Sujud Itu Keren: Wahana Intim Antara Hamba Dengan Al-Khaliq

Kamis, 14 Mei 2020 - 15:24 WIB
Sujud secara fiqh dipilari oleh jemari kaki, dua lutut, telapak tangan yang membuka, dan kening yang tidak terhalang, yang menempel ke tempat sujud. Lalu, kita membaca doa: subhana Robbial ‘ala: Maha Suci Allah yang Maha Luhur.

Ketika rukuk, yang juga merupakan penghormatan, kita memuji Allah sebagai Maha Agung. Di sujud, dengan menginsyafi betapa rendah dan bawahnya kita, kita memuji Allah sebagai Maha Luhur ‘tak terjangkau’.

Penghambaan yang total itu—yang dibarengi kesadaran betapa rendah dan hina-dinanya diri kita; betapa lemah dan papanya kita ini—mestinya mampu menghasilkan atsar sujud (bekas sujud). Atsar sujud yang dimaksud sebetulnya merujuk pada akhlak. Dengan kata lain: sujud semestinya mensalehkan kita.

Pertama, sSujud melatih kita merendahkan diri di hadapan Allah, maka sujud sebetulnya adalah upaya sistematis untuk melatih kerendah-hatian. Apalagi kalau kita ingat tentang penolakan Iblis terhadap sujud yang juga mengindikasi kesombongan dia. ( )

Kedua, sujud juga menjadi ekspresi penghambaan total, sehingga kita diingatkan kembali untuk berusaha lagi sekuat tenaga melaksanakan perintah-Nya menjauhi larangan-Nya secara kaffah. Untuk menjadikan Allah sebagai alasan utama dan tujuan paling akhir. Untuk bisa melaksanakan amanah menjadi khalifah-Nya di muka bumi sebaik mungkin. ( )

Sujud kepada Allah merupakan suatu kewajiban. Namun banyak orang yang menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa. Tidak ada yang menganggapnya penting. Anggapan semacam ini merupakan suatu kesalahan bagi seorang hamba Allah yang masih hidup di dunia. Sebab bagaimana pun sujud kepada Allah merupakan salah satu pembeda antara orang yang beriman dan tidak beriman.

Secara psiklogis sujud memiliki nilai lebih dibandingkan dengan rukun salat yang lain. Karena ketika sujud posisi seseorang benar-benar mununjukkan kerendahannya di hadapan Sang Khaliq, Allah SWT. Sebab kepala yang menjadi bagian paling istimewa dalam tubuh manusia dan tempat bersemayamnya pancaindera.

Wahana Intim

Juga anggota tubuh yang paling dimuliakan oleh manusia, tiba-tiba diposisikan begitu rendahnya hingga rata dengan tanah, tempat kaki berpijak.

Salah satu keistimewaan sujud ialah menjadi wahana intim antara hamba dengan Allah SWT. Al-Quran menggunakan kata sujud untuk berbagai arti. Sekali diartikan sebagai penghormatan dan pengakuan akan kelebihan pihak lain, seperti sujudnya malaikat kepada Adam pada Al-Quran surat Al-Baqarah : 34.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Di waktu lain sujud berarti kesadaran terhadap kekhilafan serta pengakuan kebenaran yang disampaikan pihak lain, itulah arti sujud di dalam firman-Nya, Lalu para penyihir itu tersungkur dengan bersujud (QS. Thaha : 70).

فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَىٰ

"Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa." Yang ketiga sujud berarti mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah yang berkaitan dengan alam raya ini, yang secara salah kaprah dan populer sering dinama hukum-hukum alam. Bintang dan pohon keduanya bersujud (QS. Al-Rahman : 6).

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.”

( )

Dari sunnatullah diketahui bahwa kemenangan hanya tercapai dengan kesungguhan dan perjuangan. Kekalahan diderita karena kelengahan dan pengabaian disiplin, dan sukses diraih dengan perencanaan dan kerja keras, dan sebagainya, sehingga seseorang tidak disebut bersujud, apabila tidak mengindahkan hal-hal tersebut.

Pakar Tafsir Al-Qur’an, Muhammad Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (2000) menjelaskan bahwa kata sujud sangat terkait dengan istilah masjid. Itu karena dari segi bahasa, kata masjid terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila seseorang berkata kepada saudaranya 'Wahai kafir', maka bisa jadi akan kembali kepada salah satu dari keduanya.

(HR. Bukhari No. 5638)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More