Kejahatan Otak Menurut Al-Qur'an
Selasa, 15 Desember 2020 - 11:35 WIB
Oleh Mochamad Sa'dun Masyhur
Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia.
KEJAHATAN OTAK yang dimaksud di sini, tentu berbeda dengan otak kejahatan yang dalam istilah pidana disebut sebagai intellectual dader, yaitu pembuat kejahatan tidak langsung. Atau peminjam tangan untuk berbuat kejahatan, istilah hukumnya disebut middelijke dader.
Sedangkan kejahatan otak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah berhubungan dengan anatomi dan fisiologi organ ubun-ubun yang dalam medis disebut fontanel. (
)
Kalangan awam menganggap bahwa ubun-ubun itu hanya satu, di tengah kepala. Padahal secara medis sesungguhnya berada di empat sisi bagian kepala manusia.
Entah ada hubungannya atau tidak dengan keberadaan fontanel di empat sisi kepala itu, yang jelas Al-Qur'an menyebut naashiya atau kata dengan susunan huruf nun-shot-ya yang dimaknai sebagai ubun-ubun itu juga sebanyak 4 kali. Cermati QS 11:56, 55:41 dan 96:15 dan 16.
Ayat-ayat tersebut secara eksplisit menyampaikan bahwa segala rencana perbuatan manusia ditentukan oleh ubun-ubunnya. Karena itulah amal manusia dimulai, atau telah dinilai dan dicatat sejak dari rencana semula atau sejak dari niat.
Dalam hal niat atas perbuatan kejahatan, atau dapat dinyatakan sebagai kejahatan otak itu, dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, Allah memberikan peringatan yang sangat keras.
يُعْرَفُ ٱلْمُجْرِمُونَ بِسِيمَٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِٱلنَّوَٰصِى وَٱلْأَقْدَامِ
Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya. (QS 55:41).
كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat dusta dan durhaka) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (QS 96:15 dan 16).
Hukuman dan siksa yang amat keras bagi kejahatan otak itu bukanlah suatu ancaman biasa. Lanjutan ayat di atas menerangkan bahwa besok hari mereka akan berhadapan dengan malaikat Zabaniah, yaitu malaikat yang tidak pernah lelah menyiksanya.
Kalangan ilmuwan modern menganggap bahwa bagian naashiya itu berhubungan dengan frontal bone yaitu otak bagian depan.
Namun perlu diketahui bahwa Al-Qur'an menyebut bagian depan kepala atau dahi itu sebagai jibah. Dengan demikian jelas bahwa menurut Al-Quran antara ubun-ubun (naashiya) dengan dahi (jibah) itu berbeda.
Secara anatomis dan fisiologis perihal ubun-ubun itu disampaikan dalam ayat yang serangkai dengan 5 ayat yang turun pertama kali. Dalam kaidah fisiologi menurut Al-Qur'an, sangat jelas berkaitan dengan fungsi organ pendengaran yang dalam rangkaian ayat itu telah mulai tercipta dan berfungsi sejak dalam bentuk 'alaqoh, yaitu 80 hari setelah dijadikan.
Surat yang diawali dengan kata Iqro' tersebut sesungguhnya juga menjelaskan bahwa sejak fase 'alaqoh itu telinga sudah berfungsi, dan menerima pengertian-pengertian lewat kalam-kalam. Dengan bekal pengertian dan pengetahuan dari kalam-kalam itulah ubun-ubun sesungguhnya dapat merencanakan suatu perbuat baik dan benar.
Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia.
KEJAHATAN OTAK yang dimaksud di sini, tentu berbeda dengan otak kejahatan yang dalam istilah pidana disebut sebagai intellectual dader, yaitu pembuat kejahatan tidak langsung. Atau peminjam tangan untuk berbuat kejahatan, istilah hukumnya disebut middelijke dader.
Sedangkan kejahatan otak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah berhubungan dengan anatomi dan fisiologi organ ubun-ubun yang dalam medis disebut fontanel. (
Baca Juga
Kalangan awam menganggap bahwa ubun-ubun itu hanya satu, di tengah kepala. Padahal secara medis sesungguhnya berada di empat sisi bagian kepala manusia.
Entah ada hubungannya atau tidak dengan keberadaan fontanel di empat sisi kepala itu, yang jelas Al-Qur'an menyebut naashiya atau kata dengan susunan huruf nun-shot-ya yang dimaknai sebagai ubun-ubun itu juga sebanyak 4 kali. Cermati QS 11:56, 55:41 dan 96:15 dan 16.
Ayat-ayat tersebut secara eksplisit menyampaikan bahwa segala rencana perbuatan manusia ditentukan oleh ubun-ubunnya. Karena itulah amal manusia dimulai, atau telah dinilai dan dicatat sejak dari rencana semula atau sejak dari niat.
Dalam hal niat atas perbuatan kejahatan, atau dapat dinyatakan sebagai kejahatan otak itu, dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, Allah memberikan peringatan yang sangat keras.
يُعْرَفُ ٱلْمُجْرِمُونَ بِسِيمَٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِٱلنَّوَٰصِى وَٱلْأَقْدَامِ
Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya. (QS 55:41).
كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat dusta dan durhaka) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (QS 96:15 dan 16).
Hukuman dan siksa yang amat keras bagi kejahatan otak itu bukanlah suatu ancaman biasa. Lanjutan ayat di atas menerangkan bahwa besok hari mereka akan berhadapan dengan malaikat Zabaniah, yaitu malaikat yang tidak pernah lelah menyiksanya.
Baca Juga
Kalangan ilmuwan modern menganggap bahwa bagian naashiya itu berhubungan dengan frontal bone yaitu otak bagian depan.
Namun perlu diketahui bahwa Al-Qur'an menyebut bagian depan kepala atau dahi itu sebagai jibah. Dengan demikian jelas bahwa menurut Al-Quran antara ubun-ubun (naashiya) dengan dahi (jibah) itu berbeda.
Secara anatomis dan fisiologis perihal ubun-ubun itu disampaikan dalam ayat yang serangkai dengan 5 ayat yang turun pertama kali. Dalam kaidah fisiologi menurut Al-Qur'an, sangat jelas berkaitan dengan fungsi organ pendengaran yang dalam rangkaian ayat itu telah mulai tercipta dan berfungsi sejak dalam bentuk 'alaqoh, yaitu 80 hari setelah dijadikan.
Surat yang diawali dengan kata Iqro' tersebut sesungguhnya juga menjelaskan bahwa sejak fase 'alaqoh itu telinga sudah berfungsi, dan menerima pengertian-pengertian lewat kalam-kalam. Dengan bekal pengertian dan pengetahuan dari kalam-kalam itulah ubun-ubun sesungguhnya dapat merencanakan suatu perbuat baik dan benar.