Kisah Sufi: Sang Guru dan Arah Mana yang Benar?
Sabtu, 21 November 2020 - 09:18 WIB
"Itulah yang harus kau pelajari," ujar orang lebih tua darinya, "adalah sesuatu tentang sikap dasar hubungan murid."
Murid harus tahu bagaimana mematuhi, bukan semata ia harus taat. Pertanyaan apakah menjadi murid atau tidak, datang setelah seseorang tahu apa sesungguhnya murid. Orang-orang menghabiskan waktu mereka bertanya-tanya apakah mereka harus menjadi murid -- atau yang lainnya. Sejak asumsi mereka (bahwa mereka dapat menjadi murid jika mengharapkannya) tidaklah benar, mereka hidup di dunia yang salah, dunia kaum intelektual. Orang-orang seperti itu tidak mempelajari pelajaran pertama.
ARAH MANA YANG BENAR?
Seorang bijak yang dihormati secara luas, menjadi irrasional dalam mengajukan fakta-fakta dan argumentasi. Diputuskan untuk mengujinya, sehingga yang berwenang di negara tersebut dapat menyatakan apakah ia membahayakan tatanan masyarakat atau tidak.
Pada hari pengujian, ia berparade melewati ruang pengadilan menunggang seekor keledai, menghadap ke belakang keledai. Ketika saatnya berbicara untuk dirinya sendiri, ia berkata pada hakim:
"Saat Anda melihatku tadi, ke arah mana aku menghadap?"
Hakim menjawab, "Menghadap ke arah yang salah."
"Anda menggambarkan maksudku," jawabnya, "karena aku telah menghadap ke arah yang benar, dari sudut pandangku. Keledainyalah yang menghadap ke arah yang salah."
Murid harus tahu bagaimana mematuhi, bukan semata ia harus taat. Pertanyaan apakah menjadi murid atau tidak, datang setelah seseorang tahu apa sesungguhnya murid. Orang-orang menghabiskan waktu mereka bertanya-tanya apakah mereka harus menjadi murid -- atau yang lainnya. Sejak asumsi mereka (bahwa mereka dapat menjadi murid jika mengharapkannya) tidaklah benar, mereka hidup di dunia yang salah, dunia kaum intelektual. Orang-orang seperti itu tidak mempelajari pelajaran pertama.
ARAH MANA YANG BENAR?
Seorang bijak yang dihormati secara luas, menjadi irrasional dalam mengajukan fakta-fakta dan argumentasi. Diputuskan untuk mengujinya, sehingga yang berwenang di negara tersebut dapat menyatakan apakah ia membahayakan tatanan masyarakat atau tidak.
Pada hari pengujian, ia berparade melewati ruang pengadilan menunggang seekor keledai, menghadap ke belakang keledai. Ketika saatnya berbicara untuk dirinya sendiri, ia berkata pada hakim:
"Saat Anda melihatku tadi, ke arah mana aku menghadap?"
Hakim menjawab, "Menghadap ke arah yang salah."
"Anda menggambarkan maksudku," jawabnya, "karena aku telah menghadap ke arah yang benar, dari sudut pandangku. Keledainyalah yang menghadap ke arah yang salah."
(mhy)