Begini Seburuk-buruk dan Sebodoh-bodoh Orang, Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
loading...
A
A
A
SYAIKH Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitabnya yang berjudul Futuh Al-Ghaib memberi nasehat agar kita meminta kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab, menurut Syaikh Abdul Qadir, di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan sarana untuk dicintai-Nya. (
)
Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat. "Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya," tuturnya.
Selanjutnya beliau mengingatkan agar kita jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu tak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: “Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih yang tak ditentukan oleh-Nya.”
Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya keta meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi, tak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yangmenyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu pula, lanjut Syaikh, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi, dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepadaNya, mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya.
Hamba dan segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? "Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan karunia-Nya atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya," tuturnya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. "Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bagian duniawi mereka tampak timpang, kecil dan menjijikkan,dan bagian duniawi yang lain tampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka."
Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dam catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya.
Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, karena itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya.
"Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya memubazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang,
sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam nalar dan batin," lanjutnya.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, puas dengan karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Mahamulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. "Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan rohani untuk melakukan yang dikehendaki-Nya," harap Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani..(
Baca Juga
Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat. "Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya," tuturnya.
Selanjutnya beliau mengingatkan agar kita jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu tak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: “Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih yang tak ditentukan oleh-Nya.”
Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya keta meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi, tak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yangmenyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu pula, lanjut Syaikh, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi, dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepadaNya, mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya.
Hamba dan segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? "Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan karunia-Nya atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya," tuturnya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. "Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bagian duniawi mereka tampak timpang, kecil dan menjijikkan,dan bagian duniawi yang lain tampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka."
Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dam catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya.
Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, karena itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya.
"Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya memubazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang,
sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam nalar dan batin," lanjutnya.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, puas dengan karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Mahamulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. "Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan rohani untuk melakukan yang dikehendaki-Nya," harap Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani..(
(mhy)