Canda Ala Sufi: Selamat karena Saran Seorang Teman
Rabu, 09 Desember 2020 - 06:44 WIB
SETELAH Taimurlank (perterus Jenghis Khan—peny.) berhasil mengalahkan Sultan Bayazid Khan beserta pasukannya dalam "Peristiwa Anqarah" yang terkenal itu, dia tinggal selama beberapa waktu di kota Aq Syahr.
Saat itu, Nashruddin memiliki nama yang harum dan hubungan yang baik dengan Taimurlank, sehingga dengan begitu kota Aq Syahr menjadi aman dari berbagai kejahatan dan kekejaman yang biasa dilakukan Taimurlank beserta anak buahnya manakala mereka menginjakkan kedua kakinya di sebuah tempat.
Mereka biasa merampas harta benda penduduk sesukanya, bahkan tidak segan-segan membunuh siapasaja yang melawan. ( )
Suatu hari, Nashruddin bermaksud membalas jasa Taimurlank dengan memberikan hadiah berupa tiga butir buah yang ada bukan pada musimnya. Nashruddin lalu meletakkan buah itu di atas nampan dan membawanya ke rumah Taimurlank.
Di tengah jalan, buah itu menggelinding. Dengan kesal, Nashruddin berkata kepada buah tersebut, "Hai, tenanglah di tempatmu. Kalau tidak, aku akan memakanmu."
Setiap kali Nashruddin melangkah, buah itu selalu bergerak dan menggelinding. Lantaran tak sabar, Nashruddin akhirnya menyantap yang dua butir. ( )
Dengan demikian, tinggallah satu butir yang akan diberikan kepada Taimurlank. Lalu, Nashruddin memberikan itu kepadanya dan dia pun merasa bahagia sekali, sehingga memberi Nashruddin banyak hadiah berharga.
Beberapa hari kemudian, karena tamak pada hadiah yang diberikan Taimurlank, Nashruddin datang kembali dengan membawa satu keranjang buah Syamandar. Di tengah jalan, dia bertemu dengan salah seorang sahabatnya, yang menyarankan kepadanya agar buah Syamandar yang dibawanya itu diganti dengan buah tin. Karena, menurutnya, buah itu jauh lebih lembut dan lebih patut diberikan kepada seorang raja.
Nashruddin pun tertarik pada sarannya itu dan segera pergi ke pasar untuk membeli satu keranjang buah tin. Namun, setelah hadiah itu sampai di tangan Taimurlank, dia tidak gembira seperti sebelumnya. Dia marah karena menganggap Nashruddin telah menghinanya. ( )
Taimurlank lalu memerintahkan kepada para pengawalnya untuk melemparkan seluruh buah tin itu ke tubuh Nashruddin serta memukulinya.
Setiapkali Nashruddin merasakan pukulan, dia selalu berkata dengan suara lirih, "Syukur alhamdulillah."
Tak lama kemudian, ucapan Nashruddin itu terdengar Taimulank sehingga dia tersentak dan kaget lalu berkata padanya, "Hai, dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau malah bersyukur?"
Nashruddin menjawab, "Benar baginda, ketika berangkat dari rumah, aku membawa hadiah untuk baginda berupa satu keranjang buah Syamandar. Di tengah jalan, saya bertemu dengan teman saya. Dia menyarankan kepada saya agar mengganti buah itu dengan buah tin; karena menurutnya lebih cocok untuk baginda. Beruntung saya mau menuruti sarannya. Coba kalau tidak, tentu kepala saya akan memar, mata saya akan buta, dan hidung saya akan pecah dihantam buah Syamandar. Jadi, seharusnyalah saya bersyukur kepada Allah atas pertolonganNya yang gaib ini."
===
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
Saat itu, Nashruddin memiliki nama yang harum dan hubungan yang baik dengan Taimurlank, sehingga dengan begitu kota Aq Syahr menjadi aman dari berbagai kejahatan dan kekejaman yang biasa dilakukan Taimurlank beserta anak buahnya manakala mereka menginjakkan kedua kakinya di sebuah tempat.
Mereka biasa merampas harta benda penduduk sesukanya, bahkan tidak segan-segan membunuh siapasaja yang melawan. ( )
Suatu hari, Nashruddin bermaksud membalas jasa Taimurlank dengan memberikan hadiah berupa tiga butir buah yang ada bukan pada musimnya. Nashruddin lalu meletakkan buah itu di atas nampan dan membawanya ke rumah Taimurlank.
Di tengah jalan, buah itu menggelinding. Dengan kesal, Nashruddin berkata kepada buah tersebut, "Hai, tenanglah di tempatmu. Kalau tidak, aku akan memakanmu."
Setiap kali Nashruddin melangkah, buah itu selalu bergerak dan menggelinding. Lantaran tak sabar, Nashruddin akhirnya menyantap yang dua butir. ( )
Dengan demikian, tinggallah satu butir yang akan diberikan kepada Taimurlank. Lalu, Nashruddin memberikan itu kepadanya dan dia pun merasa bahagia sekali, sehingga memberi Nashruddin banyak hadiah berharga.
Beberapa hari kemudian, karena tamak pada hadiah yang diberikan Taimurlank, Nashruddin datang kembali dengan membawa satu keranjang buah Syamandar. Di tengah jalan, dia bertemu dengan salah seorang sahabatnya, yang menyarankan kepadanya agar buah Syamandar yang dibawanya itu diganti dengan buah tin. Karena, menurutnya, buah itu jauh lebih lembut dan lebih patut diberikan kepada seorang raja.
Nashruddin pun tertarik pada sarannya itu dan segera pergi ke pasar untuk membeli satu keranjang buah tin. Namun, setelah hadiah itu sampai di tangan Taimurlank, dia tidak gembira seperti sebelumnya. Dia marah karena menganggap Nashruddin telah menghinanya. ( )
Taimurlank lalu memerintahkan kepada para pengawalnya untuk melemparkan seluruh buah tin itu ke tubuh Nashruddin serta memukulinya.
Setiapkali Nashruddin merasakan pukulan, dia selalu berkata dengan suara lirih, "Syukur alhamdulillah."
Tak lama kemudian, ucapan Nashruddin itu terdengar Taimulank sehingga dia tersentak dan kaget lalu berkata padanya, "Hai, dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau malah bersyukur?"
Nashruddin menjawab, "Benar baginda, ketika berangkat dari rumah, aku membawa hadiah untuk baginda berupa satu keranjang buah Syamandar. Di tengah jalan, saya bertemu dengan teman saya. Dia menyarankan kepada saya agar mengganti buah itu dengan buah tin; karena menurutnya lebih cocok untuk baginda. Beruntung saya mau menuruti sarannya. Coba kalau tidak, tentu kepala saya akan memar, mata saya akan buta, dan hidung saya akan pecah dihantam buah Syamandar. Jadi, seharusnyalah saya bersyukur kepada Allah atas pertolonganNya yang gaib ini."
===
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
(mhy)