Canda Ala Sufi: Pipa, Pindah Rumah, dan Kuah Itik
loading...
A
A
A
Berikut Canda Ala Sufi yang diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra..
Sumbat Pipa
Di hari yang panas menyengat, Nashruddin kehausan. Saat itu, dia baru saja kembali dari perjalanan yang sangat jauh. Tetapi, wajah Nashruddin tampak berseri ketika dia melihat sebuah pipa air di seberang jalan. Sayang, bagian ujung pipa—tempat keluarnya air—tertutup oleh sepotong kayu.
Sembari mendekatkan mulutnya yang menganga ke arah penutup itu, dia menarik sumbat kayu itu dengan sekuat tenaga. Setelah lepas, air dari pipa itu menyembur dengan sangat kuat sehingga seluruh tubuh Nashruddin menjadi basah kuyup.
Nashruddin pun memelototi kayu itu seraya berteriak, "Andai kamu tidak gila, orang-orang tidak akan meletakkanmu di tempat yang lebih rendah darimu!"
Aku Telah Pindah ke Rumah Ini
Suatu malam, seorang pencuri memasuki rumah Nashruddin dan hendak membawa kabur hampir semua barang milik Nashruddin yang ada di rumahnya. Sementara, dia hanya memperhatikan gerak-gerik pencuri itu dari kamarnya.
Setelah pencuri itu keluar dari rumahnya, Nashruddin mengikuti jejak pencuri itu hingga ke rumahnya. Lalu, Nashruddin ikut masuk dan pencuri itu pun menoleh padanya sembari berkata, "Hai orang tua, apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Nashruddin pun menjawab, "Bukankah aku telah pindah ke rumah ini?"
Kalau Itik Tak Didapat, Cukup Kuahnya Saja
Suatu hari, Nashruddin melihat seekor itik di pinggir sebuah danau. Dia lalu berusaha menangkapnya, namun tidak berhasil, karena itik itu berlari dengan cepat dari hadapannya.
Kebetulan, saat itu Nashruddin membawa sepotong roti. Dia kemudian mencelupkan roti itu ke air danau dan mengunyahnya. Tiba-tiba, salah seorang temannya lewat di hadapan Nashruddin dan berkata," Alangkah nikmatnya apa yang sedang kaumakan! Apa itu?"
Nashruddin pun menjawab, "Sup itik... Jika kau tak beroleh itik, cukup kau celupkan rotimu ke dalam air bekas itik berenang!" (
Sumbat Pipa
Di hari yang panas menyengat, Nashruddin kehausan. Saat itu, dia baru saja kembali dari perjalanan yang sangat jauh. Tetapi, wajah Nashruddin tampak berseri ketika dia melihat sebuah pipa air di seberang jalan. Sayang, bagian ujung pipa—tempat keluarnya air—tertutup oleh sepotong kayu.
Sembari mendekatkan mulutnya yang menganga ke arah penutup itu, dia menarik sumbat kayu itu dengan sekuat tenaga. Setelah lepas, air dari pipa itu menyembur dengan sangat kuat sehingga seluruh tubuh Nashruddin menjadi basah kuyup.
Nashruddin pun memelototi kayu itu seraya berteriak, "Andai kamu tidak gila, orang-orang tidak akan meletakkanmu di tempat yang lebih rendah darimu!"
Aku Telah Pindah ke Rumah Ini
Suatu malam, seorang pencuri memasuki rumah Nashruddin dan hendak membawa kabur hampir semua barang milik Nashruddin yang ada di rumahnya. Sementara, dia hanya memperhatikan gerak-gerik pencuri itu dari kamarnya.
Setelah pencuri itu keluar dari rumahnya, Nashruddin mengikuti jejak pencuri itu hingga ke rumahnya. Lalu, Nashruddin ikut masuk dan pencuri itu pun menoleh padanya sembari berkata, "Hai orang tua, apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Nashruddin pun menjawab, "Bukankah aku telah pindah ke rumah ini?"
Baca Juga
Kalau Itik Tak Didapat, Cukup Kuahnya Saja
Suatu hari, Nashruddin melihat seekor itik di pinggir sebuah danau. Dia lalu berusaha menangkapnya, namun tidak berhasil, karena itik itu berlari dengan cepat dari hadapannya.
Kebetulan, saat itu Nashruddin membawa sepotong roti. Dia kemudian mencelupkan roti itu ke air danau dan mengunyahnya. Tiba-tiba, salah seorang temannya lewat di hadapan Nashruddin dan berkata," Alangkah nikmatnya apa yang sedang kaumakan! Apa itu?"
Nashruddin pun menjawab, "Sup itik... Jika kau tak beroleh itik, cukup kau celupkan rotimu ke dalam air bekas itik berenang!" (
(mhy)