Canda Ala Sufi: Keledai dan Anjing, Silakan Kencing Wahai Jagoan!
Jum'at, 08 Januari 2021 - 14:54 WIB
Berikut Canda Ala Sufi terjemahan Muhdor Assegaf dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra.
Ekornya Ada
Suatu hari, Nashruddin sangat membutuhkan uang dan hendak menjual keledainya ke pasar. Di tengah jalan, ekor keledai Nashruddin itu terlihat sangat kotor sehingga membuat penampilannya menjadi kurang enak dipandang. Lalu, Nashruddin mengambil pisau dan memotongnya, kemudian memasukkannya ke dalam pundi pelana.
Setelah masuk pasar, para pembeli mengerumuninya. Melihat adanya keganjilan pada keledai itu, mereka pun tidak jadi membelinya.
Lantaran sikap mereka itu, Nashruddin berkata kepada mereka, "Kita sepakati dulu harganya. Sebab ekornya ada; aku menyimpannya."
Silakan Kencing, Wahai Jagoan
Suatu hari, Nashruddin berjalan di sebuah pekuburan. Dia melihat seekor anjing yang sedang kencing di atas kuburan. Nashruddin lalu mengambil tongkatnya dan mendekat pada anjing itu untuk memukulnya.
Tiba-tiba, anjing itu membuka mulutnya dan menampakkan taringnya, kemudian menggonggong padanya bagai seekor srigala yang hendak memangsa.
Nashruddin pun menjadi takut dan mundur ke belakang. Lalu, dia berkata kepada anjing itu, "Silakan kencing, wahai jagoan."
Jalan di Atas Pohon
Saat Nashruddin berjalan-jalan bersama sekelompok pemuda, mereka bersepakat untuk mencuri sepatunya. Salah seorang di antara mereka berkata kepada Nashruddin, "Siapa yang dapat menaiki pohon ini?"
Nashruddin menjawab dengan cepat, "Saya..."
Mereka lalu berkata padanya, "Kamu tidak mungkin dapat menaiki pohon itu, karena sangat tinggi."
Nashruddin pun marah. Dia lalu menyingsingkan lengan baju, melepaskan sepatu, dan menyelipkannya di ikat pinggangnya.
Nashruddin berkata kepada mereka, "Lihatlah, bagaimana aku menaiki pohon ini."
Mereka berkata kepada Nashruddin, "Untuk apa kau selipkan sepatumu di ikat pinggangmu?"
Nashruddin menjawab, "Barangkali aku menemukan jalan di atas pohon ini; dengan begitu aku akan pulang ke rumah." (
Ekornya Ada
Suatu hari, Nashruddin sangat membutuhkan uang dan hendak menjual keledainya ke pasar. Di tengah jalan, ekor keledai Nashruddin itu terlihat sangat kotor sehingga membuat penampilannya menjadi kurang enak dipandang. Lalu, Nashruddin mengambil pisau dan memotongnya, kemudian memasukkannya ke dalam pundi pelana.
Setelah masuk pasar, para pembeli mengerumuninya. Melihat adanya keganjilan pada keledai itu, mereka pun tidak jadi membelinya.
Lantaran sikap mereka itu, Nashruddin berkata kepada mereka, "Kita sepakati dulu harganya. Sebab ekornya ada; aku menyimpannya."
Silakan Kencing, Wahai Jagoan
Suatu hari, Nashruddin berjalan di sebuah pekuburan. Dia melihat seekor anjing yang sedang kencing di atas kuburan. Nashruddin lalu mengambil tongkatnya dan mendekat pada anjing itu untuk memukulnya.
Tiba-tiba, anjing itu membuka mulutnya dan menampakkan taringnya, kemudian menggonggong padanya bagai seekor srigala yang hendak memangsa.
Nashruddin pun menjadi takut dan mundur ke belakang. Lalu, dia berkata kepada anjing itu, "Silakan kencing, wahai jagoan."
Jalan di Atas Pohon
Saat Nashruddin berjalan-jalan bersama sekelompok pemuda, mereka bersepakat untuk mencuri sepatunya. Salah seorang di antara mereka berkata kepada Nashruddin, "Siapa yang dapat menaiki pohon ini?"
Nashruddin menjawab dengan cepat, "Saya..."
Mereka lalu berkata padanya, "Kamu tidak mungkin dapat menaiki pohon itu, karena sangat tinggi."
Nashruddin pun marah. Dia lalu menyingsingkan lengan baju, melepaskan sepatu, dan menyelipkannya di ikat pinggangnya.
Nashruddin berkata kepada mereka, "Lihatlah, bagaimana aku menaiki pohon ini."
Mereka berkata kepada Nashruddin, "Untuk apa kau selipkan sepatumu di ikat pinggangmu?"
Nashruddin menjawab, "Barangkali aku menemukan jalan di atas pohon ini; dengan begitu aku akan pulang ke rumah." (
(mhy)