Pandangan Islam Terhadap Syiah dan Ahmadiyah
Rabu, 06 Januari 2021 - 16:33 WIB
Akan tetapi, hal inilah yang menjadi alasan politis bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk terus memelihara ekstensi kelompok kecil ini agar tetap dibiarkan dan dilindungi. Tujuannya untuk mudah dijadikan potensi pemantik kekacauan dan adu domba.
Sementara Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia Ustaz Farid Nu'man Hasan mengatakan, dalam bingkai kenegaraan, sebaiknya negara memasukkan mereka sebagai agama tersendiri. Sehingga posisinya sama dengan Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Sehingga mereka disebut dengan agama Ahmadiyah dan agama Syiah.
"Masalah sering muncul karena mereka masih merasa muslim, namun berbeda dengan ajaran Islam dalam hal-hal yang pokok. Seperti Ahmadiyah masalah kenabian dan kitab suci yang berbeda. Mereka memiliki kitab Tadzkirah dan meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Adapun bagi Ahmadiyah Lahore, dia adalah Mujaddid saja," kata Ustaz Farid.
Perbedaan dengan Syiah Rafidhah juga pokok yaitu menyikapi para sahabat Nabi, di mana mereka mencaci makinya bahkan sampai ada yang mengkafirkannya. Ini tidak bisa ditutup-tutupi.
"Belum lagi masalah tuduhan bahwa Al-Qur'an saat ini tidak lengkap, selebihnya disembunyikan para sahabat Nabi, dan sebagainya. Kaum syiah mungkin menyangkal ini tapi peneliti sunni dan sebagian syiah sendiri mengakuinya," terang Ustaz Farid.
Sebelumnya, Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti meminta rencana mengafirmasi hak beragama warga Syiah dan Ahmadiyah harus dikaji terlebih dahulu dan dari banyak perspektif yang berbeda. Selain itu, Abdul Mu'ti mengatakan saat ini masyarakat Indonesia memerlukan suasana tenang. Sehingga, diharapkan tidak ada wacana yang membuat kegaduhan.
"Cuma sebaiknya dibuat kajian dulu dari banyak perspektif," ungkapnya.
(Baca Juga: Menag Akan Afirmasi Syiah dan Ahmadiyah, Muhammadiyah: Sebaiknya Dikaji Dulu)
Wallahu A'lam
Sementara Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia Ustaz Farid Nu'man Hasan mengatakan, dalam bingkai kenegaraan, sebaiknya negara memasukkan mereka sebagai agama tersendiri. Sehingga posisinya sama dengan Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Sehingga mereka disebut dengan agama Ahmadiyah dan agama Syiah.
"Masalah sering muncul karena mereka masih merasa muslim, namun berbeda dengan ajaran Islam dalam hal-hal yang pokok. Seperti Ahmadiyah masalah kenabian dan kitab suci yang berbeda. Mereka memiliki kitab Tadzkirah dan meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Adapun bagi Ahmadiyah Lahore, dia adalah Mujaddid saja," kata Ustaz Farid.
Perbedaan dengan Syiah Rafidhah juga pokok yaitu menyikapi para sahabat Nabi, di mana mereka mencaci makinya bahkan sampai ada yang mengkafirkannya. Ini tidak bisa ditutup-tutupi.
"Belum lagi masalah tuduhan bahwa Al-Qur'an saat ini tidak lengkap, selebihnya disembunyikan para sahabat Nabi, dan sebagainya. Kaum syiah mungkin menyangkal ini tapi peneliti sunni dan sebagian syiah sendiri mengakuinya," terang Ustaz Farid.
Sebelumnya, Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti meminta rencana mengafirmasi hak beragama warga Syiah dan Ahmadiyah harus dikaji terlebih dahulu dan dari banyak perspektif yang berbeda. Selain itu, Abdul Mu'ti mengatakan saat ini masyarakat Indonesia memerlukan suasana tenang. Sehingga, diharapkan tidak ada wacana yang membuat kegaduhan.
"Cuma sebaiknya dibuat kajian dulu dari banyak perspektif," ungkapnya.
(Baca Juga: Menag Akan Afirmasi Syiah dan Ahmadiyah, Muhammadiyah: Sebaiknya Dikaji Dulu)
Wallahu A'lam
(rhs)