat Sambil Menggendong Anak
Di hari lain, para shahabat melihat Rasulullah keluar rumah sambil menggendong Umamah. Beliau kemudian membawanya serta saat menunaikan salat. Momen inilah yang kemudian menjadi panduan shalat sambil menggendong anak yang diterapkan hukum fikihnya hingga kini, dan hingga akhir zaman nanti.
(Baca juga : 10 Faedah Menjaga Pandangan Menurut Ibnu Qayyim )
Saat salat, Rasulullah berdiri sambil menggendong Umamah. Ketika ruku, Umamah diletakkan dan Rasulullah menggendongnya kembali saat bangkit dari ruku. Begitu seterusnya hingga Rasulullah menyelesaikan salatnya.
Umamah menjadi yatim piatu ketika ibunya, sang putri Rasul, Zaenab meninggal dunia pada awal tahun ke-8 Hijriyyah. Lalu disusul kematian ayahnya, Abu Al ‘Ash. Sebelum meninggal, ayahnya mewasiatkan Umamah agar dirawat oleh Az Zubair bin Al ‘Awwam. Hingga dewasa, Umamah pun dibawah perawatan keluarga Zubair. Saat itu, Rasulullah pun telah wafat dan muslimin berada di bawah pemerintahan Khulafa Ar Rasyidin.
(Baca juga : Soal Ucapan Nikita Mirzani, MUI: Ada Upaya Menekan Popularitas Habib Rizieq )
Ketika Umamah kecil telah berubah menjadi gadis yang sangat cantik, banyak shahabat Rasulullah yang ingin menjadikannya istri. Di era pemerintahan Umar bin Al Khattab, Ali bin Abi Thalib menjadi orang pertama yang meminang Umamah. Saat itu Ali telah lama menduda akibat kematian Fathimah yang hanya berjarak enam bulan dari hari meninggalnya Rasulullah.
Umamah pun kemudian menikah dengan suami bibinya tersebut. Zubair lah yang menikahkan keduanya. Selama pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Umamah tak dikaruniai seorang pun anak.
(Baca juga : Berjalan di Tengah Pandemi, APPSI: Pasar Tradisonal Simbol Ekonomi Rakyat )
Hingga suatu hari, Ali berpesan kepada Umamah agar bersedia menikah lagi jika ia meninggal dunia. Ali pun telah meminta secara khusus kepada Al Mughirah bin Naufal Al Harits bin Abdil Muththalib yang masih menjadi bagian keluarga Rasulullah, Bani Hasyim, untuk menikahi Umamah jika Ali meninggal dunia.
Maka ketika tiba ajal sang khalifah keempat di tahun 40 Hijriyyah, Umamah pun menjadi janda. Namun ketika masa ‘iddahnya selesai, Umamah justru mendapat pinangan dari pria lain yang juga dari kalangan shahabat Rasulullah, yakni Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Umamah pun kemudian meminta seseorang agar memberi kabar pinangan tersebut kepada Al Mughirah.
(Baca juga : Kasus Corona Terus Meningkat, Ekonomi Eropa Megap-megap )
Umamah ingin menunaikan pesan suaminya, Ali bin Abi Thalib, agar menikah dengan Al Mughirah. Ketika kabar pinangan Muawiyyah itu tiba, Al Mughirah pun kemudian bertanya pada Umamah, “Kalau engkau berkenan, berikah urusan ini kepadaku,” ujarnya, menawarkan Umamah untuk menjadi istrinya. Umamah pun kemudian mengiyakan tawaran Al Mughirah tersebut.
Maka dilangsungkanlah pernikahan keduanya dengan Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai wali dari Umamah. Dari pernikahan tersebut lahir cicit Rasulullah, Yahya bin Al Mughirah. Namun tak lama kemudian, Umamah menghembuskan nafasnya yang terakhir, yakni di masa awal pemerintahan Bani Umayyah.
(Baca juga : Jika Covid-19 Meningkat, Libur Akhir Tahun Bisa Ditiadakan )
Wallahu A'lam
(wid)