Syaikh Ahmad: Sekarang Zaman Fitnah, Hati-hati Bicara Atau Lebih Baik Diam
Senin, 21 Desember 2020 - 15:10 WIB
Kehidupan manusia saat ini sedang berada di akhir zaman. Banyaknya fitnah (ujian) pada masa ini merupakan salah satu tanda akan dekatnya Hari Kiamat. Namun, hanya Allah Ta'ala saja yang tahu kapan waktunya.
Dalam perspektif Islam, dari banyak fitnah (ujian) yang terjadi, fitnah terbesar di akhir zaman adalah munculnya Dajjal dan pengikutnya. Fitnah Dajjal merupakan salah satu tanda Kiamat. Dajjal memiliki tipuan luar biasa hingga dapat menyesatkan manusia dengan mudah. Dia diberi kemampuan menyulap kebenaran dengan kebatilan, menghidupkan orang mati dan sebagainya.
(Baca Juga: Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman)
Lalu, bagaimana sikap kita menghadapi fitnah yang terjadi saat ini? Syaikh Ahmad Al-Misri, Dai lulusan Mesir yang kini berdakwah di Indonesia mengatakan, sekarang ini umat harus hati-hati. Sebaiknya kita dekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan berhijrahlah kepada Allah karena ini zaman fitnah.
"Zaman fitnah sekarang ini harus hati-hati berbicara. Saya lebih baik bicara yang Haq (kebenaran). Kalau ada orang mencela Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di sini beri nasihat atau tinggalkan," kata Syaikh Ahmad saat mengisi kajian di Masjid Jami' Al-Ijtihad, Jalan KH Hasyim Ashari Tangerang.
Syaikh Ahmad berpesan Jika Anda sudah masuk Islam, jangan belajar dari orang lain karena banyak kelirunya, tapi belajarlah dari akhlak Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Kalau Ulama mengukur segala sesuatu dengan ilmu. Kalau orang lain mengukurnya dengan hawa nafsu. Ulama kalau melihat sesuatu diam dulu. Kalau orang lain langsung merespons dan menyebarkannya.
"Fitnah itu sedang tidur, maka janganlah Anda membangunkan fitnah itu karena akan menyebabkan perpecahan dengan bangunnya fitnah tersebut," jelas Syaikh Ahmad.
(Baca Juga: Doa yang Diajarkan Rasulullah Ketika Fitnah Merajalela)
Khalifah Umar bin Abdul Azis radhiyallahu 'anhu berkata: "Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika engkau tidak bisa mencintai mereka, janganlah engkau membenci mereka."
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para ulama." (QS Fathir: Ayat 28)
Jadi kesimpulannya, menyikapi fitnah harus dengan kebijaksanaan ilmu. Dan ilmu yang dimaksud hanya bisa didapat dari akhlak Nabi dan para ulama. Jangan terpengaruh dengan perkataan atau kabar dari orang lain. Jika tak mampu berbicara baik, lebih baik diam.
Mudah-mudahan Allaah Ta'ala memberikan hidayah dan taufik-Nya serta menjaga kita dari kejahatan segala fitnah terutama fitnah Dajjal di akhir zaman.
(Baca Juga: Sikap Terbaik Menyikapi Khilafiyah, Mari Simak Kisah Sahabat Nabi Ini)
Wallahul Musta'an
Dalam perspektif Islam, dari banyak fitnah (ujian) yang terjadi, fitnah terbesar di akhir zaman adalah munculnya Dajjal dan pengikutnya. Fitnah Dajjal merupakan salah satu tanda Kiamat. Dajjal memiliki tipuan luar biasa hingga dapat menyesatkan manusia dengan mudah. Dia diberi kemampuan menyulap kebenaran dengan kebatilan, menghidupkan orang mati dan sebagainya.
(Baca Juga: Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman)
Lalu, bagaimana sikap kita menghadapi fitnah yang terjadi saat ini? Syaikh Ahmad Al-Misri, Dai lulusan Mesir yang kini berdakwah di Indonesia mengatakan, sekarang ini umat harus hati-hati. Sebaiknya kita dekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan berhijrahlah kepada Allah karena ini zaman fitnah.
"Zaman fitnah sekarang ini harus hati-hati berbicara. Saya lebih baik bicara yang Haq (kebenaran). Kalau ada orang mencela Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di sini beri nasihat atau tinggalkan," kata Syaikh Ahmad saat mengisi kajian di Masjid Jami' Al-Ijtihad, Jalan KH Hasyim Ashari Tangerang.
Syaikh Ahmad berpesan Jika Anda sudah masuk Islam, jangan belajar dari orang lain karena banyak kelirunya, tapi belajarlah dari akhlak Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Kalau Ulama mengukur segala sesuatu dengan ilmu. Kalau orang lain mengukurnya dengan hawa nafsu. Ulama kalau melihat sesuatu diam dulu. Kalau orang lain langsung merespons dan menyebarkannya.
"Fitnah itu sedang tidur, maka janganlah Anda membangunkan fitnah itu karena akan menyebabkan perpecahan dengan bangunnya fitnah tersebut," jelas Syaikh Ahmad.
(Baca Juga: Doa yang Diajarkan Rasulullah Ketika Fitnah Merajalela)
Khalifah Umar bin Abdul Azis radhiyallahu 'anhu berkata: "Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika engkau tidak bisa mencintai mereka, janganlah engkau membenci mereka."
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para ulama." (QS Fathir: Ayat 28)
Jadi kesimpulannya, menyikapi fitnah harus dengan kebijaksanaan ilmu. Dan ilmu yang dimaksud hanya bisa didapat dari akhlak Nabi dan para ulama. Jangan terpengaruh dengan perkataan atau kabar dari orang lain. Jika tak mampu berbicara baik, lebih baik diam.
Mudah-mudahan Allaah Ta'ala memberikan hidayah dan taufik-Nya serta menjaga kita dari kejahatan segala fitnah terutama fitnah Dajjal di akhir zaman.
(Baca Juga: Sikap Terbaik Menyikapi Khilafiyah, Mari Simak Kisah Sahabat Nabi Ini)
Wallahul Musta'an
(rhs)