Beginilah Tawakkal yang Diajarkan Habib Jindan (1)

Kamis, 16 April 2020 - 11:58 WIB
Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (kanan) ketika bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf beberapa waktu lalu. Foto/Ist
Banyak orang bertanya bagaimana sebenarnya hakikat tawakkal yang diajarkan oleh Islam. Seperti diketahui Islam mengajarkan agar senantiasa tawakkal, namun di sisi lain juga memerintahkan untuk ikhtiar (berusaha).

Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan memberi nasihat indah terkait tawakkal ini saat kajian Rauhah yang membahas Kitab Riyadhus Shalihin dan Ihya 'Ulumuddin di Ponpes Al-Fachriyah, Tangerang. Tawakkal dalam arti kata adalah keyakinan kepada Allah Ta'ala. Percaya dengan apa yang dijanjikan oleh Allah Ta'ala. Hakikat tawakkal adalah berserah diri kepada Allah Ta'ala.

Kata Habib Jindan, mukmin sejati itu apabila disebut nama Allah Ta'ala, hatinya akan bergetar merasa takut. Jika dibacakan ayat-ayat Allah, hatinya bertambah yakin, imannya juga bertambah, semakin mantap. Semakin yakin bahwa Allah Ta'ala lah yang menjaga, mengatur segala sesuatu. Tidak ada yang bisa membahayakan kecuali atas seizin-Nya. Makanya Allah Ta'ala menyandang Sang Pemberi Manfaat, Zat Pemberi Bahaya. Yang menghidupkan segala sesuatu ialah Allah, yang mematikan juga Allah Ta'ala.

"Mesti yakin, mesti teguh kepada Allah Ta'ala. Tapi imannya kita masih lemah banget. Mukmin sejati kalau disebut nama Allah, maka ia takut. Ini tidak, dia lebih takut sama orang yang terinfeksi Corona dibanding orang yang terinfeksi kesombongan, maksiat. Orang lebih takut sama Corona dibanding sama dosa," kata ulama yang pernah menimba ilmu di Hadhramaut Yaman ini.

Habib Jindan mengatakan, dulu ulama Tabi’in Hasan Al-Bashri di majelisnya tidak pernah membahas urusan dunia apalagi urusan politik. Mereka sibuk mengejar ridha-Nya Allah Ta'ala.

Karena itu hendaknya setiap mukmin bertawakkal kepada Allah, menggantungkan segala urusan hanya kepada Allah Zat yang Maha Hidup dan tak pernah mati. Kita tidak menafikan sebab, karena semuanya atas izin Allah Ta'ala.

Kalau seseorang benar-benar tawakkal kepada Allah, nanti Allah yang mengatur dan memberi pertolongan. Ingat ketika Nabi Ibrahim 'alaihissalam dilempar ke api oleh Raja zalim bernama Namrudz. Nabi Ibrahim selamat karena berserah diri kepada Allah sembari mengucapkan "Hasbunallahu wani’mal Wakiil" (cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung)." (QS. Ali-'Imran: ayat 173)

Imam An-Nawawi mengatakan ulama punya khilafiyah (perbedaan pendapat), ada yang bilang mereka kalau sakit tidak perlu berobat, lalu dibantah oleh ulama lain. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam apabila sakit beliau berobat dan ini diriwayatkan dalam banyak hadis.

Menurut Jumhur Ulama membolehkan kalau sakit berobat, tapi jangan bertumpu kepada obat tersebut, tetapi bergantung kepada Allah Ta'ala harus lebih besar. "Kalau bisa 90% kepada Allah Ta'ala, 10% kepada obat. Ini enggak, lebih bergantung kepada obat daripada pertolongan Allah Ta'ala," papar Habib Jindan.

(bersambung)
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya.

(HR. Muslim No. 1935)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More