Haul Rumi, Kyai Budi: Tak Boleh Batal, Meski Beda Ruang dan Waktu
Jum'at, 17 April 2020 - 12:27 WIB
Sayangnya, ketika Shams berkunjung ke Damascus, ia terbunuh. Desas desus mengatakan bahwa Shams dibunuh oleh salah seorang murid Rumi yang tidak senang melihat kedekatan Sham dengan gurunya tersebut.
Tentu saja Rumi sangat sedih dan terpukul atas kematian Shams. Lalu, ia pun mengungkapkan rasa kasih sayangnya terhadap Shams dan penyesalan atas kematiannya dalam bentuk musik, tarian, dan syair.
Selama hampir 10 tahun setelah pertemuannya dengan Shamsuddin, Rumi pun terus mengabdikan dirinya untuk menulis ghazal atau sastra puisi yang merujuk pada sebuah tangisan kematian.
Ghazal yang ditulisnya ini diberinya nama Diwan-e-Kabir or Diwan-e Shams-e Tabrizi. Ketika menulis ghazal ini, ia bertemu dengan seorang tukang emas bernama “Salaud-Din-e Zarkub”. Salaud-Din-e Zarkub lah yang kemudian selalu menemani Rumi dalam berkarya.
Di Anatolia Rumi menyelesaikan enam volume dari karya besarnya yang dikenal sebagai Masnawi atau dalam bahasa Inggris disebut “The Masnavi”.
Mathnawi atau disebut juga sebagai Masnawi atau Masnavi ini merupakan kompilasi yang terdiri dari enam volume puisi, yang ditulis dalam gaya didaktis. Syair-syair yang dituliskannya dalam karya ini dibuat dengan tujuan untuk berdakwah, mengajar, dan sekaligus menghibur para pembacanya.
Kabarnya, selama menulis karya ini, Rumi ditemani oleh Husam al-Din Chalabin yang juga banyak mempengaruhi pemikirannya tentang kehidupan spiritual.
Masnawi disebut-sebut sebagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia.
Popularitas Jalaluddin Rumi pun tak hanya melingkupi negaranya sendiri, maupun negara di sekitarnya saja. Hampir seluruh dunia, mengenal siapa Rumi dan apa saja karya -karyanya. Karenanya, Rumi pun diakui sebagai salah seorang penyair klasik Persia terbesar sepanjang sejarah.
Bahkan, pada tahun 2007 silam, Rumi telah dinobatkan sebagai “the most popular poet in America” atau penyair paling populer di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa nama Rumi semakin populer di dunia, meski setelah ia tiada.
Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada tanggal 17 bulan Desember tahun 1273. Ia meninggal di Konya ketika kota itu berada di bawah pemerintahan kerajaan Seljuk. Sebagai bentuk penghargaan terhadap Sang Sufi, maka dibangunlah sebuah makam mausoleum bernama Mevlana di Konya.
Di dalam mausoleum ini, terdapat sebuah masjid, aula untuk menari dan ruang lainnya. Tempat ini pun sering dikunjungi oleh para penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Makam Jalaluddin Rumi ini pun menjadi salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di dunia.
Pada tahun lalu, haul Rumi di Indonesia dipusatkan di Blora, Jawa Tengah. Kyai Amin Maulana pernah mengatakan, "Barat diruwat, Arab digarap, Jowo digowo". Maknanya, orang Jawa tidak boleh lupa bagaimana semestinya menjadi orang Jawa. “Kita juga tidak boleh alergi dengan yang berbau Arab. Selain itu, kita harus bisa seperti orang Barat dalam hal kecerdasan,” katanya.
Tentu saja Rumi sangat sedih dan terpukul atas kematian Shams. Lalu, ia pun mengungkapkan rasa kasih sayangnya terhadap Shams dan penyesalan atas kematiannya dalam bentuk musik, tarian, dan syair.
Selama hampir 10 tahun setelah pertemuannya dengan Shamsuddin, Rumi pun terus mengabdikan dirinya untuk menulis ghazal atau sastra puisi yang merujuk pada sebuah tangisan kematian.
Ghazal yang ditulisnya ini diberinya nama Diwan-e-Kabir or Diwan-e Shams-e Tabrizi. Ketika menulis ghazal ini, ia bertemu dengan seorang tukang emas bernama “Salaud-Din-e Zarkub”. Salaud-Din-e Zarkub lah yang kemudian selalu menemani Rumi dalam berkarya.
Di Anatolia Rumi menyelesaikan enam volume dari karya besarnya yang dikenal sebagai Masnawi atau dalam bahasa Inggris disebut “The Masnavi”.
Mathnawi atau disebut juga sebagai Masnawi atau Masnavi ini merupakan kompilasi yang terdiri dari enam volume puisi, yang ditulis dalam gaya didaktis. Syair-syair yang dituliskannya dalam karya ini dibuat dengan tujuan untuk berdakwah, mengajar, dan sekaligus menghibur para pembacanya.
Kabarnya, selama menulis karya ini, Rumi ditemani oleh Husam al-Din Chalabin yang juga banyak mempengaruhi pemikirannya tentang kehidupan spiritual.
Masnawi disebut-sebut sebagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia.
Popularitas Jalaluddin Rumi pun tak hanya melingkupi negaranya sendiri, maupun negara di sekitarnya saja. Hampir seluruh dunia, mengenal siapa Rumi dan apa saja karya -karyanya. Karenanya, Rumi pun diakui sebagai salah seorang penyair klasik Persia terbesar sepanjang sejarah.
Bahkan, pada tahun 2007 silam, Rumi telah dinobatkan sebagai “the most popular poet in America” atau penyair paling populer di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa nama Rumi semakin populer di dunia, meski setelah ia tiada.
Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada tanggal 17 bulan Desember tahun 1273. Ia meninggal di Konya ketika kota itu berada di bawah pemerintahan kerajaan Seljuk. Sebagai bentuk penghargaan terhadap Sang Sufi, maka dibangunlah sebuah makam mausoleum bernama Mevlana di Konya.
Di dalam mausoleum ini, terdapat sebuah masjid, aula untuk menari dan ruang lainnya. Tempat ini pun sering dikunjungi oleh para penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Makam Jalaluddin Rumi ini pun menjadi salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di dunia.
Pada tahun lalu, haul Rumi di Indonesia dipusatkan di Blora, Jawa Tengah. Kyai Amin Maulana pernah mengatakan, "Barat diruwat, Arab digarap, Jowo digowo". Maknanya, orang Jawa tidak boleh lupa bagaimana semestinya menjadi orang Jawa. “Kita juga tidak boleh alergi dengan yang berbau Arab. Selain itu, kita harus bisa seperti orang Barat dalam hal kecerdasan,” katanya.
(mhy)